Berita Metro TV berjudul "Satu Per Satu Bocah Pengungsi Bertumbangan" kemarin--baca tautan berikut adalah bukan hanya berita ngawur, namun juga ngasal!
Aku pertamakali menemukan berita itu pada hari yang sama ketika beritatersebut dilansir. Aku mendapatkannya dari lansiran Gmail yang aku daftarkan dengan alamat email pribadiku untuk kata kunci "jalinmerapi" dan "merapi".
Kaget. Itu reaksiku pertamakali ketika membaca berita tersebut. Sebab aku sangat mengerti bagaimana kondisi warga Balerante di lokasi pengungsian Posdiklatpur Klaten. Sebagai barak yang setiap harinya (di luar kondisi bencana) melayani anggota TNI, tempat ini memiliki seluruh kebutuhan harian yang lengkap untuk disebut sebagai tempat tinggal yang layak. Ini alasan pertama.
Kedua, Posdiklatpur merupakan salah satu lokasi pengungsian yang mendapat sorotan banyak pihak, termasuk pemerintah. Ingat, tak sedikit lokasi pengungsian yang diperhatikan pemerintah. Pengelola tak akan sekenanya menangani pengungsian di sana.
Ketiga, berbagai LSM hidup bersama dengan para anggota TNI dan pengungsi di sana. Mereka datang dengan concern berbeda, mulai dari penanganan trauma, pendidikan anak, pemenuhan logistik, pemeriksaan kesehatan, hingga membantu pendataan aset warga desa seperti yang dilakukan COMBINE, lembaga tempatku bekerja.
Selain itu, kami menempatkan setidaknya empat relawan JALIN Merapi yang menginap di sana hingga hingga seluruh pengungsi pulang, ditambah sejumlah relawan yang tidak tinggal di TPS (tempat pengungsian sementara), yang membantu kerja-kerja kerelawanan di siang hari.
Pasca membaca berita tersebut, aku langsung menghubungi Pak Jainu yang bertanggungjawab terhadap seluruh warga Balerante. Pak Jainu ikut kaget. Pasca wawancara via telepon tersebut, langsung kubuat tulisan klarifikasi. Lalu kutelepon lagi beliau untuk membacakan tulisanku dan mengeaskan poin per poin.
"Tidak benar bahwa anak-anak... ya, pak?" aku.
"Betul, Mbak. Anak-anak di sini ditangani oleh..." Pak Jainu.
"Jadi yang benar begini ya pak, bahwa..." aku.
..dst...
Dan, ajaib! Seperti berita-berita salah lainnya yang pernah dilacak oleh JALIN Merapi, Metro TV langsung menurunkan berita tersebut, tanpa klarifikasi apapun. Sayang, Metro TV yang cukup dipercaya ini terlalu sembarangan! Sayang, padahal TV One yang sejak bulan lalu dimusuhi" masyarakat Jogja akibat pemberitaan spektakular namun salah tentang Merapi, Metro TV menjadi salah satu sumber berita yang dipercaya.
Tentu banyak pihak yang dirugikan terhadap pemberitaan ini, terutama Pusdiklatpur dan para relawan yang membaktikan dirinya selama berbulan-bulan untuk pengungsi di sana.
Aku menduga bahwa wartawan Metro TV yang mengambil video tersebut hanya merekam gambar tanpa wawancara. Adalah wajar ketika gambar yang terlihat di pengungsian korban bencana alam di H+40 dalam kondisi yang tidak ceria. Namun bukan berarti mereka terlantar!
Semoga ini kali terakhir munculnya pemberitaan tak benar yang tak punya dasar informasi dalam proses peliputannya.
Dengan sangat kesal,
AZ
0 comments:
Post a Comment