Eko.
Dia itu anaknya Mbak Suti, perempuan paruh baya yang kerja di rumahku. Usia sekitar 19 tahun, tamat SMU langsung bekerja sebagai pegawai (apa ya namanya? Orang yang bantu Mbak Kasir masukin barang belanjaan yang sudah dihitung harganya) di sebuah minimarket asli milik (Walkot) Jogja.
Minggu lalu, Si Mbak telat datang ke rumah--tidak tinggal dirumahku, BELIAU tinggal bersama suami dan dua anaknya di sebuah rumah yang tak begitu jauh dari rumahku. Ternyata BELIAU sedang kebingungan sebab anaknya tidak pulang semalaman. Sudah dicari keman-mana tidak ada. Semua teman mainnya, teman kerja, teman sekitar rumah, sudah dihubungi.
Simbak bingung.
Tapi dengan segala tanggungjawabnya, BELIAU datang juga, bekerja di rumahku dan sejumlah rumah lain (mungkin ada lima tempat lain!). Perempuan hebat! Meski dia pusing sebab tidak tidur memikirkan anaknya yang tidak menjawab telepon/SMS.
Kasus hilangnya sejumlah anak/remaja akibat FB kebetulan sedang marak dibahas di media. Spontan saya tanya: "Eko main FB gak, Mbak?"
"Iya," jawab Simbak. "Di warung deket...." lanjut Simbak.
Simbak cerita tentang warung di dekat rumahnya. Eko sering FB-an di tempat yang menyediakan komputer terkoneksi internet yang bisa diakses gratis oleh pembeli minuman yang harganya murah ini. Mungkin semacam hotspot di kafe-kafe itu.
"Aah, tapi enggak dink, dia kan cowo," dalam hatiku.
... ... ...
***
Keesokan harinya, Simbak mengabari bahwa Eko sudah pulang. Dia ketiduran di rumah salah seorang teman yang tidak diketahui orangtuanya. Karena terlalu capek sehabis bekerja (yes dear, kerja di swalayan itu cape!), dia tidur kaya orang mati. Gak denger apa-apa.
Alhamdulillah, Eko kembali.
Alhamdulillah, Eko bukan korban FB.
Alhamdulillah, Mbak Suti gak datang telat lagi ;)
Dia itu anaknya Mbak Suti, perempuan paruh baya yang kerja di rumahku. Usia sekitar 19 tahun, tamat SMU langsung bekerja sebagai pegawai (apa ya namanya? Orang yang bantu Mbak Kasir masukin barang belanjaan yang sudah dihitung harganya) di sebuah minimarket asli milik (Walkot) Jogja.
Minggu lalu, Si Mbak telat datang ke rumah--tidak tinggal dirumahku, BELIAU tinggal bersama suami dan dua anaknya di sebuah rumah yang tak begitu jauh dari rumahku. Ternyata BELIAU sedang kebingungan sebab anaknya tidak pulang semalaman. Sudah dicari keman-mana tidak ada. Semua teman mainnya, teman kerja, teman sekitar rumah, sudah dihubungi.
Simbak bingung.
Tapi dengan segala tanggungjawabnya, BELIAU datang juga, bekerja di rumahku dan sejumlah rumah lain (mungkin ada lima tempat lain!). Perempuan hebat! Meski dia pusing sebab tidak tidur memikirkan anaknya yang tidak menjawab telepon/SMS.
Kasus hilangnya sejumlah anak/remaja akibat FB kebetulan sedang marak dibahas di media. Spontan saya tanya: "Eko main FB gak, Mbak?"
"Iya," jawab Simbak. "Di warung deket...." lanjut Simbak.
Simbak cerita tentang warung di dekat rumahnya. Eko sering FB-an di tempat yang menyediakan komputer terkoneksi internet yang bisa diakses gratis oleh pembeli minuman yang harganya murah ini. Mungkin semacam hotspot di kafe-kafe itu.
"Aah, tapi enggak dink, dia kan cowo," dalam hatiku.
... ... ...
***
Keesokan harinya, Simbak mengabari bahwa Eko sudah pulang. Dia ketiduran di rumah salah seorang teman yang tidak diketahui orangtuanya. Karena terlalu capek sehabis bekerja (yes dear, kerja di swalayan itu cape!), dia tidur kaya orang mati. Gak denger apa-apa.
Alhamdulillah, Eko kembali.
Alhamdulillah, Eko bukan korban FB.
Alhamdulillah, Mbak Suti gak datang telat lagi ;)
0 comments:
Post a Comment