Monday, April 4, 2022

Posted by adrianizulivan Posted on 2:26:00 PM | No comments

Pelecehan Seksual dan Obituari Pelakunya

Guru Besar sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terkemuka, meninggal dunia hari ini (04/04). Saya tak kenal, hanya menyimak interaksi aktif beliau di salah satu WhatsApp Group (WAG) yang saya ikuti. WAG ini berisi nama besar kalangan cerdik cendikia nasional. Sejak muncul obituari pagi tadi, sejumlah tokoh berikan testimoni sangat positif tentang almarhum. Sebab penasaran, saya Googling dan malah menemukan berita PELECEHAN SEKSUAL yang dilakukan sang profesor kepada sejumlah mahasiswi. Tulisan detil di media massa soal bentuk kekerasan seksual (KS) yang dilakukannya, sungguh menyayat hati. Miris. Miris sekali. Saya tahu, tak baik membicarakan keburukan orang yang sudah meninggal. Tapi saya ga paham, kenapa para cendikiawan mampu menulis dan sebarkan hal baik yang dilakukan oleh seorang pelaku KS. Padahal saya yakin, orang2 itu tahu benar perkara yang menjerat almarhum di akhir 2021 tsb. • Tahun lalu seorang praktisi sosial yang juga pelaku KS dimana saya menjadi korbannya di 2006, meninggal dunia. Sebab dia cukup dikenal, maka berbagai kalangan sebarkan testimoni baik tentangnya di berbagai media yang tentu saja menyakitkan saya. Membaca tulisan itu membuat saya marah, dan ingin teriak bahwa dia tidak sebaik yang mereka ceritakan. Tapi gak mungkin curahkan isi hati pada tulisan yang terpampang di ranah publik itu. Sempat ingin mengirim pesan pribadi kepada seorang kawan berposisi sentral di Aliansi Jurnalis Independen, yang turut bagikan obituari sangat positif tentang pelaku KS tsb di akun media sosialnya. Kawan ini seorang perempuan, yang banyak menulis soal kekerasan. Namun urung, sebab otak ini malah bertanya: untuk apa? • Mungkinkah ucapan belasungkawa berisi kebaikan pelaku KS yang tersebar dalam obituari hari ini, juga menyakiti hati para korbannya? Saya yakin, iya. Jika kalian tahu dia adalah pelaku KS, sudahlah diam saja. Tak perlu sebarkan kebaikannya, yang hanya mengorek luka para penyintas pelecehan yang mungkin belum pulih. Jika posisi politis wajibkan anda memberi ucapan, cukuplah kata-kata bela sungkawa tanpa tambahan riwayat kebaikan. Kekerasan seksual itu menyakiti korban. Akankah kalian sebarkan kebaikan koruptur di ucapan kematiannya? _az_
  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata