Monday, January 31, 2011

Posted by adriani zulivan Posted on 8:35:00 PM | No comments

Bersedia Digaji Rendah itu Utama. Kualifikasi itu Setelahnya!

Terhitung 1 Januari, aku resmi masuk dalam golongan orang-orang yang menganggur. Jika bulan ini masih ada kesibukan sebagai relawan JALIN Merapi, bagaimana seterusnya? Waaa, musti cari kerjaan baru nih!

Kerjaan yang kuinginkan adalah kerja tidak di belakang meja di Jogja dengan gaji tinggi. Hehehe, mana ada??? Di Jogja itu gaji S1 ya 1 jutaan saja, sebab UMR hanya Rp 850 ribu! Apalagi, Jogja tidak menawarkan pekerjaan sesuai spesifikasi keahlianku.

Atas izin Cindil dan seluruh keluarga, dengan berat hati kubuat lamaran di sebuah media. Mereka tertarik dengan resumeku dan menanyakan expected salary untuk di Jakarta. Jawabku:


Hummm, barusan saya coba berhitung kebutuhan bulanan jika di Jakarta:

Kost (*): IDR 1.000.000
Makan (IDR 30.000 x 3/hari = IDR 90.000 x 30 hari): IDR 2.700.000
Transport: IDR 750.000
Lain-lain: IDR 500.000
Total: IDR 4.950.000
(*) harga bawah dari harga-harga disini http://www.kostjakarta.com/search/kost%2Bdi%2Bkelapa%2Bgading/

Sementara, itu kebutuhan dasar saya. Saya ingin pula menanyakan apakah saya memperoleh hal-hal lain seperti asuransi, dan apakah tugas mencicipi makanan akan ada alokasi dana tersendiri?


Balasannya:

Adriani,

I like your answer. :) Unfortunately, I can’t satisfy everyone based on that. Let’s put it this way .... We’re offering 2.5-3 Juta for entry level social media manager posisiton. Honestly, this is the standard in Jakarta for such position. It is also comparable to other reputable companies in the field.

So, let’s work out your numbers. If you think you can survive with such salary. We can continue with an online test.

Thank you,


Jawabanku:

Dear HRD,

I don't like it, since your answer doesnt match to my numbers, hehehehe ;)

Im just trying to recalculate it:
By the same price of Kost-kostan and Lain-lain (dont wanna take risk of these two needs), I will survive with IDR 3.350.000. If company pays the transport and bill while I am on my "icip-icip" duty, I can't wait for the online test.



Tidak berbalas. Wassalam!
Heran dengan perusahaan yang mencari pegawai dengan metode ini: Tanya dulu gaji yang diinginkan. Jika tidak sesuai dengan tawaran, lupakan dia!

Hey hey, perusahaan macam apa itu? Ah, tapi ini sungguh terjadi. Perusahaan media ini cukup besar. Tagline "Indonesia Online showcase about food and anything else related" menjadikan mereka cukup leading dalam dunia permakanan.

Ya sudahlah. Belom rejeki, nak! :)

Sunday, January 23, 2011

Posted by adriani zulivan Posted on 9:06:00 AM | No comments

Kebutuhan Lampu Penerangan untuk Pemantau Sungai

Banjir lahar dingin merupakan bencana sekunder dari erupsi Gunungapi Merapi 2010. Sungai-sungai di sekitar Merapi saat ini menjadi ancaman terbesar bagi warga yang tinggal di sekitarnya. Hingga kini, tercatat ada hampir 5.000 jiwa pengungsi akibat banjir lahar dingin.

Bersama relawan dan masyarakat terdampak, JALIN Merapi bekerjasama memantau debit air sungai di kali-kali tersebut, terutama di wilayah Magelang (Jateng) dan Sleman (DIY). Dana khusus untuk pembelian lampu belum ada sama sekali, untuk itu dibutuhkan uluran tangan dari dermawan sekalian. Berikut info kebutuhan tersebut:

Wilayah yang saat ini sangat membutuhkan:
  • Wilayah Kecamatan Dukun terdapat 14 titik. Peta lokaso di sini.
  • Kec Sawangan & Srumbung ada sekitar 30 titik, peta sedang dibuat.
Jenis lampu yang dibutuhkan:
  • Bentuk lampu seperti ini.
  • Kapasitas lampu antara 500-1.500 watt dengan jarak efektif minimal 100 meter dan bisa menembus kabut.
  • Perlu tambahan NCB dan kabel rata-rata 50 meter/titik
  • Lampu bisa dibeli di Yogyakarta. Biaya yang diperlukan Rp 800.000 per titik dengan rincian sebagai berikut:
  1. Lampu Philips 1.500 watt Rp.375.000
  2. Kabel merk NYA 1 rol (50 meter) Rp.300.000
  3. MCB (Magnetic Circuit Breaker) Rp 25.000
  4. Biaya pemasangan oleh warga setempat (konsumsi, BBM, baut, isolasi, dsb) Rp.100.000
  5. Karena yang sangat membutuhkan ada 14 titik, maka jumlahnya 14 x Rp 800.000 = Rp 11.200.000
Mekanisme pemasangan:
  • Pemasangan dilakukan kerjasama Tim JALIN Merapi, Kompag Merapi dan warga di sepanjang sungai.
  • Info selengkapnya bisa menghubungi;
  1. Posko Jalin Merapi Dukun: 087834019273 a/n Bayu
  2. Posko Jalin Merapi Jumoyo:  085878280851 a/n Anang
NB:
Dibutuhkan pula radio komunikasi (handy talkie/HT) dan rig untuk koordinasi di lapangan antar pemantau banjir.

Cek URL berikut untuk donasi.

Adriani Zulivan,
berdasar keterangan Akhmad Nasir (Koordinator Newsroom JALIN Merapi) dan Bayu Sapta Nugroho (Koordinator Posko JALIN Merapi Dukun, Magelang)

*
Ditulis untuk website komunitas JALIN Merapi dengan tautan berikut.

Monday, January 17, 2011

Posted by adriani zulivan Posted on 11:22:00 PM | 1 comment

Hotpants


Secara populer, kata itu diartikan dengan celana pendek super minim kekurangan bahan.

Aku mengklasifikasikannya dengan celana sangat pendek yang hanya menutupi areal panggul, yaitu tepat di bawah bagian dua "buah pantat" yang berbatasan dengan pangkal paha di bagian belakang; dan mencetak V
di bagian depan.
*
Malam ini aku menemani Cindil untuk presentasi di depan puluhan anak SMK dari Semarang mengenai pekerjaannya. Undangan jam 7-9 malam. Jika biasanya panas terik di siang hari dan panas gerah saat malam, Jogja hari ini dingin banget. Seharian hujan.

Cindil mendapat jatah presentasi sehabis jam makan malam, yaitu saat acara santai. Maka murid-murid SMA ini mengenakan pakaian bebas, jika di sesi sebelumnya mereka memakai seragam putih abu-abu.

Mengagetkan. Kami yang datang dengan berbalut jaket, mayoritas siswi ini mengenakan hotpants!

"Korban mode," kataku pada Cindil.

Salah seorang Ibu Guru, duduk dan berbincang di dekatku. Beberapa kali beliau mengeluarkan desahan yang menjelaskan bahwa beliau kedinginan. Pasmina yang dibawanya terus dibenahi letak posisinya di badannya.

"Iya nih Bu, Jogja lagi dingin banget," komentarku. "Anak-anak sampai tidak ada persiapan ya, Bu," lanjutku.

"Enggak. Kita (guru-guru) sudah mengingatkan bahwa tempat ini rindang, banyak pohon, sehingga udaranya dingin. Tapi ya mereka tetap pakai itu," kata Si Ibu sembari mengarah ke hotpants para siswi.

"Oooh, hahaha, saya kira karena taunya Jogja itu panas banget," sambungku.

"Enggak, Mbak," jawabnya berbisik. Itu lho, hotpants lagi ngetrend," lanjutnya.
*
Haha, benar kataku tadi: Korban mode! Kasian yah, terjadi penyeragaman gaya anak-anak muda, terutama remaja perempuan kita saat ini: kaos ketat, celana super pendek, rambut berponi, rambut panjang di-untel-untel ke belakang lalu diikat dengan karet rambut, dan seterusnya.

Ini gaya anak Jakarta, yang selain Bandung menjadi "ikon" mode untuk anak muda di seluruh wilayah Indonesia yang tentu saja satu sama lain berkultur berbeda, beriklim tak sama, dan beradat-istiadat beragam.

Kultur Jakarta yang senantiasa mengedepankan mode terkini yang mengacu ke dunia (yang dianggap) populer, yaitu Barat, tidak keberatan dan mayoritas masyarakatnya menganggap hotpants (dan tanktop) sebagai budaya baru yang dapat diterima.

Budaya dapat menerima ini, kemudian dilihat oleh remaja di daerah-daerah melalui tayangan televisi, internet dan majalah. Ikon mode contekan ini kemudian menjadi sebuah ikon baru yang dirujuk sebagai "tren mode bersama" untuk remaja putri Indonesia, tak peduli apa dan bagaimana budaya dan iklim yang dianut keluarga dan mayoritas masyarakat di daerahnya tersebut.

Gambar dari sini.

Mlekom,
AZ


[20130521: rgds, pic, fonts]

  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata