Stop Site II Geoheritage Trip
Di lokasi ini terdapat singkapan batuan endapan debu gunungapi purba, membentuk morfologi bukit. Oleh penduduk lokal bukit ini ditambang menghasilkan kupasan tebing setinggi 30 m, menyingkap dengan segar bebatuan penyusunnya yang umumnya terdiri dari perlapisan debu gunungapi mengandung fragmen-fargmen batu apung (pumice).
Kehadiran batuapung ini membuktikan dengan sangat meyakinkan bahwa perlapisan ini merupakan hasil letusan gunungapi yang eksplosif. Batuan semacam ini banyak dijumpai mulai dari perbukitan di daerah Parangtritis sampai di daerah Wonogiri dan dengan ketebalan antara 300-600 m. Singkapan terbaik terdapat di Desa Semilir, di Kecamatan Pathuk, DIY, sehingga formasi batuan ini disebut Formasi Semilir.
Formasi ini, secara stratigrafi (urutan perlapisan), berada di atas Lava Bantal Berbah. Distribusi yang luas dan dengan ketebalan yang besar mengindikasikan bahwa Formasi Semilir ini dihasilkan dari suatu peristiwa rangkaian letusan gunungapi yang besar 20 jt th lalu yang kemungkinan tidak kalah dahsyat dengan letusan Toba Volcano. Oleh karenanya formasi ini disebut sebagai hasil super eruption dari Semilir Volcano (Smyth et al. 2005).
Dari Lava Bantal Berbah yang berada di bawah menuju ke Formasi Semilir yang berada di atasnya, berarti kita melihat bukti perkembangan suatu busur gunungapi yang pada awalnya ditandai dengan volkanisme ‘monogenesis’ (hanya menghasilkan satu lelehan lava) di bawah laut, kemudian berkembang menjadi volkanisme ‘poligenesis’ yang menghasilkan gunungapi strato (terdiri dari perselingan lava dan volkaniklastik), dan dipuncaki dengan peristiwa super eruption Gunungapi Semilir.
Formasi Semilir ditumpangi oleh Formasi Nglanggran, yang lebih muda yang terdiri dari breksi andesit dan sedikit lava andesit. Hadirnya Formasi Nglanggran menunjukkan bahwa setelah terbentuk hamparan luas hasil letusan katastrofis Gunungapi Semilir, kemudian disusul dengan tumbuhnya gunungapi strato baru, yakni Gunungapi Nglanggran. [C. Prasetyadi]
Lokasi tebing ini tak jauh dari situs Candi Ijo di Kecamatan Prambanan, Klaten, Jateng; atau sekitar 20 menit dari gerbang kompleks Candi Prambanan.
Di sini kita dapat melihat sebuah tebing batu apung (gamping) yang ditambang masyarakat untuk bahan bangunan. Sedih mendengar cerita tentang eksploitasinya. Tebing ini dibagi-bagi sesuai kepemilikan (ya, tebing dijual-belikan!). Para pekerja yang berada di sana menggarap lahan juragannya masing-masing.
Berapa lama kira-kira tebing setinggi 30 meter ini akan habis? Tak lama! Sebuah lapangan besar di seberangnya habis hanya dalam waktu empat tahun. Kuulang: EMPAT tahun saja!
Lapangan luas itu dulunya tebing piroklastik! |
Jika tebing ini habis, maka pengusaha tambang akan mencari bukit-bukit baru untuk dipecahkan, lalu dijual. Jangan kaget jika di kemudian hari, anak-cucu kita tak sempat melihat jejak endapan vulkanik.
Kegiatan penambangan |
Mlekom,
AZ