Friday, January 25, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 8:59:00 PM | No comments

Primadona, Nano Riantiarno

Primadona (sebuah roman)Primadona by Nano Riantiarno
My rating: 5 of 5 stars

Mungkin ini buku terlama yang saya baca. Bukan karena jenuh, namun tiap detil yang terlalu sayang untuk terlewat. Saya membayangkan Jakarta yang nyaman di buku ini. Penggambaran tentang Kali Ciliwung yang bersih (rombongan perempuan mencuci di sana), indah (banyak kapal kecil tertambat di dermaga, sekadar milik orang kaya yang hobi plesir), dan seterusnya.

Lalu secara jahat, imaji saya membaningkan dengan kondisi JAkarta hari-hari ini, yang minggu lalu dilanda banjir hebat (ya, meski banjir juga sudah setua Jakarta).

Ini buku sangat bagus, meski awalnya membosankan karena alur yang terlalu lama akibat detil yang terlalu penuh. Ya, Riantiarno menggambarkan secara detil tiap peristiwa, tiap setting, dan tiap penokohan. Hingga saya membayangkan peniti jenis apa yang digunakan Kedjora, tulisan batik apa yang digunakan pemain lainnya. Akhirnya, saya menikmati dan memuji detil itu. Hingga saya baca berulang-ulang. Indah!

View all my reviews
Posted by adrianizulivan Posted on 8:53:00 PM | No comments

Ape House

Ape HouseApe House by Sara Gruen
My rating: 2 of 5 stars

Stopped on the page of 140s. Get no idea of the conflicts. But you have the idea to raise awareness of animal life.

I was laughing successfully on the very beginning of the story, you have great taste of humor, Sara. I like it!

View all my reviews

Sunday, January 20, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 9:23:00 AM | No comments

Soes Sus Zulivan


Soes adalah salah satu kue kesukaan Papa, Pak Zulivan. Mama, Sus Zulivan, cukup sering membuat ini. Meski begitu, aku tak pernah mencicip, sebab aku tak begitu suka sejenis roti pembungkusnya itu.

Namun, hari ini, melihat vla yang sangat cantik menggoda, aku ikut mencicipi. Ternyata, soes itu enak banget, sodara! Ya jangan samakan dengan soes yang dibeli, lah! Yang cuma nengok poto ini aja tergoda kok, coba cek di sini.

Oh ya, vla nikmat ini juga sangat lezat dimakan dengan roti tawar, pengganti selai. Slurf!

Baru belajar menikmati kue ini? Cicipilah soes bikinan Sus Zulivan! :))

Mlekom,
AZ

Saturday, January 12, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 10:00:00 AM | No comments

Cerita Aktivis Indonesia...

Gambar dari sini.

Dari sebuah tautan alamat internet di Facebook, aku betemu Jo. Dalam obrolan di email, kami bersepakat untuk membantu sebuah kelompok aktivis yang memberi perhatian pada sebuah kawasan percandian di Sumatra. Sebut kelompok ini dengan DKJ, sebuat kawasan percandian itu dengan MJ.

Teman-teman aktivis DKJ diberitahukan oleh seorang penulis, Indonesianis asal Prancis, mengenai sebuah konfrensi internasional di India. Konfrensi ini mengangkat tema yang terkait dengan apa yang selama ini diperjuangkan oleh teman-teman DKJ.

Persoalan klasiknya, mereka tak ada dana untuk berangkat. Disinilah aku dan Jo coba berperan. Kami hubungi segala pihak yang kami harapkan bisa membantu. Jo sampai detil membuatkan surat pengantar yang ia harapkan akan dikirim atas namaku dan Indonesian Heritage Inventory (IHI).

Mengapa bukan namanya? Penjelasan ini agak rumit, menyangkut statusnya sebagai seorang Amerika kritis yang visanya kerap ditolak pemerintah India. India berkepentingan dengan tak sedikit wilayah tambang batubara di Indonesia, termasuk kawasan cagar budaya yang diteliti Jo.

Mengapa aku? Siapalah Adriani Zulivan dengan IHI-nya? Baginya, aku dan IHI memiliki posisi kuat di arena pelestarian pusaka Indonesia. Ia jelaskan berbagai hal yang tak sebaiknyakujelaskan di sini.

Aku setuju, dengan pertanyaan: Siapa yang akan menyusun kebutuhan dana? Jo meyakinkah bahwa hal itu akan ditangani teman-teman DKJ. Sip!

Satu hari, tiga hari, seminggu tak ada kabar. Kuhubungi Jo, menanyakan perkembangannya, terutama terkait hitungan budget. Jo malah mengubah rencana, dengan mengirim aku dan asisten penelitinya (seorang dosen di Jakarta) untuk mengikuti konfrensi ini.

Aku terang saja menolak, dengan segala konsekuensi terkait those so called 'uwuh-pakewuh'. Mungkin karena aku orang Indonesia, lalu merasa gak nyaman jika harus "melangkahi" orang. Ya, kusebut melangkahi, sebab menurutku teman2 DKJ lah yang berhak ikut di forum ini.

Jo jelaskan lagi, bahwa dia tak lagi respek dengan kelompok yang dianggapnya tak profesional ini. Begini cara Jo menyebut mereka:

"They were just not able to be professional enough to even have the courtesy to reply or follow up except for joking about it on Facebook"

"I am not going to help DKJ as if they were children."

Dia ingin aku datang, sebab bagaimanapun aku melakukan interaksi terhadap persoalan MJ dan proses konservasi di sana. Memang, Mei 2012 lalu aku berencana membuat heritage mapping di kawasan MJ, namun tak sempat terlaksana. Hal lain yang pernah kulakukan adalah melibatkan MJ dalam sebuah workshop mengenai pemetaan pusaka untuk kemudian dimasukkan menjadi aplikasi jelajah di telepon pintar. Ini masih dalam proses, baru akan selesai tahun ini.

Pendek kata, rencana ini tak pernah terwujud. Waktu sangat mepet, tinggal enam hari untuk mempersiapkan segalanya. "So my feelings are that DKJ missed this opportunity and there is nothing we can do about it now," kata Jo.

Sedih ya, dengan kesempatan sebesar ini, dengan bantuan seintensif ini, teman-teman aktivis kita tak ingin memperjuangkannya...

Oh iya, ngomong tentang Jo. Tadinya, kupikir dia 'hanyalah' seorang pejalan seperti aku: Pejalan yang mendokumentasi, lalu terlibat gerakan heritage preservation. Eh ternyata, dia adalah seorang dosen perguruan tinggi di Inggris. Kebangsaan Amerika yang banyak meneliti tentang berbagai peninggalan sejarah di Indonesia, tangible dan intangible. Trims pada Google!

Mlekom,
AZ

Wednesday, January 9, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 8:00:00 PM | No comments

Peyek Cabe Udang Rebon


Beberapa bulan lalu pernah nyicip peyek cabe di warung basonya Mas @Saptuari. Sejak kemarin, itu peyek terngiang-ngiang di kepala. Aku sih pernah lihat cara bikin peyek di Embah Mangun, tetangga yang jualan peyek kacang terenak se-Jogja (serius!). Udah lama gak lihat Mama bikin peyek, "Capek pinggang," katanya.

Siang jelang sore tadi, kubulatkan tekad untuk mencoba! Hehehe, langsung ketik kata "resep peyek renyah krispi" di Google. Lalu memutuskan ini, setelah mencaplok dari beberapa resep:

Bahan:
250 gr tepung beras
50 gr tepung sagu
1 sdm tepung kanji
4 daun jeruk, iris halus
6 bawang putih, haluskan
1 sdm ketumbar, giling kasar
2 sdm udang rebon
garam
air

Di resep ada yang pakai santan. Tapi berhubung malas nunggu santan dari freezer mencair, kugunakan air biasa saja. Aku juga tak menambahkan kemiri, kurang suka aja sama aromanya. Oh ya, yang terpenting adalah cabe! Aku pakai cabe merah tak segar (cabai kering), agar gorengannya tak lembab.

Cara:
Aduk semua bahan. Cabe disobek-sobek kasar, agar kalau digigit masih terasa teksturnya. Aduk rata. Goreng.

Nah, cara menggorengnya teryata tidak semudah yang kulihat di tempat Simbah. Mungkin karena aku pakai teflon, bukan wajan lebar seperti Simbah. Tapi teflon ini sangat membantu agar mudah dibolak-balik karena tak lengket. 

Ambil adonan sedikit-sedikit (sesuai selera aja mau segede apa), lumurkan ke pinggiran penggorengan. Siram dengan minyak goreng panas dari tengah teflon. Goyang-goyangin sampe pada ke tengah semua. Bolak-balik sampai agak coklat dan krispi. 

Simpel banget. Rasanya pedas dan agak asin (dari udang yang tidak direndam). Krispi banget. Kriuk-kriuk! Jadi bertanya-tanya, selain cabe, bahan apa lagi yang seru untuk dipeyek, yah?

Ini masakan pertamaku di 2013 (haha, akhirnya masak juga, setelah 1,5 bulan absen). Ini peyekku, mana peyekmu? :))

Mlekom,
AZ


*
Update (10/01):
Yang sudah pada makan bilang: Enak! Alhamdulillah. Namun bagiku, masih ada rasa yang kurang, mungkin akibat kemiri. Saranku, tambahkan 4 kemiri + 1 gelas santan + 1 butir telur. Akan makin krispi jika proses penggurengan diulang sekali lagi, jadi yang pertama digoreng setangah matang saja.

Besok-besok coba lagi, ahhh...

Friday, January 4, 2013

Posted by adriani zulivan Posted on 10:04:00 AM |

2013 Kami



Pagi tadi aku bangun siang (???!). Semalam ngelembur tiga (oh yeah!) abstrak paper, dan kebetulan sedang tidak shalat. 

Bangun-bangun, di meja sudah ada lontong opor yang ternyata sudah dimasak kemarin. Opor dimasak oleh Bu Wati, Asisten RT yang baru. Agar tak terlalu selera Jawa, Mama masak taucho udang untuk menghadirkan "lidah Medan". Ada pula rendang, ayam goreng, dan kerupuk sebagai pelengkap. Udah bergaya lontong Medan sikit, lah!

Kemarin Mama juga bikin kue bolu pisang. Pas kali, macam sedang tahun-baruan di Medan ya!

Orang Medan itu merayakan Hari Raya Natal justru di tanggal 1 Januari. 25 Desember dihabiskan dengan beribadah. Perayaan besarnya pada tahun baru, dengan bikin aneka masakan lontong, membuka kue-kue toples, dan ritual mengunjungi sanak-saudara.

Ini alasan mengapa tiket ke Sumatra Utara dsk selalu menanjak mahal di akhir tahun, menyamai (melampaui?) tiket-tiket akhirtahun ke destinasi wisata favorit.

Kami tidak Natalan. Juga tidak tahun-baruan. Tapi bolehlah merayakan hari libur keluarga dengan lontong. Di keluarga kami, makanan bernama lontong selalu menjadi menu istimewa, meski kali ini berbentuk opor :)

Eta ma mar-Natal hita sudena. Selamat 2013!

Mlekom,
AZ

Tuesday, January 1, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 9:06:00 AM | No comments

2012-ku

Ada buanyaaaak hal yang terjadi pada 2012-ku. Namun hanya ada tiga kenangan yang menggoret garis baru di telapak tanganku. Mungkin... :)

Ketiganya menjadi hal paling berharga yang secara drastis mengubah aku. Secara status, sosial, keluarga, dan nyaris membelokkan (atau memperlancar?) jalan hidupku.

Pisah dengan Ndil
Ini adalah keputusan sadar yang kulakukan. Tak etis menjelaskan persoalan internal di sini.

Keputusan ini, awalnya, berakibat buruk. Insomnia kambuh, pikiran kacau, aktivitas tak produktif, serta berbagai hal negatif lain.

Itu berjalan tak kurang dari seminggu. Ikhlas adalah kata kunci yang kugunakan untuk bangkit. Meski tak mudah dan hingga hari ini proses itu belum usai, kini aku sudah mampu berdiri tegak, menatap ke depan.

Amin!

IHI
Ah, tak ada habisnya menceritakan ini. Ini anakku, Indonesian Heritage Inventory. Kubangun atas dukungan Ndil. Aku sangat mencintainya!

IHI sempat terombang-ambing karena persoalan ayah-ibunya. Butuh komitmen besar, lahir-batin, untuk terus membesarkannya.

Aku... Menyerah... Perubahan relasiku dengan ayahnya membuatku tak lagi dapat berlaku seprofesional membedakan urusan kerja dan domestik.

:(

Pernikahan
Akhirnya keluarga kami melaksanakan hajatan pertama. Alhamdulillah, ini momen besar yang kami tunggu sejak 4-5 tahun lalu. Kebahagiaan terbesar di tahun ini, bagi keluarga.


Semoga.


Gambar dari sini.

2012 itu tahun penuh cerita. Kebahagiaan ada di mana-mana. Terlalu panjang untuk diceritakan di sini.

Selamat tinggal 2012, kamu memberi begitu banyak warna pada hidupku! :)

Mlekom,
AZ
  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata