Wednesday, July 25, 2012

Posted by adriani zulivan Posted on 4:28:00 PM |

Tiga Hari Keliling Gunung Jateng

Tiga hari berturut-turut, aku dan Elan main ke lereng gunung-gunung yang ada di Jateng. Ya, cuma lereng gunung sih. Hehehe, judulnya lebay yah.

Aku ikut Elan yang punya agenda sosialisasi program kerjanya. Meski kerja, selalu ada bonus kesenangan di akhir kegiatannya.

Hari I: Senin, 23 Juli 2012

Kaki Gunung Merapi 

1. Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten
Kali ini, kami bersama Mas Mart. Berangkat pukul 08.30 dan tiba sejam kemudian di Kantor Lurah Desa Sidorejo. Sosialisasi diadakan untuk Mahasiswa KKN UII yang... masya Allah, bukannya perhatikan orang yang bicara di depan, malah asyik foto-foto narsis sendiri secara sembunyi-sembunyi di bangku mereka. Setelah acara bubar, ini yang mereka lakukan:

Kelakuan mahasiswa KKN UII
Meski hanya ada 1-2 mahasiswa yang tertarik (hanya dua orang bertanya, lainnya saling tolak-tolakan ketika diminta menjawab pertanyaan), sosialisasi ini berjalan baik. Ya, sebab mahasiswa tak mungkin menolak permintaan desa yang memberi mereka nilai untuk KKN-nya ini kan?

2. Kebun Pak Totok
Dari Kantor Lurah, kami ke kebun Pak Totok. Hanya sekitar 1 km mengarah ke puncak Merapi, kami tiba untuk memetik cabai merah! :)


Menuju perjalanan selanjutnya, Desa Balerante, kami melihat proses penambangan pasir material erupsi yang menurut Mas Mart: "Tidak mau belajar dari bencana". Maksudnya, proses menggali dengan lubang-lubang seperti ini berlangsung segera setelah erupsi 2010, namun mereka tidak pernah mau peduli bahwa lubang-lubang besar itu akan berbahaya ketika banjir lahar.


3. Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten
Lama tak bertemu Pak Jainu, Kaur Pemerintahan Desa Balerante. Kami mendatangi rumah beliau yang berada di kilometer 4,5 dari puncak Merapi.

Pak Jainu dan Mas Mart
Akhirnya, untuk pertama kalinya, aku menginjak desa ini. Meski saat tanggap-darurat bencana 2010 lalu sering bertemu warga Balerante, namun hanya di pengungsian. Ketika mampir shalat ashar di masjid dekat rumah Pak Jainu, kami sempat melihat-lihat lingkungan sekitar yang kini sudah bangkit.

Pasca erupsi Gunungapi Merapi pada 2010 lalu, desa ini menggerakkan batik lokal. Pak Jainu memperlihatkan cetakan motif batik cap yang mengandung cerita tentang Merapi. "Kapan-kapan saya lihat ke perajinnya ya, pak!" kataku pada Pak Jainu.


4. Masjid Komaruddin
Pukul 17.00 kami tiba di Bantul, antar Mas Mart. Lalu pulang, mampir ke masjid di Jalan Suryodiningratan Jogja untuk shalat ashar. Begitu salam, langsung adzan magrib. Dapat takjil semangkuk bakso plus segelas teh hangat. Alhamdulillah... Tak lupa kujebloskan sejumlah rupiah ke kotak amal di depan masjid, sebagai ganti makanan enak yang tak kami bayar itu.

Hari II: Selasa, 24 Juli 2012

Kaki Gunung Sindoro - Sumbing

1. Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung
Berangkat dari Jogja pukul 07.30, kami tiba di Temanggung dua jam kemudian. Langsung menjemput Pak Danang di Bappeda, kantornya yang berada di pusat kota. Langsung meluncur ke Desa Kandangan (30 menit) untuk menjemput Pak Taufik, Kaur Pemrintahan Desa Kandangan. Lalu menuju Kantor Kecamatan Bejen (sejam perjalanan).

Acara sosialisasi dimulai pukul 11.00. Kasihan para Lurah yang sudah menunggu sejak pukul 09.00. Kami tak tahu berapa jauh jarak kecamatan tersebut dari Kota Temanggung :(

Yang lain berseragam, aku sandal jepit!
Selain bantu motret kegiatan, aku menjawab sejumlah pertanyaan mengenai program ini (ah, untung aku tahu! Hihihi) dan membantu proses penginstallan software ke laptop masing-masing Kades.

Perjalanan ke-dari kecamatan ini sangat indah. Sejauh mata memandang, gunung dan tanaman terlihat. Biru, hijau. Ah, indah. Ditambah aktivitas warga yang sungguh menarik hati.


Di sepanjang jalan juga melihat iklan sirup merk Astina yang (sayangnya) ditempel di pohon-pohon. Jadi tertarik mencoba rasanya...


2. Toko Kacamata, Kota Temanggung
Aku lupa membawa kacamata hitam. Sepanjang jalan kami pasang mata, mencari penjual kacamata hitam. Mata telanjangku tak kuat terpapar sinar matahari. Ternyata, sepagi itu tak mudah. Sempat memelankan laju mobil di Sleman, Muntilan, dan Magelang. Akhirnya dapat di Temanggung, kota tujuan, setelah kututup mata dengan jaket sepanjang perjalanan. Tak apalah, daripada tidak. 

Kacamata ini kudapat di sebuah optik dekat Pasar Temanggung. Berkaca mika, Rp 20.000,-. Sebenarnya mereka punya bahan kaca seharga Rp 150.000. Namun desainnya norak sekali dengan emas-emasan :)

3. Masjid ... (tidak mencatat namanya)
Acara sosialisasi selesai pukul 16.00. Sejam ke Kandangan, lalu Temanggung Kota, mengantar Pak Taufik dan Pak Danang. Kami mampir di sebuh masjid di ujung Temanggung, untuk shalat ashar dan menunggu maghrib. Dapat takjil lagi. Kujebloskan lagi sejumlah rupiah ke kotak amal untuk makanan dan keakraban luar biasa dari penduduk setempat.


4. Tip Top
Beruntung, jalur Magelang-Jogja tidak macet. Kami tiba dua jam kemudian. Lalu mampir cari makan. Sebab perut tak terlalu lapar, kami memilih Tip Top, warung eskrim jadul di Mangkubumi.

Hari III: Rabu, 25 Juli 2012

Kaki Gunung Sindoro-Sumbing

1. Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung
Hari ini masih di Temanggung. Tadinya tidak mau ikut, tapi mengingat aku belum ke satupun situs arkeologi di kabupaten ini, aku paksakan diri untuk ikut lagi. 

Kemarin pagi, sebelum berangkat, kucetak informasi di internet tentang Situs Liyangan. Kemarin memang tak ada waktu untuk jalan. Namun hari ini, karena berangkat lebih pagi, kami bisa menyelesaikan sosialisasi hingga pukul 13.00.

Semalam kuajak teman-teman Tukang Makan untuk ikut serta. Namun mereka tentu tak tertarik akibat jeda lima jam menunggu Elan bekerja.

Kami berangkat dari Jogja pukul 06.30. 1,5 jam kemudian tiba di Magelang, lalu Temanggung. Langsung menjemput Pak Taufik dan Gabri di Kandangan. 

Oh yeah? Hummm... | Lokasi: Jembatan menuju Temanggung
Gabri adalah sahabatku yang sedang KKN di desa tersebut. Kami minta bantuannya untuk mengikuti proses ini, sebab ia mempunyai program kerja mengenai sistem informasi.

Presentasi
Oya, sepanjang jalan ke kecamatan ini sangat menarik. Selain bentang alam, juga aktivitas warganya. Sepanjang jalan tampak kebun-kebun kopi. Warga menjemur kopi panenannya di sepanjang jalan yang dilewati kendaraan. "Aku harus membeli kopi Temanggung!" sorakku dalam hati.


Hari ini proses sosialisasinya cukup rumit. Tapi aku enggak ikut-ikutan ribet, cuma bantu proses installing :) Lihat kehebohan di TKP:

Trio maut: Gabri (pakai jas almamater), 
Pak Taufik (merah, sebelah Gabri), Elan (kemeja putih)

Mundur sejam dari perkiraan, proses ini selesai pukul 14.00. Kutanyakan apakah Pak Taufik dan Gabri ada keperluan lain, jika tidak, aku ingin diantarkan mencari kopi. Eh, Elan malah mengingatkan ke candi-candi. Aku? Pengen banget sih, tapi sengaja tidak kuucapkan, karena kutahu mereka semua  cape. Akhirnya, Pak Taufik antarkan kami ke... Situs Liyangan!

2. Situs Liyangan
Perjalanan ke sana sekitar 40 menit dari Kecamatan Gemawang. Aku tertidur di jalan, tiba-tiba sudah di gerbang Desa Liyangan. Alhamdulillah, jadi juga!


Narsis
Tidak, mereka tak menginjak puncak candi.
3. Kopi Temanggung
Setelah mengantar Pak Taufik dan Gabri kembali ke Desa Kandangan, kami mampir ke Kota Temanggung untuk mencari kopi. Sengaja tidak bertanya pada Pak Taufik yang tadinya ingin mengantarkan ke tetangganya, sebab kami sungkan, sudah terlalu sore.

Sepertinya, nyaris seluruh Alun-alun di Jateng ada baliho rokok...
Menyusuri jalan-jalan kota: pasar, pertokoan, tak kami temukan. Huff. Akhirnya mampir Masjid Agung di Aloon-aloon. Shalat ashar di masjid yang penuh debu karena sedang dalam renovasi ini.

4. Masjid Agung Temanggung
Masih 15 menit lagi maghrib. Sambil menunggu berbuka, Elan tidur di teras masjid. Kasihan, capek sekali Pak Pir yang sudah nyetir luar kota tiga hari ini...
Zzzz...
Kami dapat takjil lagi di sini. Enggak kami sih, tapi Elan. Sebab tak ada gerombolan perempuan, jadi aku tak gabung di areal laki-laki yang berbuka bersama di masjid ini :|

Aku lapar. Elan bawakan aku sepotong pisang goreng. Alhamdulillah, daripada tidak. Kami berniat makan berat di Jogja saja, dan membeli bakso dan mi ayam di Temanggung atau kupat tahu di Magelang. Lalu, selain mencari toko roti dan/atau toko oleh-oleh yang kami yakin menjual kopi Temanggung, kami pun pasang mata untuk warung makanan.

5. Dele Goreng
Maksudnya: Kedelai goreng. Ini adalah makanan khas Temanggung. Ada di toko oleh-oleh. Kami mampir, niat mencari kopi. Ternyata tak ada. Dua toko kami hampiri. Okelah kalo begitu.


Jalur Temanggung-Magelang ini merupakan jalur padat. Yang lewat tak hanya mobil, namun juga truk dan mobil besar sejenis. Bayangkan fuso sebesar ini tiba-tiba ada di muka kami, setelah memutar dari toko dele. Si besar yang tak mau mengalah... :|


6. Alun-alun Magelang
Ternyata sepanjang jalan tak ada yang menarik. Hingga tiba di Magelang. Kuputuskan untuk mampir di Alun-alun Kota Magelang, makan di warung tenda yang punya kran air bersih. Tenda itu berada di timur menara air kuno.

Menara air di ujung sana.
Suasana di sini ramai. Kami sempatkan mampir melihat bazaar di depan Matahari, memotret kondisi trotoar yang licin dan klenteng cantik.

Trotoar kok dipasangi lantai keramik!
Klenteng cantik di selatan Alun-alun.
Kami sempatkan pula mampir ke toko oleh-oleh untuk mencari... kopi Temanggung! Hehe, kopinya tidak ada, malah beli pisang aroma yang rasanya yahud! Meski dijual di Magelang, ini khas Temanggung dan memang diproduksi di sana.

Toko oleh-oleh adalah sampah visual terbesar di Magelang!
Akhirnya langsung pulang, tak jadi makan berat di Jogja. Selain kecapean dan sudah terlalu malam, siomay dan teh botol Alun-alun Magelang masih memenuhi perut kami.
RT ‏@adrianizulivan Pagiku sekarang tanpa kamu, ya! #tigahariseru
Hari ini aku tak ikut Elan lagi yang masih ada sosialisasi ke Kecamatan lain di Temanggung. Aku sedikit pilek, karena kemarin Temanggung dingin sekali, tak seperti hari sebelumnya. Elan pun jalan dengan teman kantornya. Eh, pulang-pulang bawa 2 kg biji kopi. Tunggu ceritanya besok, ya!

Mlekom,
AZ

Tuesday, July 24, 2012

Posted by adriani zulivan Posted on 10:29:00 PM |

Ajakan Ngabur ke Candi Gondosuli dan Situs Liyangan

Hai hai,

Maaf belum sempat menjawab mention teman-teman. Minggu ini aku keliling gunung-gunung :)

Begini. Besok (25/07), Elan akan ada perjalanan ke Temanggung. Agendanya bertemu masyarakat pukul 09.00-13.00. Setelahnya, free time.

Nah, Elan mengajak kita untuk mengunjungi dua situs di Kabupaten Temanggung, yaitu:


yang katanya, areanya lebih luas dibanding Borobudur. Ada sejumlah situs menarik lain di sekitarnya

Gambar dari sini.

yang saat ini masih dalam tahap ekskavasi.

Gambar dari sini.

Rencana perjalanan:
....-07.00 Kumpul di JEC
07.00-09.00 perjalanan ke Temanggung.
09.00-13.00 agenda kerja Elan bersama perangkat desa
13.00-... mblusukan candi-candi, borong kopi lokal, buka puasa, makmal di Kopi Klothok Magelang, pulang

Sampai jumpa besok!

Mlekom,
AZ


Lainnya tentang Gondosuli:
  1. http://sasadaramk.blogspot.com/2011/07/candi-gondosuli.html
  2. http://manggungnews.blogspot.com/2011/12/prasasti-gondosuli.html
  3. http://nonapelantjong.blogspot.com/2010/02/temanggung-i-luv-edition.html 
  4. http://www.temanggungkab.go.id/potensi.php?mnid=99
  5. http://hanacaraka.com/CJGondosuliP.htm
 Lainnya tentang Liyangan:
  1.  http://www.tribunnews.com/2012/06/20/batu-pendapa-situs-liyangan-ditemukan
  2. http://www.mediaindonesia.com/foto/17488/Ekskavasi-Situs-Liyangan 
  3. http://arcomsukarno.blogspot.com/2012/06/kabar-terakhir-situs-liyangan.html

Saturday, July 21, 2012

Posted by adriani zulivan Posted on 10:38:00 AM |

Manusia-manusia tak Beradab

 Gambar dari sini.

Lihat tayangan video berikut:

Berita ini ditayangkan kemarin sore. Tak kuat rasanya melihat sapi-sapi kecil itu dilempar ke laut dengan kasarnya. Seolah mereka, manusia-manusia itu, sedang melempar karung beras. Mungkin karung beraspun akan mereka perlakukan lebih beradab!

Tayangan ini sepertinya dipotong. Di tayangan TV tampak jelas bagaimana sapi-sapi itu dilempar dengan kasar. Pembaca berita bahkan membaca narasi seperti ini:

Sapi-sapi ini hanya dilemparkan ke air. Meski air surut, mereka tidak mengantarkannya ke darat. Pembeli yang akan berenang mengambil sapi-sapi itu.

Kejam. Tak beradab! 
Ayo jangan beli sapi dari Situbondo sampai mereka memperlakukan hewan-hewan itu dengan bijaksana!

Gambar dari sini.

Mlekom,
AZ


Wednesday, July 18, 2012

Posted by adriani zulivan Posted on 9:29:00 AM |

Undangan Tailor Made Trainer: Smartphone untuk Jelajah Pusaka


Gambar dari sini.

Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) bekerjasama dengan Urban Solutions dari Belanda akan mengadakan rangkaian pelatihan Tailor Made Training (TMT) yang bertujuan membantu Masyarakat Pemerhati Pusaka Indonesia mengembangkan aplikasi smart-phone untuk Jelajah Pusaka di beberapa kota terpilih di Indonesia. 

Pelatihan ini akan diselenggarakan dalam dua tahap yaitu:
  1. TMT - Executive Level di Denpasar, 3-7 Agustus 2012. Tema: ‘i-Discover' - Catapult Indonesia Heritage societies into the 21st century. A training course to enable Indonesian Heritage Societies to develop smart-phone applications for heritage trails in selected Indonesian Cities.
  2. TMT - Operational Level di Surabaya (12-17 Oktober 2012).
Acara ini terbatas hanya bagi undangan. Lihat ToR-nya di sini. Semoga bisa bergabung dan bermanfaat untuk Indonesian Heritage Inventory (IHI) yang sedang kami kembangkan, ya!

Mlekom,
AZ 

* saat mencari gambar untuk tulisan ini, aku menemukan artikel menarik. Sila baca :)

Sunday, July 8, 2012

Posted by adrianizulivan Posted on 7:12:00 PM | No comments

A Warm Day with A Warm-Hearted Japanese Couple

Geospatial Coast Laboratory

This is my first meeting with Tomi. She is the wife of Junichi, our colleague from Japan. Both are activist of community radio in Kobe, Japan. 

Joyo and I picked them at their hotel in the mid of the city. After doing some tricky plans of choosing the way (it was traffic jam in the long holiday periode of students in Indonesia), then we found the way to Depok Beach for almost 1,5 hours driving. On our way, we saw the Geospatial Coastal Laboratory with a giant pottery pot in front of the lab.

We first stopped at a beach, I don't remember the name, but it was close to Depok Beach, but not as crowded as Depok. Tomi was very happy, "This is the first beach for me in Indonesia, well, except in Bali," she said.



We parked the car in front of a house (it is IDR 5.000 for a car), managed by the villagers. We went down to the beach, to know how it feels playing with the sand. Unfortunately, the wind blows so strong while the weather is so hot, so we decided to move to the main destination: lunch.

It was almost 2 in the afternoon when we arrived at the fish market. Took some kilograms of fish, shrimp and two kind of scallops, than bought it to a restaurant with beach view. This is the restaurant that's always chosen by my family. We choose the menu than give all of the seafood to be processed by them.


It was too much for us, we could't 'finish' them all since our stomachs was too much full. We went to the last destination: Kampung Batik Imogiri. It is a kampong in southern Yogyakarta, about one hour drive from the city.

We had a nice conversation with Mas Nur, the leader of this batik business. Mas Nur told us the history of these batik which was developed after the big earthquake in 2006. Joyo did some heritage work with this community.


Mas Nur tells us the story.
The disaster destroyed not only the houses (especially the traditional), but also the life of the people, including their economic income. Some NGO and academic groups helped the locals to build their houses and try to make some workshops about batik making.


Making process, a must show for visitors.
Today, Batik Imogiri is famous as one of the biggest batik industry in Yogyakarta. The biggest product is painting (tulis) batik with natural coloring (called indigo). In this village, you can also try to learn how to make batik with your own design (they have workshop where you can buy some tourism package). Or you can just see the making process and act like you are painting the batik, just like we did :)


It's me & Tomi, acting :)
Look at these beautiful paintings!
My fave is the blue leaves on the left.

Then we went back to the hotel, left this couple there. What a very warm (read it with "hot shiny") day with a warm-hearted Japanese couple. Love to meet another day...

Those are two of many more tourism sites that will be visited by some students of Tomi's collage. Tomi is a professor in Osaka University, going to run a field school about disaster in Yogyakarta. The topic will be multi-discipliner, from economic to architect. It is not only the disaster of earthquake, but also the eruption of Merapi Volcano. They day will be in the end of this September. Can't wait to meet them all!

Mlekom,
AZ

Tuesday, July 3, 2012

Posted by adrianizulivan Posted on 8:57:00 PM | No comments

Njengking, Mancing!


Lokasi: Raminten, Yogyakarta.

Gambar kanan atas bikin mikir: Ada yah, yang kaya gitu? :p

Mlekom,
AZ

20140514


Sunday, July 1, 2012

Posted by adriani zulivan Posted on 8:34:00 PM |

Tukang Makan di Festival Dieng

Akhirnya jadi juga ikut Festival Dieng. Setelah 3,5 jam perjalanan dari Jogja, kami tiba di Dieng, Wonosobo - Banjarnegara, Jawa Tengah. Acara utama diselenggarakan di Kompleks Percandian Dieng. Selebihnya, ini agenda blusukan kami:
  1. Keliling candi-candi lain di Dieng
  2. Museum tutup :(
  3. Kawah Sikidang
  4. Makan Mie Ongklok
  5. Lihat jualan jaket-jaket keren (bekas, impor) di depan warung Mie Ongklok)
  6. Telaga Warna
  7. Beli oleh-oleh Carica di kios seberang pintu masuk Telaga Warna
  8. Beli kentang di pasar kulakan dekat PKU Muhammadiyah, lupa nama lokasinya :|
  9. Mampir Kopi Klotok di Magelang
  10. Pulang Jogja

Berhubung belum sempat menulis, ini kubagi foto-foto seru bersama geng Tukang Makan. Seluruh foto diambil oleh @alexia308 dengan bantuan 'tripod tas' :)


Kompleks Candi Arjuna
ki-ka: @alexia308 @joeyakarta @adrianizulivan @enodewati



 Kawah Sikidang
ki-ka: @sucirifani @joeyakarta @adrianizulivan @enodewati @alexia308

Telaga Warna
ki-ka: @adrianizulivan @enodewati


Mlekom,
AZ
  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata