Friday, April 26, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 9:24:00 AM | 2 comments

Magelang Tak Hanya Borobudur!

Sumber: KTM
Kota Magelang adalah ibukota dari Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah. Meski Candi Borobudur terletak di kabupaten yang sama, keberadaan Magelang sebagai kota layak kunjung tak sepopuler Borobudur. Bahkan, ironisnya, banyak wisatawan yang mengira Borobudur berada di wilayah administratif Yogyakarta.

Wisatawan hanya melewati kota ini dalam perjalanan menuju Borobudur dari Kota Semarang; atau tak pernah menginjak kota ini, jika berangkat ke Borobudur melalui Yogyakarta. Sangat disayangkan, mereka melewatkan sejarah besar Indonesia yang terselip di kota ini.

Magelang lahir pada 11 April, 907, sebagai desa dengan keberadaan seorang raja. Pada abad ke-18, Magelang menjadi pusat pemerintahan Kolonial Inggris. Tahun 1818, setelah Belanda mengalahkan Inggris, Magelang menjadi ibukota Karesidenan Kedu. Letaknya yang strategis menjadikan kota ini sebagai pusat perekonomian. Selanjutnya, Magelang menjadi benteng militer gerakan pro-kemerdekaan. Kini, kota ini menjadi pusat pendidikan militer Republik Indonesia.


Jejak sejarah tersebut terlihat jelas di sejumlah bangunan kuno di Magelang. Saujana kota yang indah turut pula menggoreskan sejarah, ketika para pejuang menyusun pertahanan di lembah, bukit, hingga kaki-kaki gunung Sumbing dan Sindoro.


Oleh sebagian orang, kekayaan sejarah ini dinilai penting. Untuk itu, warga Magelang berusaha mempertahankan sejarah itu. Magelang Koeta Toea (KTM) adalah salah satu kelompok yang menaruh perhatian besar pada isu ini.


KTM selalu mengajak warga untuk selalu menghargai sejarah kotanya. Salah satunya lewat sebuah agenda tahunan bertajuk Magelang Tempo Doeloe. Kegiatan ini diadakan tiap April, untuk memperingati ulang tahun kotanya. Tahun ini, kegiatan berpusat di area Museum BPK Kompleks Eks Gedung Karesidenan Kedu, Jalan Diponegoro No. 1 Kota Magelang. Kegiatan ini berlangsung pada 27-28 April 2013, dengan beragam agenda.


Ada pertunjukan budaya berupa tari dan musik tradisional, pemutaran film sejarah dan perjuangan, jelajah kota tua, menyaksikan matahari terbit dari puncak bukit Tidar, diskusi sejarah, dan ritual budaya. Ada pula pameran foto tua, angkutan kuno, jajanan rakyat, kerajinan khas, hingga bursa barang kuno.


Bagaimana cara ke sana?


Dari Yogyakarta:

  1. Naik DAMRI (Rp 35.000) dari Bandara, turun di Hotel Wisata. Lanjutkan perjalanan dengan angkot (Rp 2.500) atau taksi (Rp 20.000)
  2. Naik bus apapun dari Terminal Jombor Jogja (Rp 35.000 untuk AC dan Rp 8.000 non AC), turun di Armada. Lanjutkan dengan engkel (bus 3/4, Rp 3.000) ke Karesidenan/perdana.
  3. Atau, anda dapat turun di Terminal Tidar Magelang. Lalu gunakan angkot jalur 8 (Rp 2.000) ke arah Karesidenan.
Dari Semarang:
Naik bus apapun mengarah Jogja (Rp 12.000), turun di Armada. Lanjutkan perjalanan seperti nomor 2 dan 3 di atas.

Informasi

  • Bagus Priyana +6287832626269 | Wahyu Utami +6281392363778
  • Tentang KTM: Facebook, blog.
Sampai bertemu di Magelang!

Mlekom,

AZ



Catatan:


Wednesday, April 24, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 5:58:00 PM | No comments

Are You Walking Together?


Pertanyaan ini paling cukup sering muncul jika bertemu orang baru, WNA. Kalimat ini punya cerita khusus buat aku. Akibat kelemahan vocab idiom bahasa Inggris, atau akibat gumpalan (ahem) kotoran yang menutupi membran telinga.

Oktober 2011
Bertemu seorang Mbak-mbak Jepang, dari komunitas yang sama dengan Ndil. kami menjemputnya di hotel di kawasan Malioboro.

"Are you walking together?" tanya Simbak.

"Yes, from the parking area there," tunjukku pada pintu hotel.

"I mean, are you and him, walking together?" tanyanya setelah jeda pikir, sambil mengarahkan telunjuk kanannya ke aku, dan telunjuk lain ke arah Ndil yang sudah jauh di depan kami, lalu mendekatkan kedua jari tersebut.

"Owh crab! Yea!" jawabku tersipu, sadar kebodohan.
Ndil terbahak waktu kuceritakan.


Maret 2013
Malam minggu. Bersama teman cowok, aku bertemu seorang Mbak-mbak Jerman. Aku dan Simbak Jerman ngobrol di atas becak yang membawa kami ke warung makan.

"Are you working together?"

"Yes, we are," jawabku.

Lama-lama kusadari pertanyaanya.
"Sorry, did you asked wether we are working together, or walking?" tanyaku bodoh.

"Hummm, are you walking together, or working together?" tanyanya balik, membingungkan.

"We are working together, in some project," jawabku polos.
Kami sama-sama tertawa. 

Tak penting.

Mlekom,
AZ


Thursday, April 18, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 10:57:00 AM | No comments

Ketika Komunitas Bicara Pusaka



“Ini gambaran suasana desa kami tahun 2010 lalu,” tunjuk Jainu pada sehalai kain yang dibentangnya. Pada kain ini tergambar suasana hutan dengan tumbuhan meranggas, dengan latar belakang gunungapi yang mengeluarkan abu vulkanik. Inilah erupsi Merapi di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah; tempat tinggal Jainu.

Kisah erupsi tersebut tergores apik di lembar-lembar kain yang dibawa komunitas Batik Merapi Balerante. Batik menjadi media presentasi interaktif, banyak pengunjung terlena dengan kisah di balik pembuatannya.




Balerante merupakan satu dari 10 komunitas yang berbicara di acara “Komunitas Bicara Pusaka”. Acara yang diselenggarakan oleh komunitas Senthir ini bertujuan untuk menjaringkan berbagai komunitas pelestari pusaka. Ada yang berbicara tentang kegiatan jelajah kampung, mainan tradisional edukatif, permainan online, gambar sketsa, komersialisasi bangunan cagar budaya, hingga advokasi warisan budaya.

“Acara ini sangat baik, banyak pelajaran yang didapat oleh sesama pegiat pusaka,” kata Yeny Paulina Leibo yang hadir dalam kegiatan yang diselenggarakan Rabu (17/04) di Dalem Sopingen Kotagede, Yogyakarta ini.

(Adriani Zulivan)

*
Disalin dari Indonesian Heritage Year di sini.
Foto-foto oleh Dwi Kurniawan, ada di sini.





Monday, April 15, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 10:07:00 PM | No comments

Komunitas Bicara Pusaka


Desain poster: Priyo Atmo Sancoyo

Term of Reference
Komunitas Bicara Pusaka

Apa yang muncul di benak Anda ketika mendengar kata “pusaka”? Jawabannya tentu beragam. Sebagian besar orang menafsirkan sebagai benda bertuah nan sakral yang disucikan. Keris dan makam, misalnya. Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) menyepakati “pusaka” sebagai padanan kata heritage (Inggris). Kesepakatan ini dituangkan dalam Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia tahun 2003. 

Mengapa kata heritage tidak diterjemahkan dengan kata “cagar budaya” yang kerap digunakan masyarakat? Sebab pengertian pusaka sangat luas. Tentu kita masih ingat syair lagu “Indonesia Pusaka” karya Ismail Marzuki. Lagu ini menyebut Indonesia dengan tanah air pusaka. Itu berarti bahwa pusaka adalah segala kekayaan yang terdapat di tanah air.

Segala kekayaan ini terdiri atas pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana (landscape). Ketika mengartikan heritage dengan “cagar budaya”, maka makna heritage tersebut akan menyempit. UU 11/2010 menyebutkan bahwa cagar budaya adalah warisan budaya yang hanya bersifat kebendaan (tangible) seperti bangunan, monumen dan situs. Secara status, cagar budaya adalah segala benda yang sudah disahkan oleh undang-undang (melalui penetapan) terkait statusnya sebagai benda cagar budaya (BCB). Ini berarti bahwa hanya sedikit bagian dari begitu melimpahnya pusaka di tanah air ini.

Pendidikan Pusaka
Keragaman budaya dan kekayaan alam Indonesia adalah satu kesatuan yang harus dilestarikan, sebab keberadaannya bernilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan. Untuk itulah muncul beragam organisasi pemerhati pusaka di berbagai wilayah di Indonesia. Termasuk Yogyakarta. Mereka hadir untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya pusaka bangsa.

Tak terhitung jumlah organisasi yang bergerak di isu ini. Segala sektor berperan penting. Ada kelompok warga, LSM, akademisi, dan pemerintah. Sayang, besarnya jumlah ini belum berbanding lurus dengan upaya pelestarian pusaka tanah air. Banyak faktor menjadi penyebab, termasuk minimnya jejaring antar komunitas ini.

Untuk itu, Komunitas Senthir Jogja bermaksud untuk mengundang berbagai komunitas pemerhati pusaka di Yogyakarta untuk bersua, berkenalan dan berbagi. Menggunakan metode Pecha Kucha, tiap komunitas diajak untuk memperkenalkan gerakan pelestarian pusaka yang selama ini dilakukannya. 

18 April
Oleh International Council for Monuments and Sites (ICOMOS), tanggal ini ditetapkan sebagai Hari Pusaka Dunia (International Monuments and Sites Day). Seluruh negara memperingatinya dengan cara-cara sederhana, berharap momen ini dapat membangkitkan ingatan publik tentang perlunya menjaga kelestarian pusaka. 

Cara-cara tersebut sesederhana jelajah situs, kunjungan ke kelompok kesenian, menggambar bangunan tua, mencabuti rumput liar sekitar candi, demo masak makanan tradisional, dan seterusnya. Di Yogyakarta, kita punya ajang berbagi antar komunitas. “Komunitas Bicara Pusaka”.

Pecha Kucha 
(Jepang: ngobrol) adalah sebuah metode presentasi yang melibatkan berbagai kelompok dalam satu waktu tertentu. Presentasi ini berupa ‘estafet’, yaitu usai presentasi oleh satu presenter, presentasi akan dilanjutkan oleh presenter berikutnya. Yang menarik adalah presentasi 20 x 20; artinya 20 slide dengan masing-masing slide hanya diberin waktu 20 detik untuk menjelaskan. Total waktu untuk tiap presenter adalah 6 menit, 40 detik. 

Tak ada sesi tanya-jawab. Diskusi digantikan dengan proses pendekatan oleh orang per orang kepada masing-masing presenter yang diminati. Jadi akan berupa pendekatan informal usai presentasi. Inilah inti dari metode pecha kucha: Ngobrol!

Komunitas Senthir
Juga dikenal sebagai Semangat Muda Komunitas Pusaka Yogyakarta, adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh sekelompok pecinta pusaka kota. Mereka datang dengan berbagai keahlian, dengan kesamaan pandangan untuk mewadahi anak-anak muda.

“Komunitas Bicara Pusaka” merupakan bagian dari peringatan Indonesian Heritage Year (IHY) 2013, yang didukung oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI). IHY merupakan peringatan dua dekade perjalanan gerakan pelestarian pusaka Indonesia. Bertema “Pusaka untuk Kesejahteraan Rakyat”, peringatan IHY akan berlangsung sepanjang tahun 2013 dengan beragam kegiatan yang melibatkan berbagai kelompok pelestari di nusantara.

Acara
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada Rabu, 17 April 2013, pukul 19.00 WIB, bertempat di Dalem Sopingen, Kotagede, Yogyakarta. Seluruh peserta diharapkan mengenakan busana daerah, sebagai semangat pelestarian pusaka.

Peserta
  1. Komunitas Kampung Pusaka Alun-alun Kotagede
  2. Komunitas Blusukan Kampoeng Kauman
  3. Komunitas Warga Jogja Berdaya: Jembatan Kewek vs Privatisasi & Komersialisasi Pusaka
  4. Tim Pendidikan Pusaka BPPI 
  5. Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA) Indonesia
  6. Heritage Camp Jogja
  7. Indonesia Sketcher Jogja
  8. DKV ISI: Kampus to Kampung
  9. Paguyuban Onthel Jogja: Jelajah kampung bersepeda
  10. Forum Komunikasi Winongo Asri: Kampung hijau
  11. Batik Merapi Balerante: Kebangkitan Ekonomi Pasca Bencana, Melestarikan Tradisi
  12. Agate Studio: Peluncuran game situs sejarah 
  13. Karang Taruna Nglanggeran
  14. BPCB Yogyakarta
  15. IVAA: Arsip Budaya Nusantara

Mari membicarakan pusaka! 
Reservasi gratis di prio.architect@gmail.com


Mlekom,
AZ

Tuesday, April 9, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 9:34:00 PM | No comments

Batik Mandala Borobudur, Akhiri Salah Didik

Atas: Batik telah siap. Bawah: Desain batik


Sejak Februari 2010, pengelola Candi Borobudur mewajibkan pengunjung untuk mengenakan kain batik. Kain ini berbentuk kain panjang yang dililitkan di pinggang, hingga menjadi seperti sarung.

Penggunaan kain ini adalah sebagai bentuk penghormatan atas candi, sebagai bangunan sakral tempat peribadatan. Pesan tersebut sangat baik, agar pengunjung tak menganggap candi hanya sebagai monumen mati.

Inilah bentuk pendidikan pusaka (heritage) yang sangat mengena. Selain itu, pemilihan batik itu sendiri sangat penting untuk mengenalkan pusaka tak-benda (intangible) yang kita agungkan.

Batik

Namun sayang, sesungguhnya kain panjang yang digunakan pengunjung Borobudur bukanlah batik, melainkan kain bermotif batik yang dibuat dengan teknik cetak (printing). Teknik ini, tentu saja, tak dikenal dalam pembuatan batik tradisional. Tulis dan cap adalah dua teknik membatik yang menjadi warisan budaya. Dua teknik ini pula yang membuat UNESCO memasukkan batik dalam daftar Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity (2009), bukan teknik cetak.

Sayangnya, masih banyak kalangan yang tidak memahami hal ini. Serbuan kain yang dibuat dengan metode cetak bermotif batik adalah salah satu penyebabnya. Terlebih lagi, jenis kain ini banyak yang tidak berasal dari Indonesia, namun negara lain seperti Cina.

Harga yang murah--akibat pembuatan massal nan cepat, hal yang tak mungkin dapat dipenuhi pengrajin batik tulis dan cap--membuat kain jenis ini laku di pasaran. Masyarakat merasa telah melestarikan budayanya, tanpa tahu bahwa yang dikenakannya bukanlah batik. Di sisi lain, produsen kain printing bermotif batik meneguk keuntungan instan tanpa peduli bahwa ia telah menodai warisan peninggalan nenek moyang bangsa ini.

Ironisnya, pendidikan pusaka warisan budaya ini juga tidak dijalankan dengan benar oleh pengelola Borobudur, dalam hal ini adalah PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (PT TWC). Lihatlah kain yang mereka pilih. Tak lain tak bukan adalah kain cetak bermotif batik.

Sebagai pihak yang memiliki pemahaman mengenai warisan budaya, sudah sepatutnya PT TWC mengajarkan pendidikan pusaka yang benar, tidak nyeleneh. Hanya karena memanfaatkan kesempatan proyek pengadaan batik, lalu dicetaklah kain bergambar Candi Borobudur dengan nuansa motif ala batik, berbungkus alasan menghormati leluhur. Nyeleneh.

Produk Lokal

Kain bukan batik itu tidak dibuat di Borobudur. Tak ada mesin printing di desa ini. Sayang sekali jika kesempatan sebaik itu tak digunakan untuk memberdayakan warga. Padahal, Desa Borobudur memiliki kelompok batik yang tersebar di sekitar candi. Dusun Gendingan misalnya.
Atas: Wisatawan belajar membatik. Bawah: Showroom
Meski tak memiliki tradisi batik, dusun yang teletak di utara Candi Borobudur ini telah mampu memproduksi batik. Rumah Kepala Dusun Gendingan pun dijadikan showroom sekaligus workshop, dimana pengunjung dapat belajar membuat batik tulis.

Adalah Jack Priyana, warga lokal, yang menggiatkan aktivitas membatik di Desa Borobudur. Sejak pertengahan 2012, kelompok ini berhasil mengajukan rancangannya untuk digunakan sebagai pengganti sarung printing yang digunakan kini.

Bahan yang digunakan adalah santung, kain lembut yang adem di kulit. Proses produksinya menggunakan metode cap, dengan bahan pewarna sintetis. Motif batik didapat Jack dari eksplorasi pahatan relief yang terdapat di Candi Borobudur. Motif ini dinamai Mandala Borobudur.
Proses ngecap
Hingga akhir Maret lalu, PT TWC telah memesan 1000 lembar batik. Jumlah ini akan bertambah sesuai kebutuhan. Pengunjung akan dapat mengenakan hasil kreasi warga Desa Borobudur tersebut di pertengahan tahun ini. Namun, saat kini Anda hanya dapat melihat proses pembuatannya. Proses ini dipusatkan di Rumah Seni Atap Langit yang terletak di Jalan Balaputra Dewa Nomor 55, Desa Borobudur

Penggunaan produk lokal akan mendukung kemajuan kelompok warga. Semoga ini menjadi media promosi, agar wisatawan Borobudur tak hanya datang ke candi, namun juga mampir ke dusun-dusun untuk mempelajari budaya desa.

Selain membangkitkan ekonomi warga, upaya ini juga turut memberi pendidikan yang benar kepada masyarakat Indonesia dan dunia, tentang makna batik yang sesungguhnya. Inilah akhir dari kesalahan pengelola Borobudur dalam memberikan pendidikan pusaka bagi publik. Semoga saja upaya ini segera diikuti oleh candi-candi lainnya.

Mlekom,
AZ

*Cek gambar lainnya di sini.

Saturday, April 6, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 12:13:00 PM | No comments

Selamatkan Kawasan Arkeologi Candi Prambanan!



Tak lama lagi sebuah hotel komersial akan dibangun di kawasan situs arkeologi Prambanan. Mari bantu selamatkan Prambanan, dengan terlibat aktif di sini:

Catatan:


Mari dukung upaya penyelamatan Kawasan Arkeologi Candi Prambanan!

Mlekom,
AZ
Posted by adrianizulivan Posted on 11:49:00 AM | No comments

UNDANGAN | Kontribusi di Hari Pusaka Dunia & Indonesian Heritage Year



Yth teman-teman Pelestari Pusaka Indonesia,


Apa kabar? Lama tak bersua. Teman, saya ingin menyampaikan sebuah berita gembira:

Tahun ini adalah peringatan dua dasawarsa gerakan pelestarian pusaka di Indonesia. Artinya, perjuangan yang baru sebentar ini masih akan menapaki jalan panjang di tahun-tahun berikutnya. Salah satu cara yang perlu dilakukan adalah lewat pengenalan kepada masyarakat mengenai apa itu pusaka (heritage) dan bagaimana cara melestarikannya.

Untuk itu, Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) membuat sebuah program bernama Indonesian Heritage Year (IHY) 2013. Program ini berupa apresiasi terhadap berbagai gerakan pelestarian pusaka di seluruh Indonesia. Sederhananya, BPPI berniat menjaringkan apapun kegiatan berbau pelestarian pusaka di berbagai daerah. Untuk itu, teman-teman diminta berpartisipasi. 

Caranya?
Daftarkan kegiatan pusaka Anda ke melalui formulir online di sini.

Apa keuntungan yang akan didapat oleh komunitas?
Publikasi. BPPI menggerakkan seluruh media (online dan tulis) di tiap penyelenggaraan kegiatan. Akan ada liputan dan informasi pra acara terkait kegiatan tersebut. Publikasi yang diharapkan tentu di tingkat lokal (daerah, nasional, hingga internasional. Sejumlah acara yang sudah masuk dapat dilihat di sini.

Apakah BPPI membantu pendaan untuk penyelenggaraan kegiatan?
Tidak. BPPI hanya dapat memberi support non material, yaitu publikasi tadi. 

Apakah BPPI akan mendukung tenaga (person) atau konsep acara?
Tidak. Jadi, komunitas tetap menjadi penyelenggara dengan diberi kebebasan memnyelenggarakan apapun. Urusan publikasi, akan ditangani BPPI. 

Kegiatan apa saja?
Apapun, terkait pelestarian pusaka. Sesederhana jelajah situs, kunjungan ke kelompok kesenian, menggambar bangunan tua, mencabuti rumput liar sekitar candi, demo masak makanan tradisional, dll. Meski Rp 0,- 
Cek contoh kegiatan sederhana yang dapat dilakukan di sini.

Kapan?
Sepanjang tahun 2013. Terlebih di tanggal 18 April 2013.

Ada apa di 18 April 2013?
Ini adalah Hari Pusaka Dunia (International Monuments and Sites Day). Tiap tahun, BPPI bersama ICOMOS menyelenggarakan peringatan Hari Pusaka Dunia. Jika sebelumnya dipusatkan di Kawasan Candi Borobudur, tahun ini akan dipusatkan di Kawasan Percandian Trowulan, Mojokerto (cek infonya di sini).
Tahun ini, ada sejumlah daerah yang telah mendaftarkan programnya untuk diikutkan dalam jejaring peringatan HPD 2013 di Indonesia. 

Mengapa harus dijaringkan?
Dengan berjejaring, maka gema HPD ini akan kuat, sehingga masyarakat sadar bahwa Indonesia (terutama, daerahnya), punya pusaka yang merupakan kekayaan daerahnya. Harapannya, gema ini nanti akan membawa kesadaran akan pentingnya melestarikan pusaka.

Begitulah. Untuk informasi lanjut dapat menghubungi Priyo di @cakprio_as atau prio.architect@gmail.com


Mlekom,
AZ




Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI)/Indonesian Heritage Trust memahami pentingnya pemeliharaan aset Pusaka Indonesia baik Pusaka Alam, Pusaka Budaya, dan Pusaka Saujana. Kompleks Candi Prambanan (Prambanan Temple Compound) yang terdiri dari 4 kompleks percandian yaitu Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Lumbung dan Candi Bubrah,sebagai salah satu dari Pusaka Budaya Berwujud (tangible) sudah mendapatkan pengakuan sebagai Pusaka Dunia (World Heritage) dengan Nomor C-642 pada Tahun 1991.

Menyikapi Sayembara Konsep Disain Arsitektur Hotel Konvensi di Kawasan Kompleks Candi Prambanan, yang di selenggarakan oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) maka BPPI sebagai wadah organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pelestarian pusaka, berdasarkan diskusi dengan para mitra organisasi dan institusi terkait pelestarian; memandang perlu untuk menyampaikan pokok-pokok pemikiran yang kiranya patut diketahui oleh masyarakat demi praktik pelaksanaan yang tepat dari Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang- undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya sebagai berikut;


  1. Dari studi JICA 1979 telah dibagi beberapa zonasi beserta peruntukannya guna mendukung kelestarian situs di Kawasan Kompleks Candi Prambanan. Hasil tersebut kemudian dijadikan dasar UNESCO untuk menetapkan Prambanan Temple Compound sebagai kompleks pusaka dunia (world heritage);
  2. Berdasarkan Lampiran PP Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasioanl (RTRWN); Kawasan Prambanan telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dari sudut kepentingan sosial budaya. Adapun deliniasi kawasan tersebut sedang diproses oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), serta Pemerintah Kabupaten Sleman dan Klaten beserta dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat serta pemangku kepentingan lainnya. Materi deliniasi KSN Prambanan dikerjakan berdasarkan studi JICA 1979 dengan fokus pada pengembangan/peningkatan kualitas kawasan;
  3. Adanya pertemuan yang diinisiasi Kementerian PU di Klaten dan dilanjutkan di Hotel Phoenix Yogyakarta dengan dihadiri oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan DIY, Pemerintah Kabupaten Sleman dan Klaten, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat serta para pemangku kepentingan lain, yang menghasilkan kesepakatan untuk menghentikan sementara (moratorium) segala pembangunan fisik di Kawasan Prambanan;
  4. BPPI mencermati bahwa sayembara tersebut berpotensi bertentangan dengan isi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, antara lain pada pasal-pasal: a) Perlindungan (Penyelamatan, Pengamanan dan Zonasi); b) Pengembangan (Penelitian dan Pemanfaatan);
  5. BPPI sebagai lembaga pelestarian beserta organisasi kemasyarakatan lain selaku mitra pemerintah akan terus bekerjasama dalam upaya mengawal pelaksanaan pelestarian dan pemanfaatan kawasan cagar budaya termasuk Pusaka Dunia (World Heritage) yang seyogyanya pengembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakainya dan mencakup semua kepentingan secara berimbang serta sesuai dengan kaidah pelestarian;
  6. Berdasarkan butir 1-5, kepada pemrakarsa dan penyelenggara dihimbau: a) Menunda dan meninjau kembali rencana sayembara dan atau segala aktivitas yang berkaitan dengan pembangunan hotel tersebut sampai adanya peraturan dari pemerintah yang jelas dan mengikat; b) Melakukan kajian secara menyeluruh terhadap kawasan Prambanan untuk pengembangan lebih lanjut.

Jakarta, 5 April 2013

Badan Pelestarian Pusaka Indonesia

Dewan Pimpinan 



Drs. I Gede Ardika
Ketua


Unduh dokumen versi pdf (168 Kb) di sini.
Co-pas dari BPPI.


Thursday, April 4, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 10:51:00 AM | No comments

Jadwal Prameks, Manja, dan Sriwedari per 1 April 2013


Jadwal Kereta Api
Prambanan Ekspress (Prameks), Sriwedari dan Madiun Jaya (Manja)
per 1 April 2013

Prameks

  • Solo Balapan – Kutoarjo 05:30, 16:20 WIB
  • Solo Balapan – Yogya Tugu 05:30, 08:45, 13:00, 14:30, 16:20, 18:20 WIB.
  • Yogya Tugu – Solo Balapan 06:45, 10:50, 12:00, 14:40, 16:45, 20:10 WIB
  • Yogya Tugu – Kutoarjo 06:50, 17:35
  • Kutoarjo – Solo Balapan  09:40,19:00WIB
Sriwedari
  • Solo Balapan – Yogya Tugu 07:05, 11:10, 15:45, 20:05 WIB
  • Yogya Tugu – Solo Balapan 05:25, 09:15, 13:00, 17:45 WIB
Manja
  • Madiun – Yogya Tugu 06:00, 14:50 WIB
  • Yogya Tugu – Madiun 09:50, 18:30 WIB
Tiket
  • Madiun - Yogya, PP: Rp 50.000,- 
  • Yogya - Sragen, PP: Rp 40.000,- 
  • Yogya - Solo, PP: RP 10.000,- (Prameks), Rp 20.000,- (Sriwedari, Manja)

Info: @KAI121Gambar: Etsy

Mlekom,

AZ

  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata