Suasana Manisrenggo
Hari ini Ndil ada kegiatan ke Desa Deles dan Desa Talun di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dia mengajakku dengan iming-iming berburu durian.
Jadilah aku dan Ndil bertualang. Kami berburu ke wilayah lereng Merapi. Kabupaten Klaten dikenal sebagai salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki durian sebagai hasil unggulan. Durian yang banyak dijajakan di jalan-jalan di Jogja pun biasanya didatangkan dari Klaten, selain Purworejo.
Di daerah Manisrenggo terdapat sebuah kebun durian yang dibuka untuk umum. Pengunjung tinggal membayar tiket masuk yang entah berapa rupiah, lalu bebas makan dan memetik durian sepuasnya. Informasi ini kami dapat dari Novi, teman kantor Ndil. Novi mengetahui kebun tersebut dari orangtua salah seorang teman sekolah anaknya *hah, ribet!* yang sudah berkunjung ke sana.
Kami tak mendapat alamat pasti lokasi yang dimaksud. Berbekal pengalaman Ndil bekerja dengan warga Merapi di sejumlah desa di Klaten dan hafalan rute ke lokasi-lokasi tersebut, kami pun berangkat. Diniatkan pukul 8, agar jikapun tak menemukan kebun tersebut, kami akan sempat berburu di Pasar Manisrenggo yang menurut Novi juga banyak duriannya. Rp 10.000 per buah, berjajar di sepanjang pasar. "Jangan kesiangan agar durian bagus tak keburu diborong pedagang," pesan Novi.
Satu dan lain hal memaksa kami untuk memulai perjalanan sejam kemudian. Semalam Ndil sudah menelepon Pak Jumarno, Kepala Desa Talun untuk urusan pekerjaan. Dia juga menyelipkan pertanyaan apakah beliau pernah mendengar tentang kebun durian tersebut. Ternyata beliau tak tahu, malah mengajak untuk mencari di desanya saja.
Dari Jogja, kami menempuh jalan Solo menuju Prambanan. Perempatan pertama di samping timur kompleks percandian Prambanan, kami berbelok ke kiri. Terus mengikuti jalan, sejam kemudian tibalah kami di 'pusat kota' Manisrenggo. Mampir di sebuah warung untuk sarapan. Pemilik warung juga tak pernah mendengar keberadaan kebun durian, malah menyarankan kami mencari ke Pasar Prambanan atau Pasar Kembang.
Di Pasar Prambanan memang terdapat banyak durian, namun harganya pasti lebih mahal dibanding harga jual di lereng Merapi, tempat di mana durian ini dikumpulkan dari kebunnya. Sedangkan Pasar Kembang adalah pasar besar di Kecamatan Kemalang. Pak Jumarno juga sempat menyebutkan pasar ini sebagai pasar kulakan (grosir) durian.
Dari pemilik warung, kami peroleh informasi tentang lokasi Pasar Manisrengo yang ternyata berada sekitar 1 km ke barat dari warung tersebut. Ke barat, berarti kembali ke arah Jogja. Kami pun memutuskan untuk mencari di Pasar Kembang saja, sebab pasar ini memang akan kami lewati dalam perjalanan menuju Deles.
Meneruskan perjalanan ke utara, tibalah kami di Pasar Kembang. Pasar ini terasa begitu ramai. Berbeda dengan kondisi di siang hari usai kegiatan pasar, pagi ini jalan yang terletak di depan pasar itu begitu padat. Jalan utama menuju Kecamatan Kemalang ini menjadi sempit akibat pedagang yang berjualan di badan jalan. Beberapa di antara pedagang ini adalah penjual durian yang kami cari.
Setelah sekali melewati jalan utama tersebut, kami berbalik lagi sebab tak menemukan tempat parkir. Tak mudah memarkir mobil, di pasar ini memang tak ada lahan parkir. Mobil diparkir seadanya di pinggir jalan, sedangkan motor di teras-teras toko. Kami sedikit ke timur, 300 meter menjauhi pintu utama pasar. Lalu berjalan kaki memasuki pasar yang pukul 09.30 itu mulai sepi di bagian dalamnya.
Menyusuri nyaris semua lorong, tak satupun pedaang durian kami temukan. Kami pun bergerak ke depan, menuju jalan utama tempat pedagang durian yang kami lihat tadi. Kami pilih pedagang dengan durian yang paling banyak. Awalnya si bu pedagang menawarkan Rp 25.000 per buah ukuran sedang. Aku menawar Rp 50.000 per lima buah dan ditolak. Cindil sempat berpikir bahwa tawaranku kelewat murah. Ketika mulai melihat-lihat di tempat lain, si ibu memanggil kami dan... parfum mobil pun berubah aroma menjadi durian :)
Kami habiskan dua jam di Deles. Setelah insiden terperosok di tanjakan menuju Talun, kami pun tiba di rumah Pak Jumarno. Di sana beliau ternyata sudah menyiapkan enam buah durian yang begitu dimasukkan ke bagasi langsung mengubah parfum mobil menjadi beraroma makin mantap.
"Wah, pasti matang di pohon tuh," kataku pada Ndil.
Numpang shalat, disuguhi teh dan berbagai cemilan, sejam kemudian pamit pulang. Di jalan Wonosari Jogja, mampir ke bengkel ketok magic. Kami berjalan kaki ke warung mie ayam di dekat bengkel, mengisi perut yang sudah berontak.
Bamper ditinggal, kami lanjutkan perjalanan pulang. O iya, rasa durennya tidak mengecewakan, lho. Meski dengan insiden kecil, petualangan berburu duren hari ini sangat seru :)
5 + 6 = 11 buah! :)
Ah, akhirnya ngeduren juga! Trims buat Ndil yang mau berburu durian meski tak ikut menikmatinya.
0 comments:
Post a Comment