Tuesday, April 29, 2014

Posted by adrianizulivan Posted on 6:52:00 PM | No comments

Keluarin, Enggak, Keluarin, Nggak


"Keluarin, enggak. Keluarin, enggak. Akhirnya aku keluarkan juga. SIM C yang menyembul malu-malu di dompet. Bersama STNK, kusodorkan ke salah satu Polisi yang mengadakan razia kendaraan roda dua di ring-road selatan arah Sewon, Bantul siang tadi.

"Mbak Adriani?"
"Ya."
"Ini SIM-nya berakhir 2011. Silahkan minggir dahulu."
"Minggir? Ke mana?"

Tangannya diarahkan ke sebuah lahan kosong. Ada belasan sepeda motor dan pemiliknya yang parkir di sana. Ada sekitar lima Polisi lain  yang sedang sibuk menginteregosi dan mencatat nota di kap mobil patroli. Aku mendekat, memarkir motor, turun, menunggu giliran.

"Mana STNK-nya?"
"Itu diambil..." tunjukku ke arah jalan, tempat aku dicegat oleh satu dari sekitar lima polisi yang memberhentikan para pengendara motor.
"SIM-nya?"
"Diambil dua-duanya, Pak."
"Lho, yang diambil SIM, bukan KTP?"
"SIM dan STNK," jawabku agak kesal. Pertanyaan kok diulang-ulang.
"Mbak motornya yang mana?"
"Itu," tunjukku pada motor yang diparkir di belakang tempatku berdiri.
"Berapa nomornya?"

Aku mendekat ke plat motor, gak hafal. Namanya juga motor pinjaman. Satu polisi lain meneriakkan nomornya ke Polisi yang memegang setumpuk surat kendaraan.

"STNK-nya yang mana ya?" ulangnya lagi. Kudiamkan saja. Tak lama salah satu petugas tidak berseragam mendatangi kami, memberi setumpuk STNK lain.

"Mbak Adriani. Sudah tahu kesalahannya?"
"SIM-nya mati."
"Jadi bagaimana ini, mau diurus sekarang?"
"Urusnya gimana, Pak?"
"Langsung di sini bisa."
"Gimana Pak?"
"Kami beri surat tilang."
"Oh gitu. Jadi gini Pak, dua bulan lalu saya ke Kantor Polisi yang di Kotagede itu Pak. Saya baru kehilangan dompet berisi surat-surat. Eh itu Kotagede apa Umbulharjo ya Pak?"
"Umbulharjo." *heran kok si Bapak langsung ngeh aja yang kumaksud*
"Polisinya bilang, SIM yang hilang mau dibuat baru di Yogya, apa cabut berkas ke Sumatra Barat. Saya bilang cabut berkas aja, karena SIM-nya baru bikin. SIM-ku memang keluaran Sumbar. Si Bapak juga memastikan itu dari SIM kadaluarsa ini.

"Jadi, saya punya surat tentang itu Pak. Tapi saya gak bawa sekarang."
"Bagaimana kami bisa percaya?"
"Ya itu Pak, saya bisa ambil nanti."
"Baik, silahkan diurus nanti."
"Ini sampai jam berapa, Pak?"
"Urus di kantor saja. Di perempatan ring-road sana,"sambil menunjuk.
"Di mana itu Pak?"
"Ring-road perempatan sini ini, ke selatan." Gantian Bapaknya yang bete.
"Kiri ya Pak?"
"Kanan."
"Kiri kalau dari utara Pak. Oke Pak, nanti setelah jam lima saya ke sana."
"Lama sekali, sekarang saja."
"Lho kan saya harus ambil surat keterangan hilangnya dulu, Pak."
"Ya, silahkan ambil sekarang, kami tunggu."
"Saya bisanya setelah jam lima Pak, kan harus ke kantor dulu."
"Kantornya di mana?"
"Sewon situ," tunjukku ke arah belokan yang kutuju.
"Harus jam lima?"
"Iya, Pak. Setalah jam lima."
Bapaknya diam.
"Yasudah Pak, nanti saya urus. Ini yang sekarang saya bawa yang mana?" tunjukku pada SIM dan STNK.
Si Bapak kasih SIM.

"Lho Pak, SIM-nya kan gak berlaku, kalau saya dirazia lagi bagaimana?"
"Makanya, mestinya pakai surat tilang," katanya sambil memasukkan lagi SIM-ku di dalam bungkus STNK.
"Tapi kan saya bisa menunjukkan surat kehilangannya Pak!"
"Tapi kan tidak dapat menunjukkannya saat ini!"
"Yasudah... nanti kalau dirazia, saya bilang saja kalau SIM saya di Bapak, ya. Nama Bapak siapa? Sekalian saya minta nomor telepon biar mudah nanti menghubungi. Mungkin saya kemalaman baru ke kantor Bapak." Kurogoh tas, ambil pulpen.
"Tunggu sebentar..." sambil mengalihkan pandangan ke arah calon terdakwa lain di sekitarku.
"Hah?" tanyaku.
"Sebentar lagi," jawabnya. Kumasukkan pulpenku. Lalu duduk di terpal yang diatasnya berisi padi yang sedang dijemur. Ada orang lain di sebelahku.

Aku minum air dari botol di dalam tas. Pengen banget keluarkan hape untuk memotret. Tapi enggak deh, nanti masalah lagi. Akhirnya aku cuma melihat-lihat, bengong gak tau mau ngapain dan diapain :p

Dari jauh, si Bapak yang menginterogasiku tadi bilang: Sambil istirahat-istirahat dulu, Mbak. Aku mengangguk saja. Dia sibuk 'menyisir' tersangka lain.

"Mbak Adriani, silahkan." katanya menyodori SIM dan STNK-ku.
"Sudah, Pak?"
"Ya, silahkan." katanya sambil membuka telapak tangannya ke arah motor (pinjaman)ku.
"Heh?" *dalam hati*
"Sudah Pak?" tanyaku lagi.
Si Bapak mengangguk.
"Trims, Pak." Tadinya mo nanya: Jadi saya nanti gak perlu ke kantor Bapak lagi? Tapi kurasa gak perlu sih, karena gak ada yang ditahan.

Saat berjalan menuju motor, Polisi lain bertanya, "Bagaimana. Mbak?"
"Sudah selesai dengan Bapak yang itu."
Dia cuma mengangguk dan sibuk lagi dengan catatan-catatannya.

Kunyalakan motor, sambil pamitan "Monggo, Pak!" ke si Bapak yang bikin bingung tadi. Apa yang di pikiran si Bapak ya? Hambuh, dab!

Gambar dari sini.


Mlekom,
AZ
 

Monday, April 28, 2014

Posted by adrianizulivan Posted on 8:40:00 PM | No comments

Penampakan Oke Punya


Sepagian disebul rokok dalam ruangan ber-AC oleh seorang pejabat Kabupaten Bantul. Siang hari, saatnya ngabur sebentar nyari makanan favorit. Susuri barat-timur sepanjang jalan di Desa Tembi, akhirnya nemu ini. 

Warungnya sangat mencolok, di ujung barat perempatan Imogiri lurusan jalur Rumah Budaya Tembi (nahlo, sulit banget kan ancer-ancernya). Cukup rame, mungkin sebab berada di ujung jalan. Aku menemukan sekitar empat warung mie ayam lain di jalur itu, tapi yang dua tutup, yang satu rame sama anak-anak sekolahan (bikin males). 

Ini tumben warung biasa, kuahnya dipisah. Ada pangsit goreng. Sumpitnya bersih (dari plastik, bukan kayu yang lapisan catnya sering bopeng-bopeng). Soal penampakan, oke punya lah! Rasanya? Biasa saja. Aku minum es campur yang rasanya juga gak kaya es campur. Harga mie-nya kalo gak salah 8.000.

Lumayan lah, hilang lapar.

Mlekom,
AZ

20140522

Sunday, April 27, 2014

Posted by adrianizulivan Posted on 10:13:00 AM | No comments

Geliat Bakat Setelah 21 Tahun Terpendam



Ada yang bilang, seni itu tergantung bakat, bawaan lahir. Ada pula yang meyakini bahwa seni itu dapat dipelajari. Tak ada yang salah, tiap seniman mengalami proses berbeda. Kedua hal itu dialami Sinta Carolina (41) dalam perjalanan berkeseniannya.

Kemampuan Sinta dalam berkesenian baru menggeliat di usia yang tak lagi muda. Ia kini menjadi salah satu perupa paling produktif di Yogyakarta. Sinta mulai menggambar di usia SD, dengan coretan berbentuk buah-buahan. Gambar lain dibuat sebagai tugas pelajaran seni rupa di SMP hingga SMA, juga untuk majalah dinding sekolah. Lepas itu, ia tak lagi mencorat-coret.

Medio 2005, sarjana Sastra Prancis Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini justru menekuni dunia fotografi. "Awalnya hanya ikut-ikutan teman, lama-lama serius dan ikut kelas fotografi," katanya. Tahun 2011 ia bergabung dengan Kelas Pagi Yogyakarta (KPY), sebuah komunitas belajar fotografi rintisan Anton Ismael.

Dalam memotret, ia mengkhususkan diri pada makanan. "Orang bilang, aliran ini tidak mudah. Jadi kalau sudah bisa memotret makanan, memotret yang lain pasti bisa," jelasnya. "Lagi pula saya suka makan," lanjutnya. Sejak itu, Sinta menjadi fotografer lepas khusus kuliner di sela-sela pekerjaan rutinnya. Ia juga terdorong untuk menuliskan hobi icip-icipnya ke dalam blog, hingga muncul http://sintacarolina.blogspot.com/ di tahun 2011.
Diawali dengan ketertarikannya pada sketsa di majalah kuliner, sinta coba mecorat-coret lagi pada April 2013. "Saat selesai gambar pertama, suami saya bilang; lha itu gambarnya bagus kok! Akhirnya jadi pede dan terus menggambar." Istri dari  Pulung Fadjar Febrieka ini mencari referensi gambar di majalah dan internet. 

Dibanding masakan nusantara, Sinta lebih banyak menggambar makanan internasional. Menurutnya, menggambar detil makanan Indonesia sangatlah sulit, sebab biasanya platting tidak diatur dengan rapi--seperti soto dan gado-gado. Beda sekali dengan sushi dan burger, misalnya. Meski demikian, sudah ada sejumlah menu tradisional yang diabadikannya. "Masih belajar menggambar kuliner lokal, ini salah satu cara saya untuk melestarikan warisan pusaka kita."

Seiring waktu, Sinta tak hanya menggambar makanan, namun juga tumbuhan, hewan, dan benda keseharian semacam kamera dan alat dapur. Ia memilih doodle, metode gambar yang belum banyak dilirik perupa tanah air. [Baca "Doodling SiTukangJahit"] Hasil coretannya diunggah ke Facebook dan Instagram. Hal ini mengundang ketertarikan orang yang melihat, banyak yang ingin mengoleksi karyanya. Selanjutnya Sinta mencetak gambarnya dalam pernak-pernik seperti notes, pin, tas, kaos dan bantal. Produk ini dilabeli Bulbul, diambil dari nama burung bersuara merdu dalam kisah dongeng kesukaannya. 

Belum genap setahun sejak ia kembali menggambar, Independent Art-space & Management (I AM), sebuah galeri seni di Yogyakarta, mengajak Sinta untuk memajang karyanya. Jadilah Sinta memulai debut profesionalnya di dunia seni grafis, dalam pameran tunggal bertajuk "Menulis di Titik Nol". Tema ini mungkin dapat diartikan sebagai perjalanan barunya sebagai perupa, setelah 21 tahun vakum menggambar. 

Dalam pameran yang berlangsung 11 April hingga 3 Mei 2014 ini, Sinta menampilkan karyanya dalam beragam media. Jika selama ini ia menggambar pada media kertas HVS dalam buku gambar, kali ini Sinta juga menggores di kanvas bahkan tembok. Mural di tembok-tombok tersebut menjadi sudut yang paling banyak dibidik pengunjung untuk berfoto ria.

Baru kembali menggambar, langsung ditodong untuk berpameran tunggal. Meski awalnya tak yakin apakah ia mampu, Sinta menerima tawaran tersebut sebagai tantangan. Bagi banyak kalangan, perjalananya di dunia baru ini terasa begitu pesat. "Waks, masak sih? Mungkin karena saya coba tampil beda. Memilih yang tidak banyak dipilih orang, jadi terasa spesifik lalu seolah stand out among the crowd," katanya. 

Sinta belum merasa menjadi seniman. "Menurut saya, seniman itu bekerja penuh sebagai pekerja seni, sedangkan saya tidak," kata Staf Administrasi di Center for Heritage Conservation (CHC) Jurusan Arsitektur UGM ini. Ia pun membebaskan publik untuk menyebutnya sebagai apa. "Fotografer OK, tukang gambar OK, food blogger juga boleh; atau ketiganya juga nggak apa-apa."

Yang pasti, seorang seniman baru telah lahir. Perempuan berbakat yang terus belajar. Selamat datang di titik nol perjalanan baru, Sinta Carolina! 

Mlekom,
AZ


Friday, April 25, 2014

Posted by adrianizulivan Posted on 11:44:00 PM | No comments

Terenak di Yogya



Tadinya sudah makan malam bareng rombongan sirkus Tukang Makan. Pas otw pulang, Priyo lihat warung bakso emperan yang selalu rame. Selama ini klo mo mampir, males sendiri, katanya. Akhirnya mampir. 

Duh, gak nyesel deh. Ini mie ayam terenak di Yogya. Versiku, tentu! Warung bakso malang ini terletak di dekat rel kereta api di dekat UIN Yogya. 

Mlekom,
AZ

20140522

Wednesday, April 23, 2014

Posted by adrianizulivan Posted on 9:42:00 PM | No comments

Kalkun



Cap: Kalkun
GDP: 508652
Depkes RI PIRT No.: 11337101013
Isi bersih: 600 ml
Perusahaan: Sriwijaya 5, Magelang


Gambar diambil di sebuah warung bakso di pertigaan dekat Kantor Desa Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah.

Mlekom,
AZ

20140512

Tuesday, April 22, 2014

Posted by adrianizulivan Posted on 11:16:00 PM | No comments

Hot Day, Hot Discussion, Hot Map to be Done

It was a sunny Sunday (06/04) at Rempah Rumah Karya, a design gallery not far from Surakarta, Central Java. Eventough the weather was so hot, the fervor of dozens student from Architecture and Planning Department of Universitas Sebelas Maret (UNS) and Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) are undiminished. 

They are members of "Greenmap of Wonderful Simo", a bamboo mapping project in Simo. This is a part of Surakarta Bamboo Biennale 2014, an annual event of the city. This project is going to discover bamboo potencies in Surakarta and surroundings.

Kusumaningdyah Nurul Handayani, lecturer of UNS who is also a map-maker of Solo Greenmap, is the one who initiated this bamboo mapping program. She invites some students to contribute. Since then, all the members will spend their every weekends on this project, until the next five months.


Simo is a district in Boyolali Region in Central Java Province, Indonesia. There are a lot of bamboo tree in the village, as the reason why most of the villagers make bamboo craft as livelihood. Many handicrafts in the market come from this village, especially the everyday-needs-products like various kind of basket, container, tray, bird cage, and many more. Unfortunately, Simo village as the place where they was produced is not widely known by public. 

Field survey in last March was marked as the start of this project. They collected every information related to bamboo in Simo Village. Raw material of this survey then become the idea of the Greenmap workshop. The workshop called "Map Making: Greenmap Method for Bamboo Mapping". This is the day when the students learned how to process the field data into mapping.

This process is assisted by Elanto Wijoyono, map-maker from Yogyakarta Greenmap. He helps the students to classify the data into visual image, to make it easy to understand. They tried to catch up pictures through photos and maps. Simply put, they then draw maps with hand-drawing. One stage in the map making has been done.

Map reading continued the process. Each group, which divided by region where they took the field data, presented their map. They put the Greenmap icons, as the method of this mapping. Discussion runs hot, equaling the weather that afternoon.

There will be a hot map to be done. Can't wait for the final result this September!

Adriani Zulivan

The workshop.
Explanation about Greenmap method.
Example of Greenmap from various countries.
Group presentations.
See more picture here.

Tuesday, April 15, 2014

Posted by adrianizulivan Posted on 9:22:00 PM | No comments

Jelajah Percandian Bukit Boko


postertrail1

Dataran tinggi Ratu Boko dulu bernama Walaing. Penelitian meyakini bahwa kawasan ini berkaitan dengan dinasti Sailendra Buddhis. Tahun 855 Masehi berlangsung pertempuran terakhir dalam dinasti Sailendra. Pertempuran yang dimenangkan seorang penguasa Saiva Jawa dari utara ini, menyingkirkan Sailendra. Saiva lalu membangun beberapa kuil dan istana di Bukit Boko. Kawasan ini kemudian menjadi kota besar, tempat di mana ibukota negara berada. Pada paruh pertama abad ke-10 terjadi bencana letusan gunungapi dan wabah penyakit, sehingga kraton dipindahkan ke Jawa Timur. [1]

Di masa sekarang, publik lebih mengenal Dataran Prambanan dibanding Perbukitan Boko. Selain jejak peninggalannya yang tak lagi seutuh Prambanan, situs Ratu Boko belum ditetapkan sebagai World Heritage Site. Yang membuat situs Boko istimewa adalah keberadaannya di masa lalu sebagai ibukota negara. Sebagai kota besar, ia memiliki berbagai komponen pembentuk kota, seperti pusat pemerintahan, pemukiman penduduk, dan tempat peribadatan.

Selain kompleks utama yang diduga sebagai istana Ratu Boko, di bukit ini terdapat pula berbagai situs percandian, seperti Candi Ijo, Banyunibo dan Barong. Ketiganya memiliki sejarah unik tersendiri. Untuk itu, tim Indonesian Heritage Trail akan mengadakan Jelajah Percandian Bukit Boko yang akan dilaksanakan pada Sabtu, 19 April 2014. Ini sekaligus sebagai peringatan International Day for Monuments and Sites. Peserta diharapkan berkumpul pada pukul 07.00 di Pasar Prambanan (seberang Kompleks Candi Prambanan), dengan agenda sebagai berikut:
  • 07.00-07.30 sarapan di Pasar Prambanan
  • 08.30-10.00 jelajah Candi Ijo
  • 10.00-12.00 jelajah Candi Banyunibo
  • 12.00-13.30 ishoma
  • 13.30-16.00 jelajah Istana Boko
  • 16.00-17.00 sunset di Candi Barong
Agenda ini diadakan secara gratis dan terbuka untuk umum segala usia. Peserta membayar sendiri konsumsi dan tiket masuk candi (kecuali Istana Ratu Boko yang HTM-nya Rp 35.000,- an, ketiga candi lain seharga Rp 3.000,-). Jelajah dilakukan dengan mengendarai sepeda motor. Ibadah shalat dilaksanakan di masjid terdekat. Makan siang di warung terdekat (akan ditentukan kemudian).

Update (17/04):
  • Berhubung peminat agenda ini cukup banyak, panitia memutuskan untuk memberlakukan sistem pendaftaran. Ini untuk memudahkan pengajuan potongan HTM kompleks Ratu Boko (harga rombongan), demi memotong bea perjalanan. Silahkan mengirim SMS ke nomor 081226799570 untuk konfirmasi kehadiran.
  • Sebab agenda ini mengundang publik luas yang mungkin tak saling mengenal, ada baiknya menggunakan dresscode tertentu untuk memudahkan peserta yang terlambat (menyusul usai agenda pribadi lainnya). Panitia menyarankan menggunakan pakaian berwarna biru. Tentu ini bukan kewajiban.
Untuk pertanyaan, dapat menghubungi email idheritagetrail@gmail.com atau Twitter @PantauPusaka. Sila undang sanak saudara di sini.

Keterangan:
Sumber: Indonesian Heritage Trail

Friday, April 11, 2014

Posted by adrianizulivan Posted on 12:59:00 PM | No comments

Obat Herbal untuk Demam


Semalam aku meriang, kedinginan sampai menggigil, padahal suhu badannya panas. Terpaksa batalin janji dengan Bu Emmy hari ini. Si Ibu malah kasih tips berguna untuk hilangkan demam. Ini:

Kalau demam, minum rebusan daun sambiloto atau beli yg ekstraknya merk jamu Iboe. Saya selalu minum rebusan daun sambiloto kalau ada gejala demam, atau sariawan/tenggorokan sakit shg tdk sampai sakit. Juga bisa minum ekstrak kunyit (bisa cari di toko obat Malaya).

Aku tadi ke dokter, jadi nanya ke Bu Emil tentang cara konsumsi obat ini disamping obat dokter. Katanya:

Harus ada jeda  3 jam. Setelah minum obat,  paling tdk menunggu 3 jam kemudian baru minum herbal, lalu  paling tdk 3 jam kemudian baru minum obat lagi. Tdk boleh barengan.

Trims Bu!

Gambar dari sini.

Mlekom,
AZ



20140415
Posted by adrianizulivan Posted on 10:39:00 AM | No comments

Siapa Bilang Aku Gak Nyoblos?


9 April kemarin, siapa bilang aku gak nyoblos? Foto diambil Tante Yani.

Mlekom,
AZ

20140722

Wednesday, April 9, 2014

Posted by adrianizulivan Posted on 10:04:00 PM | No comments

Wordpress atau Blogspot?


Blog yang sedang kamu baca ini menggunakan Blogger/Blogspot. Aku menggunakannya sejak 6 tahun lalu. Mengapa memilih Blogspot? Lupa alasannya. Mungkin saat mengetik kata kunci "cara membuat blog", yang keluar layanan ini. Yang pasti, saat itu Blogger terlihat mudah bagiku yang baru belajar curhat di media internet :)

Tiga tahun kemudian, aku membuka akun di Wordpress, namun tidak diseriusi gara-gara... apa ya? Sepertinya gara-gara aku terlanjur cinta dengan desain Blogger-ku yang lama. Ternyata, menggunakan Wordpress lebih mudah dibanding Blogger. Ini menurutku.


2010 lalu aku dan pasangan membuat akun Wordpress untuk curhat-curhatan perjalanan kami berdua. Sejak itu, aku lebih banyak membuat akun dengan Wordpress untuk keperluan pekerjaan. Mengapa? Sebab lebih banyak fasilitas yang memanjakan pengguna.


Fasilitas-fasilitas tersebut telah tersedia di mesin Wordpress, jadi kita tinggal menggunakan. Blogger tidak memilikinya, meski dapat dipasang dengan cara yang ribet (edit HTML, atur template, dan seterusnya). Aku yakin ini bukan hal mudah buat blogger baru.

Aku mendapat banyak pertanyaan terkait ini, terutama dari teman-teman yang ingin serius nge-blog. Pertanyaan ini muncul lagi beberapa pekan lalu saat pelatihan di Merapi. Yawes, ini kelebihan dan kekurangan masing-masing mesin tersebut--menurutku.


Blogger:

  1. Sejak 2003 dibeli Google, namanya lebih dikenal sebagai Blogspot. Sebagai raksasa bisnis media maya, tak perlu khawatir jika Blogger tiba-tiba ditutup akibat bangkrut. Dulu aku kehilangan cukup banyak tulisan di layanan blog milik Friendster. Sedih :(
  2. Sebab berafiliasi pada Google, untuk masuk (log ini) di Blogspot sangat mudah jika kita punya akun Gmail. Oh ya, aku penggemar berat Gmail sebab memiliki banyak sekali fitur aplikasi.
  3. ... (sila tambahkan)
Wordpress:
  1. Meski tidak (belum?) diakuisisi oleh perusahaan besar dunia, tak ada kekhawatiran untuk menggunakan layanan ini, sebab jumlah penggunanya sangat besar. Siapa pemiliknya? Cek di sini.
  2. Tampilan back-end (ruang administrator) lebih mudah dimengerti. Terdiri dari hanya satu landing page (halaman dasar) yang di bagian kirinya telah memuat segala fitur. Untuk melihat komentar, misalnya, di Blogspot harus membuka halaman berbeda.
  3. ... (akan bertambah lagi jika aku ingat)
Fasilitas Wordpress yang tidak terdapat di Blogspot: 
  1. drag picture. Tarik gambar dari file komputer, langsung ke aplikasi blog). 
  2. slide-show photo
  3. aplikasi mudah untuk menampilkan foto identitas yang akan selalu muncul berdampingan dengan nama kita. Aplikasinya bernama Gravatar
  4. tag (kata-kata kunci). Penting untuk memudahkan mesin pencari menemukan blog kita.
  5. page (halaman). Salah satu fungsinya adlah untuk memudahkan pembaca menikmati berbagai informasi mengenai isi blog dan penulisnya.
  6. bisa balas tiap komentar, langsung pada komentator, tidak di tempat terpisah. Bagaimana ya jelasinnya? Misalnya seperti contoh ini untuk Wordpress dan ini untuk Blogspot.
  7. Wordpress akan memberitahu tiap tulisan yang merujuk pada blog kita, asalkan si penulis menerakan alamat tulisan kita pada tulisannya.
  8. ... apa lagi ya?
Secara profesional, banyak pendapat lain tentang plus-minus Blogspot dan Wordpress. Sila googling, ini salah satunya.

Yawes, begitu dulu. Gambar dari sini.

Mlekom,
AZ


Posted by adrianizulivan Posted on 9:31:00 PM | No comments

Turnamen Foto Perjalanan Ronde 40: Danau


Kemewahan Urang Rantau

Salah satu kemewahan ketika berkunjung ke kampung halaman adalah pemandangan Danau Maninjau. Dataran sawah hijau dan air danau kebiruan menjadi daya magis yang membuat urang rantau (perantau) selalu ingin kembali. Warisan pusaka alam ini terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Gambar diambil pada pertengahan 2009.

Foto ini diikutkan dalam Turnamen Foto Perjalanan Ronde 40.

Mlekom,
AZ

Monday, April 7, 2014

Posted by adrianizulivan Posted on 9:08:00 PM | No comments

Menulis di Titik Nol: Pameran Tunggal Sinta Carolina



Kurator : Ignatia Nilu

Perasaan bersalah yang telak adalah kesunyian itu sendiri, tidak ada imaginasi yang kurang dari kata-kata yang bersemangat menginginkan kebahagiaan. Itu mempercepat mimpi bahasa kesegaran, melalui antisipasi ideal yang beragam. Mungkin menggambarkan kesempurnaan dari dunia anak manusia dimana bahasa tidak lagi terasing.

Berani membebaskan diri untuk dapat berbicara dengan bahasa yang bersemangat adalah sebuah kebahagiaan. Bahasa-bahasa itu dicatatnya dalam tulisan-tulisan yang bahagia.

Pameran ini adalah pameran tunggal Sinta Carolina. Berbeda dengan medium yang pernah digunakan sebelumnya. Kali ini Sinta akan menampilkan karyanya pada beberapa ruang khusus. Karyanya banyak menceritakan tentang ikatan-ikatan kehidupan domestiknya sebagai perempuan. Terdapat pula ruang yang menampilkan proses distribusi karyanya dalam bentuk yang lain seperti merchandise.

Sinta akan menampilkan dialog-dialog yang terjadi dalam proses berkarya serta gagasannya dalam sebuah pameran yang akan menampilkan beberapa ruang-ruang visualnya. 

Sinta Carolina, lahir di Jakarta, 14 September, mulai bersentuhan dengan dunia seni sejak Ia menggeluti dunia fotografi. Ketertarikannya pada makanan dan hal-hal yang berhubungan dengan itu membawanya memilih food photography sebagai genre yang ditekuninya. Berawal dari situ jugalah Ia kemudian mulai tertarik membuat ilustrasi yang berhubungan dengan makanan. Ketertarikannya dengan media ilustrasi sebagai 'taman bermain' barunya kemudian membuatnya memproduksi beberapa merchandise dengan tema-tema yang disukainya, yang bersinggungan langsung dengan kehidupan domestiknya. Kini Ia bisa disebut sebagai fotografer, ilustrator sekaligus food blogger.

Jam buka : 10.00 - 18.00 wib | Hari senin Tutup.

Sumber: I Am Gallery

Thursday, April 3, 2014

Posted by adrianizulivan Posted on 8:20:00 PM | No comments

Akhir Kisah Persahabatan Pesut, Jawi dan Manusia

Mbah Guru bercerita tentang legenda dari buku "Sejarah Kawitane Wong Jowo lan Wong Kanung". Tersebutlah seekor ikan pesut dari Nusa Bruney (Kalimantan) yang bermigrasi ke Jawa. Migrasi dilakukan pasca keributan yang terjadi di Nusa Bruney. Keluwesan pesut membuat ia berteman akrab dengan manusia. Ia juga menjalin persahabatan dengan jawi (banteng betina, kemudian menjadi asal muasal kata "jawa").
Ketiganya bersahabat erat. Kie Sen Dhang, pemimpin manusia, melarang perburuan ikan pesut dan banteng betina. Pesut memberi ganggang sebagai makanan untuk jawi, sehingga susunya berlimpah. Susu ini juga menjadi asupan bagi anak-anak pesut.  
Alkisah, persahabatan ini diabadikan dalam ukiran batu berbentuk rupa ketiganya. Pesut, jawi dan manusia terukir abadi di puncak sebuah bukit di pesisir Jawa.
[Disadur dari Wisata Lasem]
Lansekap di sekitar situs.
Bukit tersebut diyakini sebagai Bukit Selodiri. Menurut Gunadi Kasnowihardjo dari Balai Penelitian Arkeologi Yogyakarta, pada 1978 pemerintah pusat telah melakukan penelitian dengan simpulan bahwa bukit ini merupakan punden berundak. Selain temugelang (batu yang disusun keliling), ditemukan pula kursi dan kubur batu, serta arca kepala hewan. 

Diperkirakan, situs megalitikum ini ada sejak 294 tahun sebelum masehi. Kuat dugaan ada titik-titik megalitikum lain di sekitar lokasi tersebut. Jajang Agus Sonjaya dari Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, meyakini bahwa bagian barat Bukit Selodiri juga merupakan punden berundak.
Lokasi situs.
Situs yang terletak di 111º 28′ 2” BT, 06⁰ 39′ 5″ LS ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Artinya, segala tindakan terkait situs harus mengacu pada UU Nomor 11 Tahun 2010. Namun sejak akhir 2011 lalu, Terjan menjadi sorotan. Selain berita kehilangan sejumlah batu berukir, terjadi pula berbagai perusakan. Sebagian besar arca batu tidak diambil untuk dijual, namun ditinggal begitu saja di lokasi dalam kondisi rusak parah. Ditengarai, aksi ini akibat maraknya penambangan di sekitar lokasi.

Bukit Selodiri terletak di Desa Terjan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Terjan adalah kawasan perbukitan batu kapur, banyak pengusaha mengeruk bukit untuk material pembuatan semen. Tak pelak, warga pemilik tanah pun melepas lahannya. Lahan penyangga situs seluas 8,5 hektare telah dijual ke sejumlah pengusaha tambang. Hingga kini hanya tersisa 0,25 hektare, dengan titik pusat situs hanya berdiameter 100 meter.
Bukit yang digerus.
Sayangnya, kasus ini tak mendapat perhatian. Di tahun yang sama, pemerintah pusat mulai mengerahkan dukungan penuh terhadap situs megalitik lain, yaitu Gunung Padang di Jawa Barat. Hingga hari ini, penelitian Gunung Padang belum mencapai simpulan. Haruskan Situs Terjan menunggu lebih lama? Atau inikah akhir dari kisah persahabatan pesut, jawi dan manusia?
Aktivitas pembukaan lahan tambang.
Kini, sejumlah warga yang tergabung dalam Gerakan Pelestarian Pusaka Rembang - Lasem, coba mengadvokasi. Tujuan mereka adalah menghentikan perusakan, agar situs tetap lestari. Mereka menjumpai sejumlah pihak yang dianggap bertanggungjawab dalam perusakan ini. Mari beri dukungan via Agik NS (komunitas Wisata Lasem) dan Baskoro (Rembang Heritage Society)! Seluruh gambar milik Agik NS. Bacaan lanjut terkait situs Terjan dapat dilihat di sini:

Mlekom,
AZ


Wednesday, April 2, 2014

Posted by adrianizulivan Posted on 7:22:00 PM | No comments

Melongok Potensi Lain Merapi

Berbagai produk dari Kabupaten Sleman.
Sejak erupsi 2006, kawasan Merapi menjadi salah satu tujuan wisata utama di Yogyakarta. Tak sampai sejam perjalanan dari pusat kota, pengunjung akan menyaksikan kegagahan Merapi, bekas bunker evakuasi, juga Batu Alien di Kali Adem. Ada pula Museum Sisa Hartaku di Petung, lokasi bekas kediaman Mbah Maridjan, serta makam sang mantan Juru Kunci di Srunen. Rute lainnya adalah melihat pemandangan alam dari gardu pandang di Tangkisan, serta Kali Opak yang dipenuhi material erupsi.

Itu menjadi rute andalan. Mudah ditempuh dari pusat kota, juga siap secara infrastruktur pariwisata. Wilayah tenggara dari Gunungapi Merapi di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Provinsi DI Yogyakarta ini paling dikenal dunia. Wilayah ini merupakan pusat koordinasi badan nasional di saat tanggap darurat, sehingga menjadi rujukan utama para jurnalis. Bagaimana dengan desa-desa lain?

Kaki Merapi berdiri di empat kabupaten, yaitu Sleman (DI Yogyakarta), Klaten, Boyolali dan Magelang (Jawa Tengah). Berbeda dengan Sleman, potensi di tiga kabupaten lain tak terlalu disorot media. Meski demikian, banyak desa coba menggali potensinya lewat berbagai produk. 

Akhir Maret lalu, warga Sleman, Klaten dan Magelang mengikuti sebuah pelatihan pemasaran. Pelatihan ini menggunakan media berbasis internet untuk mendorong promosi produk desa. Banyak hal yang dilakukan para 'wakil rakyat' Merapi dari berbagai kelompok ini, salah satunya belajar membuat blog untuk masing-masing produk/desa. Berikut diantaranya.

Sleman
Selain yang tersebut di atas, ada pula potensi lain yang tak kalah menarik, seperti bumi perkemahan, berbagai kerajinan tas, ayam goreng, makanan ringan, hingga minuman khas. Untuk merasakan semua keunikan tersebut, informasi lengkapnya dapat diperoleh di sini:
  1. Jelajah desa http://kleresedecamp.wordpress.com/
  2. Wisata jeep http://wisatakepuharjo.blogspot.com/
  3. Tas merapi http://merapicraft.wordpress.com/
  4. Aneka kripik http://anekakripikmerapi.blogspot.com/
  5. Wedang uwuh http://wedangvulkanik.blogspot.com/
  6. Ayam goeng http://ayamgorengbuhenis.blogspot.com/
  7. Topeng kayu http://topengunikwukirsari.wordpress.com/
  8. Anekas tas https://www.facebook.com/tas.gue.5
Bahan kemeja pria. Menggambarkan kondisi hujan abu,
dengan pepohonan gersang di sekitar gunung.
Klaten
Balerante, Kecamatan Kemalang, merupakan area paling terdampak pada erupsi 2010. Warga memperoleh pelatihan membatik di pengungsian. Kini, mereka coba jadikan batik sebagai salah satu sumber penghasilan. Desa pun mulai menginisiasi wisata desa untuk masa kunjung yang lebih lama.

Batik Balerante memiliki motif kontemporer, menggambarkan kondisi desa pra dan pasca erupsi. Di tiap helai batik ditempel kertas berisi kisah tiap motif dan si perancang. Harga per lembar mulai Rp 35.000 untuk sapu tangan dan Rp 350.000 untuk bahan kemeja. Info lengkap sila cek di http://batikbalerante.blogspot.com/
Berbagai produk dari Kabupaten Magelang.
Magelang
Andalan utamanya adalah aneka makanan ringan, seperti dodol, keripik, permen, dan masih banyak lagi. Ada pula peternakan ikan lele dan burung kenari. Di industri garmen, ada batik dan kain sarung anak. Magelang terkenal dengan pahatan batu, Anda bisa mendapatkannya di sini. Industri batu bata merah pun ada, juga distributor sayur-mayur. Bagi yang hobi berpetualang, ditawarkan rute perjalanan ke lereng Merapi dan sungai-sungai yang berhulu di gunungapi. Cek info masing-masing produk:
  1. Dodol salak http://geraionjumoyo.blogspot.com
  2. Batik dan bordir http://griyabatikbordir.blogspot.com
  3. Kripik pothil (singkong) http://pothiltalesmancaster.blogspot.com
  4. Batu bata http://hadrahassalafiyyah.blogspot.com
  5. Sayu mayur http://sayurmayurbarokah.wordpress.com
  6. Pahat batu http://redvolcanocraft.blogspot.com
  7. Sarung anak http://sarunginstantanaklucu.blogspot.com
  8. Wisata Sungai http://panoramasungaipabelan.blogspot.com
  9. Peternak ikan lele http://dumbopython.blogspot.com
  10. Aneka kripik http://cripingmerapi.blogspot.com
  11. Wisata desa http://pesonangargomulyo.blogspot.com
  12. Peternakan burung kenari http://choyrulkenari.wordpress.com
  13. Kue seledri http://suliez-7.blogspot.com
  14. Permen tape http://kripikngargosoko.blogspot.com
  15. Aneka dodol http://anekasnackgmp.blogspot.com
  16. Aneka kripik http://ngemplaklorsirahan.blogspot.com
  17. Aneka peyek http://pemdessirahan.blogspot.com
Daftar ini masih akan terus bertambah, sebab tak seluruh pegiat industri desa dapat hadir dalam pelatihan ini. Mari membeli jasa dan produk warga desa Merapi. Dengan membeli, Anda membantu kemandirian warga.

Selain pemasaran, kendala pengambangan berbagai produk ini adalah soal pengemasan. Untuk itu, kami mengundang teman-teman yang memiliki kemampuan dalam hal desain produk, untuk bergabung dan menularkan ilmunya secara sukarelawan. Mari bergabung bersama kami di grup Pasar Rakyat Merapi.

Seluruh gambar dikompilasi dari masing-masing blog.

Mlekom,
AZ


  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata