Sunday, June 18, 2017


Buat teman-teman dari Universitas Indonesia dan Universitas Brawijaya, saya mau nanya donk: Adakah mekanisme untuk keringanan biaya masuk atau pendaftaran kuliah bagi mahasiswa baru?

Kerabat keluarga kami dari:
  1. Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi diterima di Program Sarjana Ilmu Keperawatan di UI. Ayahnya bekerja sebagai pengemudi ojek motor dengan pengahasilan tidak menentu. 
  2. Jakarta, diterima di Jurusan Administrasi Publik di Unibraw. Ayahnya bekerja sebagai tim cleaning service di pom bensin dengan penghasilan UMR dan harus menghidupi 4 anak plus menyicil utang. Dikenakan biaya Rp 3.750.000.
Saat aktif di BEM UGM di masa kuliah dulu (iya udah lama banget, sekitar 2004), kami membuat Posko Pengaduan bagi keluarga duafa yang miliki anak pintar namun tak mampu membayar banyak. Jadi para orangtua ataupun calon maba yang telah lolos ujian masuk UGM tersebut, kami bantu mengadvokasi dan mengurus keringanan biaya.

Keringanan biaya bisa dengan tiga cara:
  1. Rp 0, yaitu tanpa biaya sama sekali. Saya ingat, ketika keluarga seorang anak pemecah batu menceritakan berapa penghasilan ayahnya. Waktu itu, dengan sembunyi- sembunyi, saya nangis mendengarnya :( Anaknya sekarang pasti sudah jadi orang, Insya Allah. 
  2. Dengan pengurangan biaya. Jadi orangtua ditanyakan, kira-kira mampunya bayar berapa. Maka jumlah itu yang dibayarkan. 
  3. Dengan menyicil. Jadi jumlah yang ditetapkan kampus, dapat dicicil sebanyak yang mampu dikeluarkan orangtua pada tiap semesternya. Salah satu tetangga saya mengambil cara ini, sekarang anaknya yang tamatan Manajemen itu sudah menjadi pejabat di salah satu kementerian. Duh, saya bangga.
Saya bisa bangga memberi informasi yang tampak sepele seperti ini, sebab anak-anak pintar ini terancam putus sekolah jika tak mampu membiayai :(

Hal ini memungkinkan, sebab kampus negeri melaksanakan sistem subsidi silang bagi biaya penyelenggaraan perkuliahan. Ditambah lagi adanya bantuan dana negara untuk pembiayaan berbagai komponen, seperti gaji dosen dan pegawai, pembelian alat belajar, dan seterusnya.

Saya juga punya pengalaman tidak dapat membantu seseorang. Ketika anak pintar dari Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatra Utara, tak jadi mengambil Jurusan Ilmu Kedokteran di UI akibat tak mampu membayar biaya masuk. Selain biaya masuk, orangtuanya juga menghawatirkan mahalnya biaya hidup (kos, makan, transport dsb) untuk anaknya.

Waktu itu, saya pun nyerah. Kalau di UGM yang saya paham benar, seorang mahasiswa dapat kuliah dengan biaya yang nyaris nol rupiah samasekali. Ketika masuk, dapat biaya keringanan sebesar Rp 0 tersebut, lalu tinggal di asrama masiswa selama satu hingga dua semester secara gratis.

Kemudian mulai semester kedua jika nilainya baik, dapat mengajukan beasiswa yang jumlahnya melimpah di kampus-kampus negeri. Berbagai perusahaan berlomba-lomba hibahkan dana CSR bagi kampus-kampus ternama. Jaman saya dulu saking banyaknya beasiswa, satu mahasiswa bisa mendapat hingga lebih dari satu beasiswa. Setidaknya uang makan, kos, transpor (kos ke kampus, sebab di UGM ada sepeda kampus), fotokopi, warnet dll terpenuhi dari dana beasiswa tersebut.

Seorang teman di salah satu organisasi, merupakan anak pedagang kitab suci musiman yang menggelar dagangan di depan masjid kala jumatan di Medan, Sumut. Semester awal ia berhasil survive dengan tebengan di kosan teman sesama anak Medan. Semester berikutnya, beasiswa prestasi menyelamatkannya hingga lulus.

Pasti ada banyak kisah lain, seperti menjadi penjaga masjid agar dapat tidur gratis hingga menjadi pelayan resto dan warnet.

Teman-teman lain saya harap memberi bantuan informasi yang sama. Terutama untuk dua calon mahasiswa UI dan Unibraw tsb. Semoga bisa beri informasi, agar dua adik-adik kita ini bisa mengenyam pendidikan sebaik yang pernah kita dapat.

Trims sebelumnya.
Gambar dari sini.


Mlekom,
AZ
  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata