Sunday, July 30, 2017

Posted by adrianizulivan Posted on 10:34:00 PM | No comments

Selamat Satu Tahun, Subcyclist!


Meski bukan bikinanku, mau pamer dulu. Sebab itulah hakekat media sosial, bukan? 👅

Tahun lalu saat menghadiri agenda UN Habitat, aku yang tukang pamer ini pasang status kalau sedang di Surabaya. Lalu disamber teman yang menandai temannya, lalu temannya ngajakku mancal, lalu aku bertemu dua teman dari temannya itu. Ribet tho? 😤

Intinya, tanpa sengaja saya menjadi bagian penting (di-bold) dalam pembentukan komunitas bernama Suroboyo Cycling Institute (SCI).


Namanya apa, Ndra?
Belom tau nih, tapi kepikiran SCI.
Apik! Yawes aku pake itu ya buat publikasi.
Cak Salas, Cak Zainal, Cak Indra dan Ning Adriani (maksa) pun mulai mancal menyusur Kota Surabaya. Malam itu aku sebenarnya cape banget, baru tiba dari kabupaten lain di Jatim setelah nyaris sepekan kunjungan lapangan (lagak Presiden).

Tapi aku tentu saja ga bisa lewatin janji untuk komunitas yang sedang bangkit. Dan akupun ikut. Eh habis mancal kok bahagianya kaya habis dilamar 💘

Malam itu kulihat betapa siap tiga teman baru ini menata apa yang mereka cita-citakan. "Penglihatan" itu tidak meleset, bahkan melebihi ekspektasi. Dalam tiga bulan pertama, SCI sudah mendapat sambutan publik luar biasa.

Segmen utamanya anak muda. Yang pelajar maupun pekerja. Yang pesepeda maupun bukan. Yang punya pacar maupun jomblo. Eh-- Pokoke beragam!
Dari hanya satu rute yang kami jajal malam itu, yaitu jalur yang melewati bangunan dan kawasan pusaka (makanya aku tertarik ikut), hingga entah sudah berapa rute yang mereka jalani kini.

Oh ya selain ikut "membidani" kelahirannya (ah kamu lebay banget sih mbak!), aku juga--lagi2 tanpa sengaja--berkontribusi pada penciptaan sebutan bagi komunitas ini. Bukan SCI, tapi Subcyclist! #proudMomma 
Nah yang ini panjang ceritanya, lain kali aja.

Yang pasti, anakku yang satu ini kini menjadi salah satu komunitas pesepeda yang paling diperhitungkan di banyak jagad: sepeda, transportasi ramah lingkungan hingga ruang kota.

Di enam bulan awal kutanya apakah mereka telah menduga bahwa Subcyclist akan berkembang sepesat ini? Ternyata tidak, bagi mereka ini sangat mengejutkan.

Nah, inilah bukti nyata bahwa ternyata anak muda Surabaya itu bukan sulit berkembang seperti tuduhan banyak orang. Sejumlah teman yang merupakan warga lokal Surabaya seringkali membandingkan antara kegiatan warga Surabaya dengan aktivisme warga di Yogya, yang menurut mereka sangat berbeda. Kasarnya, warga Surabaya gak mau diajak gerak untuk berbuat sesuatu bagi kotanya!

Namun, Subcyclist tidak membuktikan hal ini. Tak adanya wadah yang mampu menjadi apa yang mereka butuhkan, adalah penyebab keengganan warga untuk terlibat. Begitu asumsiku.

Kini Subcyclist telah berbicara di kotanya sendiri hingga tingkat nasional. Pernah mendapat kesempatan untuk dampingi tamu negara, hingga menjadi bagian dari pengembangan program oleh pemerintah. Sekali lagi, am a proud momma!

Selamat satu tahun buat tiga cak dan ratusan pegiat Subcyclist lainnya. 28.07.2016 - 28.07.2017. Kalian warbyazyak!

Oh ya, kamu harus berkenalan langsung dengan tiga cak berdedikasi yang membangun Suroboyo Cycling Institute sejak telur, piyik, hingga seguedhe sekarang: Cak Salas Suroboyo, Zainal Arifin dan Inanta Indra Pradana (sila cek profil mereka di medsos!). 

Salam #WaniMancal!

Foto: 3 cak + 1 ning yang mencoba rute awal Subcyclist.

Mlekom,
AZ

Tuesday, July 25, 2017

Posted by adrianizulivan Posted on 11:03:00 PM | No comments

Kebiasaan Tak Lazim Soal Konsumsi Susu


Tentu saja aku mendukung pemberian ASI. Buk ibuk yang di sana jangan nyolot dulu ya...

Jadi gini. Sudah sejak lama aku punya kebiasaan ga lazim soal konsumsi susu.

Waktu kuliah punya badan kerempeng, aku suka konsumsi susu bumil yang dari informasi yang kubaca, kandungan gizinya lebih tinggi daripada susu biasa. Ini setelah Appeton Weight Gain ga ngefek dan ahli gizi cuma bilang "nanti gendut sendiri kalo udah nikah".

Persoalannya, nikah itu lebih sulit dibanding rajin membaca kandungan susu. Maka ketika tiga tahun lalu menggembul (tanpa nikah) tapi masih merasa membutuhkan susu, kubaca-baca lagi kandungan susu 'tidak biasa' yang berjajar di rak susu toko.

Maka pilihan sering jatuh ke: 1) susu bayi. 2) susu orang lanjut usia. Ini yang kandungan kalsiumnya tinggi. Nah biasanya aku jejerin tuh tiga kemasan susu, bandingin masing-masing ingredients. Yang paling tinggi kandungan mineralnya (tentu pake gugling, apa fungsi masing-masing bagi tubuh) akan kubeli.

Jadi hampir tiap bulan susunya ganti. Paling favorit susu bocah bukan bayi. Sebab meski kandungan susu bayi lebih tinggi, rasanya kaya nyium telapak tangan setelah gelantungan di Kopaja non AC gitu. Zat besiiiiii. Besi karatan!

Nah kalo yang ini dikasih. Sebagai salah satu pengguna internet teladan sejagad nusantara, aku sering dihadiahi produk-produk keluaran baru. Ini yang keempat kali dalam tiga bulan terakhir. Mulai dari sampo, deodoran, sabun cuci piring, sampe susu yang baru datang pagi tadi ini.

*menanti komentar dari pegiat kesehatan soal ketidaklaziman ini

#3menitcerita

Mlekom,
AZ

Saturday, July 1, 2017

Posted by adrianizulivan Posted on 11:15:00 PM | No comments

Mengumpulkan Kebanggaan di Tiap Persinggahan


Lihat foto ini muncul di memori Facebook, jadi pengen cerita. 

Aku merasa beruntung, sebab di tiap "persinggahan" berkesempatan menjadi bagian dari hal-hal membanggakan. Seperti kebanggaan ketika menjadi bagian dari program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (EMAS).

Foto ini diambil waktu liputan cerita sukses implementasi program di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulsel, 2015 lalu. Puskesmas Kajang yang mendapat dampingan dari program EMAS, dalam waktu kurang dari dua tahun berhasil mengurangi angka kematian ibu dan bayi.

Waktu itu kami wawancarai Bidan Koordinator (Bikor) yang bertugas saat seorang pasien datang dalam kondisi gawat darurat. Pendarahan hebat yang jika di banyak Puskesmas tidak berani menangani.

Namun di tangan Bikor dan tim solid Puskesmas, ibu dan bayi selamat. Dengar kisahnya aja aku ikut bangga, padahal ga ikut melatih mereka apalagi ikut tangani persalinan beresiko tersebut.

Ini baru satu cerita, bagaimana yang kamu kerjakan menjadi manfaat bagi bangsa. Aku punya segudang cerita lain. Tak hanya di EMAS, namun di seluruh "rumah" yang pernah aku "singgahi".

Sebagaimana persinggahan lainnya, sekarang pun aku sedang mengumpulkan kebanggaan di rumah baru. Yang mudah-mudahan juga menggores satu-dua manfaat bagi negeri ini.

Apakah pekerjaanmu lahirkan kebanggaan yang sama? Jika tidak, ada baiknya menciptakaan kebanggan itu, dari dirimu.

#lagakbijak
  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata