Keseruan perjalanan akhir pekan (7-8/06) kemarin, dimulai dari Antimo. Iya kamu, eh Antimo, obat anti mabok itu. Antimo lah yang membuat Palek akhirnya berani ikut perjalanan ini. Setelah Padhe absen, masa Palek kudu gak ikut juga. Formasi menjadi cukup lengkap dengan bergabungnya Cakpii dari Gresik. Gambar ini diambil dari kamera Dikprij, dengan susunan formasi sbb: Palek, Dikprij, Bulek, aku, Panca (di belakang, ketutupan), Tante, dan Cakpii.
Kami sepakat berangkat dari Stasiun Lempuyangan. Aku tiba jam 08.30. Ceritanya mau naik kereta yang setengah jam lebih cepat dari teman-teman lain, agar bisa mampir ke rumah Paman di Solo. Ternyata jadwal yang kami pedomani salah, keretaku baru saja berangkat beberapa saat sebelum aku menghadap loket.
Akhirnya kuputuskan berangkat bareng. Kami naik kereta pukul 13.00, wah mati kutu deh nunggu di stasiun. Sebenarnya ada dua kereta lain diantara jadwal itu, tapi tempat duduk penumpangnya saling berhadapan ke samping. Ini bisa bikin Palek mual.
Lempuyangan |
Eh, Priyo clingukan nyariin kita. |
Sejam kemudian teman-teman datang. Kereta AC yang tadinya berangkat jam 10.11 telat masuk Yogya. Mungkin memang rezeki, sehingga kami hanya menunggu setengah jam untuk berangkat.
Rp 15.000 |
AC rumah :) |
Keretanya bernama Sidomukti. Satu-satunya kereta jurusan Yogya-Solo yang belum pernah kunaiki. Sedikit kecewa ketika melihat penampakannya. Tidak sebening Manja atau Sriwedari. Ini seperti kereta bisnis antar kota jarak jauh. Nilai plusnya: Ada colokan. Yang terpenting, bangku penumpang bisa diubah jadi hadap depan atau belakang, sehingga Palek aman.
Aku duduk sendirian, penumpang memang sepi. Seperti biasa, pemandangan dari jendela kereta menyenangkan. Selain buku, kejadian di luar kaca sangat asik. Sayang, dingin ruangan tidak maksimal, sampai kipas-kipas meski kursiku tepat di bawah AC.
Lagi menikmati kesendirian, tetiba ada himbauan: "Mohon maaf Bapak-Ibu, mohon bangun sebentar keluarkan tiketnya." Suara seseorang berseragam TNI. Diikuti dengan seseorang berseragam PT KAI yang sibuk memotret seorang ibu yang juga berseragam sama, serta pak Masinis. Di ujung gerbong berdiri mbak Polwan cantik. Sepertinya ibu ini pejabat yang sedang sidak. Biasanya tidak seheboh itu.
Akhirnya kami tiba di Stasiun Purwosari. Tante yang domisili Solo, menjemput kami dengan mobilnya yang imut. Maka formasi di jalan: dua di depan, empat di belakang. Nanti sore ketambahan Cakpii. Perlu atur strategi naik sedan berdelapan!
Tujuan pertama sarapan menu khas: Selad Solo. Lalu ke Pasar Triwindu. Wah, Palek dan Bulek seneng banget. Mereka adalah pasutri yang sangat tergila-gila dengan barang vintage.
Cecewek pada mborong kebaya kutubaru. |
Lalu ke rumah Tante, istirahat sambil nunggu Cakpii datang. Jelang magrib yang ditunggu nongol juga di terminal. Bus yang ditumpangi kena macet. Mau naik kereta, kehabisan tiket.
Suasana presentasi & aku yang mencoba selfie. |
Kami makan malam di sekitar kompleks rumah Tante. Dapat soto Semarang yang enak. Lalu nyusul si Tante ke Jackstar di kawasan Slamet Riyadi (pakai muter-muter karena buta arah). Tante dan tiga mahasiswanya sedang persipan presentasi. Mereka masuk lima besar sayembara, Senin akan presentasi di hadapan Sultan Yogya. Tante pengen kami ada di sana untuk menanggapi presentasi mereka.
Jadilah kami di sana, hingga tengah malam. Sempat was-was sebab ATM dan uang tunai Dekprij tertelan mesin BCA. Dekprij tinggal punya uang 100 ribu di kantongnya. Duh! Sambil menunggu urusan ATM, kami duduk di depan Jackstar.
Sekitar pukul 13.00 kami pulang, sementara Tante masih sibuk dengan ketiga mahasiswanya. Teman-teman pada kelaparan. Kehidupan malam di Solo tidak sesemarak Yogya. Nyari makanan tidak mudah, kami sempat muter-muter ("Plisde, masa makan Mekdi", kata Dikprij) Akhirnya mundur beberapa meter ketika melihat warung ini.
Kabuli yang oke banget! |
Selamat tidur! Zzzz.... zzz... zz..
Selamat pagi! Hoahm...
Para gadis yang bersolek. |
Para jejaka yang bermalasan. |
Agenda utama |
Yang hanya menonton, dari kamera Dekprij. |
Akhirnya, kloter pertama berangkat. Ceritanya mau sarapan ke Pasar Gede. Dikprij kembali untuk aku dan Panca. Kloter I sudah mampir pasar dan membeli cabuk rambak, kangkung rebus berkuah rujak. Kami mampir ke klenteng di sudut pasar, lalu makan asik di warung timlo.
Di klenteng, milik Cakpii. |
Warung Timlo Sastro. |
Ini pertama kali aku ke Pasar Gede. Sangat menarik, sampai berpikir "ke mana saja aku selama ini?". Paling menarik ada toko barang pecah-belah dari Semarang. Yaampun, besok-besok kudu mampir lagi!
Selain sarapan, agenda di pasar ini adalah menciptakan sebuah ruang bernama dapur untuk Tante. Heh? Ruangannya sih sudah ada, tapi kok nggak kaya dapur. Minus kompor--barang yang menjadi penanda utama sebuah ruang memasak. Hahaha.
Gambar atas: Tante dan mainan masak-masakan yang lebih kumplit ketimbang dapurnya :) dan Tante bersama Cakpii yang mencari ceret dan gelas untuk membuat kopi. Gambar bawah: kaki Bulek dan kakiku di becak, dan becak yang ditumpangi Palek dan Panca di depan kami.
Kloter pertama--dalam formasi berbeda dengan sebelumnya--pulang untuk mewujudkan dapur. Aku berada dalam formasi yang meluncur ke Pasar Triwindu, lagi. Kami masih mencari 'titipan' yang kemarin gagal kami peroleh. Lalu pulang dengan taksi, agar tak merepotkan kloter satu yang sedang mencipta dapur.
Sampai di rumah, Tante sudah pergi, dijemput mahasiswanya yang lain untuk melayat. Proses penciptaan dapur berhasil. Percobaan pertama masak air panas untuk kopi, lalu mi instan. Itu menjadi menu makan siang kami. Hahahaha!
Mi rebus dengan cabuk rambak dan crackers. |
Sore hari Tante pulang. Matanya berbinar waktu bilang: Yaampun, aku punya kompor! Tante lalu keluar lagi bersama kloter pertama edisi II. Selain melihat jadwal kereta, juga mampir ke Laweyan untuk jelajah singkat. Aku lanjutkan membaca sambil ngadem di kamar. Solo seharian itu gerah buangat!
Meski sudah ada kompor, malam ini kami masih makan di warung soto. Tapi Tante janji, kunjungan selanjutnya akan buatkan Soto Betawi andalannya waktu kuliah di Jepang.
Atas: menuju warung. Bawah: menuju stasiun. |
Adegan AADC: Tante antar kami sampai masuk.
Sampai lupa rencana agenda kami ke Solo. Tentu bukan mencipta dapur. Tadinya kami akan melihat pameran Benteng Nusantara di Vastenberg dan menyaksikan karnaval bambu. Meski semua terlewat, kami senang bisa bersama lagi. Apalagi Cakpii memutuskan untuk ikut kami ke Yogya.
|
1,5 jam menunggu kereta. |
Segala gaya. |
Di jalan aku hanya membaca, akhirnya buku tipis yang kupinjam dari perpustakaan kandas juga. Kereta terlambat setengah jam. Kami tiba kembali di Lempuyangan pukul 11.17. Aku sudah dijemput. Kami berjanji akan melihat pameran ArtJog keesokan harinya, dan menghadiri presentasi Tante lusa.
Senin, hari ini, masing-masing kami langsung disibukkan kegiatan rutin. Aku sempatkan menulis, mumpung masih ingat. Sekarang, mari tidur!
Mlekom,
AZ
0 comments:
Post a Comment