Telapak tanganku cidera. Telapak tangan kananku sangat sering sakit dua tahun terakhir, terutama pada setahun terakhir. Ini diawali dari dua cerita saling terkait.
Cerita I: Penghujung Ramadhan 2009
Aku dan Oetha, adik semata wayangku, akan berlebaran ke Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Ayah kami saat itu bertugas di kota kecil yang indah itu. Akibat ini perjalanan darat pertama kami ke Sumatra (adikku nyetir sendiri PP, lho!), seorang kakak sepupu di Jakarta membuatkan kami bekal makanan.
Ada berbagai makanan tahan lama, seperti rendang dan teri dan makanan tidak tahan lama seperti daging dan ayam balado yang dimasak tidak kering. Makanan basah ini untuk makanan buka puasa dan sahur keesokan harinya.
Daging dan ayam balado itu biasanya cabenya diulek kasar, jadi pakai penggiling manual, bukan blender. Namun sore itu, kakak sepupuku mau mengulek cabenya dengan blender, sebab dia kecapean. Maka kutawarkan diri untuk menggiling dengan ulekan tangan.
Jadilah aku mengulek setengah kilo cabe merah mentah dengan ulekan tangan. Usaha itu membutuhkan sekitar 1.5 jam yang akhirnya selesai pasca diambil alih oleh seorang sepupu lain. *ini sepupu cowo, kuat tangannya*. Lama sekali saya mengerjakannya. Selain akibat cabenya belum mateng--jadi masih keras, juga karena itu ulekan kecil sekali. Diameternya cuma 15 cm.
Akhirnya jadi juga itu sambel, meski berbeda dengan potongan cabe umumnya, rasa masakannya tetap sama, penampilan nomer sekian dulu.
Nyaris seminggu kemudian, kita akan kembali ke Jawa. Ibuku memanggil tukang pijat untuk memijat seluruh badanku dan adik agar hilang semua cape selama perjalanan ke Sungai Penuh kemarin. Ibu-ibu yang mijat kaget dengan telapak tangan kananku yang sangat bengkak. Lebih kaget ketika kuceritakan itu akibat mengulek sambel. Beliau pun menyarankan untuk menggunakan batu giling (ulekan dalam bahasa Sumatra) lebar dengan cobek bulat bunder sebesa genggaman tangan.
"Hehe, sudah kapok ngulek saya bu," jawabku.
*
Cerita II: Pertengahan 2010
Sebuah web tempat menyimpan foto baru dibuat di kantorku. Aku bertugas memindahkan seluruh dokumentasi foto yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Aku melakukannya selama sekitar dua bulan (yeah! sigh) menggunakan iMac.
Fasilitas iMac memang sangat membantu kerja-kerja membosankan seperti itu, namun fisiologi mouse-nya sangat tidak bersahabat dengan fisiologi tanganku.
Sempat berhenti menggunakan iMac pasca upload dokumen foto, aku "terpaksa" menggunakannya lagi saat mengadmini sebuah akun Twitter untuk bencana erupsi Merapi yang arus informasinya membuat kami, para admin, bisa melek 24 jam selama sekitar tiga bulan sejak akhir 2010 lalu.
Aku sempat mengganti mouse bawaan tersebut dengan mouse biasa berbentuk bulat yang tidak pipih. Namun tidak banyak membantu, sebab sepertinya telapak tanganku sudah sangat butuh terapi-entah-apa untuk meregangkan syaraf dan/atau otot pergelangan tangannya.
*
Pasca ngulek sambel sebelum mudik 2009 lalu, setelah dipijat di Sungai Penuh, telapaka tanganku bisa normal kembali. Namun pasca menggunakan mouse Mac tersebut hingga saat ini belum pernah telapak tangan kananku normal seperti sebelumnya.
Coba tidak pakai mouse? Ini makin sakit saat memainkan jari-jari di keypad laptop. Mouse Logitech cukup membantu, meski sakit di telapak tangan ini belum pernah pulih.
Ada cerita dari teman kantor yang mengalami cidera sama. TErnyata sakit ini jamak didera pengguna komputer. Barusan kucoba googling di sini dan ini.
*
Sejak bareng Cindil, aku sering memasak untuknya. Aku tahu bahwa bumbu-bumbu masakan yang berbentuk bubuk tidak baik, namun ini cara untuk tetap bisa membuatkan makanan kesukaan Cindil. Maka di dapur kami ada berbagai bumbu dapur bubuk, seperti bawang putih, lengkuas, jahe, kunyit, ketumbar, lada hitam, lada putih, dan cabe merah. Jika saja ada bubuk bawang merah, aku pasti membelinya.
Sekitar sebulan lalu, Cindil ngomong iseng di YM:
"Enak banget kali ya, makan tempe goreng plus sambel dengan nasi panas"
Ketika kami ketemu, aku buatkan menu itu. Aku ngulek sendiri sambal yang kukarang-karang resepnya: cabe meah, cabe rawit, bawang merah, bawang putih, jeruk nipis.
Pegel banget. Sudah dibawa ke tukang pijat dua minggu lalu, sampe sekarang bengkak. Baru dua jam lalu dipijat ibuku. Juga belum sembuh.
Gimana yah? Aku benci iMac dan ulekan. Kalo iMac bisa ganti mouse. Tapi ulekan? Susah buat sambal doyanan Cindil tanpa alat itu...
Kapan ada blender yg bisa nge-blend cabe tidak halus? Mau donk!
Cerita I: Penghujung Ramadhan 2009
Aku dan Oetha, adik semata wayangku, akan berlebaran ke Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Ayah kami saat itu bertugas di kota kecil yang indah itu. Akibat ini perjalanan darat pertama kami ke Sumatra (adikku nyetir sendiri PP, lho!), seorang kakak sepupu di Jakarta membuatkan kami bekal makanan.
Ada berbagai makanan tahan lama, seperti rendang dan teri dan makanan tidak tahan lama seperti daging dan ayam balado yang dimasak tidak kering. Makanan basah ini untuk makanan buka puasa dan sahur keesokan harinya.
Masakan Mama
Daging dan ayam balado itu biasanya cabenya diulek kasar, jadi pakai penggiling manual, bukan blender. Namun sore itu, kakak sepupuku mau mengulek cabenya dengan blender, sebab dia kecapean. Maka kutawarkan diri untuk menggiling dengan ulekan tangan.
Sumber: http://bit.ly/inhvC4
Jadilah aku mengulek setengah kilo cabe merah mentah dengan ulekan tangan. Usaha itu membutuhkan sekitar 1.5 jam yang akhirnya selesai pasca diambil alih oleh seorang sepupu lain. *ini sepupu cowo, kuat tangannya*. Lama sekali saya mengerjakannya. Selain akibat cabenya belum mateng--jadi masih keras, juga karena itu ulekan kecil sekali. Diameternya cuma 15 cm.
Akhirnya jadi juga itu sambel, meski berbeda dengan potongan cabe umumnya, rasa masakannya tetap sama, penampilan nomer sekian dulu.
Nyaris seminggu kemudian, kita akan kembali ke Jawa. Ibuku memanggil tukang pijat untuk memijat seluruh badanku dan adik agar hilang semua cape selama perjalanan ke Sungai Penuh kemarin. Ibu-ibu yang mijat kaget dengan telapak tangan kananku yang sangat bengkak. Lebih kaget ketika kuceritakan itu akibat mengulek sambel. Beliau pun menyarankan untuk menggunakan batu giling (ulekan dalam bahasa Sumatra) lebar dengan cobek bulat bunder sebesa genggaman tangan.
"Hehe, sudah kapok ngulek saya bu," jawabku.
*
Cerita II: Pertengahan 2010
Sebuah web tempat menyimpan foto baru dibuat di kantorku. Aku bertugas memindahkan seluruh dokumentasi foto yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Aku melakukannya selama sekitar dua bulan (yeah! sigh) menggunakan iMac.
Sumbe: http://bit.ly/iKeC86
Fasilitas iMac memang sangat membantu kerja-kerja membosankan seperti itu, namun fisiologi mouse-nya sangat tidak bersahabat dengan fisiologi tanganku.
Sumber: http://bit.ly/mlJ6MZ
Sempat berhenti menggunakan iMac pasca upload dokumen foto, aku "terpaksa" menggunakannya lagi saat mengadmini sebuah akun Twitter untuk bencana erupsi Merapi yang arus informasinya membuat kami, para admin, bisa melek 24 jam selama sekitar tiga bulan sejak akhir 2010 lalu.
Aku sempat mengganti mouse bawaan tersebut dengan mouse biasa berbentuk bulat yang tidak pipih. Namun tidak banyak membantu, sebab sepertinya telapak tanganku sudah sangat butuh terapi-entah-apa untuk meregangkan syaraf dan/atau otot pergelangan tangannya.
*
Pasca ngulek sambel sebelum mudik 2009 lalu, setelah dipijat di Sungai Penuh, telapaka tanganku bisa normal kembali. Namun pasca menggunakan mouse Mac tersebut hingga saat ini belum pernah telapak tangan kananku normal seperti sebelumnya.
Coba tidak pakai mouse? Ini makin sakit saat memainkan jari-jari di keypad laptop. Mouse Logitech cukup membantu, meski sakit di telapak tangan ini belum pernah pulih.
Sumber: http://bit.ly/jQpUK5
Ada cerita dari teman kantor yang mengalami cidera sama. TErnyata sakit ini jamak didera pengguna komputer. Barusan kucoba googling di sini dan ini.
*
Sejak bareng Cindil, aku sering memasak untuknya. Aku tahu bahwa bumbu-bumbu masakan yang berbentuk bubuk tidak baik, namun ini cara untuk tetap bisa membuatkan makanan kesukaan Cindil. Maka di dapur kami ada berbagai bumbu dapur bubuk, seperti bawang putih, lengkuas, jahe, kunyit, ketumbar, lada hitam, lada putih, dan cabe merah. Jika saja ada bubuk bawang merah, aku pasti membelinya.
Sekitar sebulan lalu, Cindil ngomong iseng di YM:
"Enak banget kali ya, makan tempe goreng plus sambel dengan nasi panas"
Ketika kami ketemu, aku buatkan menu itu. Aku ngulek sendiri sambal yang kukarang-karang resepnya: cabe meah, cabe rawit, bawang merah, bawang putih, jeruk nipis.
Pegel banget. Sudah dibawa ke tukang pijat dua minggu lalu, sampe sekarang bengkak. Baru dua jam lalu dipijat ibuku. Juga belum sembuh.
Gimana yah? Aku benci iMac dan ulekan. Kalo iMac bisa ganti mouse. Tapi ulekan? Susah buat sambal doyanan Cindil tanpa alat itu...
Kapan ada blender yg bisa nge-blend cabe tidak halus? Mau donk!
0 comments:
Post a Comment