Hari ini Ndil ada pekerjaan ke Temanggung. Karena menyetir sendiri, aku menawarkan diri (ahemmm) untuk ikut. Lagipula, di Jawa Tengah masih musim durian, pikirku.
Selama Ndil bekerja, aku sibuk googling mengenai potensi daerah Temanggung. Beberapa yang menarikku: Candi Pringapus, prasasti Gondosuli, dan kopi robusta juga sejumlah makanan tradisional. Namun, semuanya tak mungkin kutemui hari ini, sebab kami tak memiliki waktu panjang. Siang tadi kami makan di warung dekat Bali Desa. Ada menu Rica-rica Entok yang enak namun sangat pedas. Di warung ini, untuk pertama kalinya, Ndil melihat wujud jengkol yang siap makan :)
Durian tak kutemukan di direktori Google. Kutanyakan pada staf Kantor Desa, Temanggung memang tidak memiliki durian, biasanya didatangkan dari Magelang. Beliau menanyakan mengapa baru bertanya saat pamitan, sebab jika tidak, ia akan mencarikan urian ke tempat penjualan di tengah kota. Kandanga, desa yang kami kunjungi ini, terlateak di sudut kota, untuk mencapainya dari Magelang memang tak harus melewati pusat kota.
Pak Taufik, Staf Desa ini, malah tertarik untuk mencari bibit durian di daerah Kaliurang Jogja. Bibit yang dimaksud adalah bibit Durian Menoreh. Beliau ingin menanam di desanya.
Kami pulang dan berencana membeli durian di dekat Jembatan Kranggan. Jembatan ini terletak di ujung Kabupaten Magelang yang berbatasan dengan Temanggung. Di lokasi ini selalu ada pedagang durian di tiap musim tibaa. Lagipula, di seberangnya ada sebuah kebun pembibitan. Tadi saat berangkat kulihat sebuah pohon kelengkeng setinggi sekitar 1 m yang sudah berbuah. Ingin rasanya membawa dan menanamnya di rumah.
Namun sayang, akibat hujan yang tak berhenti sejak siang, kami melewati sesi durian jembatan. Lewat pula kelengkeng yang ranum. Ah tak apa, besok dijanjikan sesi berburu durian di lereng Merapi. Kita tunggu besok, ya! :)
0 comments:
Post a Comment