Saturday, November 28, 2015

Posted by adrianizulivan Posted on 12:45:00 PM | No comments

Ribut-ribut Soal Kebon Kembang

 

Kebon rusak karena diinjak-injak. Cilakanya, dari foto yang beredar, paling banyak yang fotoan di sana abegeh2 jilbaban. 

Lalu rame komentar: Jilbaban, tapi gk ada otak. Jilbaban, tapi kelakuan nggak bener.

Kok yang salah jilbabnya?

Meski beda subjek, predikat dan objek, logika pikir seperti ini mengingatkanku pada pemerkosaan seorang mbak-mbak kantoran.

Komentar publik: Yaiyalah pakaiannya begitu, pantesan aja diperkosa.

(Jadi maksudnya, yang pakai rok mini pantas diperkosa kah?)
Kok yang salah roknya?

#‎ngombyang‬

Gambar dari sini.

Mlekom,
AZ

Friday, November 27, 2015

Posted by adrianizulivan Posted on 11:49:00 PM | No comments

Menghirup Suasana yang Begitu Kurindukan


Salam tangan papa mama yang jemput, "Adek udah naik berapa kilo? (berat badannya)", "Nanti makan ikan balado sayur daun ubi tumbuk ya." 
Papa ambil ranselku dan memanggulnya. 

Suara musik Minang yang urutannya sudah kuhafal, CD favorit papa.
Masuk gang, "Loh, si (tetangga) anu mobil baru lagi?" *pergosipan lokal*. 

Buka pintu kamar, cek rak buku yang utuh. 
Menatap pola-pola pakaian yang sangat pengen aku jahit. 
Buka lemari, itu tumpukan kain yang semestinya sudah menjadi blus, celana dan kemeja itu. 
Lalu teringat sekardus buku yang selalu bertambah dan belum dibaca.

Kasurku. 
Rebahan. 
Ah, rindu nian. 

Sibak tirai jendela. 
Tanaman hijau temaram berselimut malam. 
Klik, buka kacanya. 
Udara itu, udara yang kurindukan. 

Dan aku terlelap, nyenyak.
Mestinya sekarang sedang terlelap nyenyak dibuai udara Yogya. 
Setelah semalam tadi terjaga, dan mata ini baru sedia menyapa bantal selepas shubuh.

Mestinya. Bukan kenyataannya.
Nyatanya sekarang aku masih di sini.
Setelah membatalkan tiket berakhir pekan di Yogya.
Absen dulu di agenda keluarga besok, Dieng.

Ini pilihanku.
Andai kau tahu, bekerja di luar kantor meski di akhir pekan selalu menyenangkan. 
Ramai teman baru, makin akrab dengan teman lama.

Iya sih, aku tetap kangen kamu!

#ngombyang

Gambar ini bukan rumah yang kurindukan :)

Mlekom,
AZ


Monday, November 23, 2015

Posted by adrianizulivan Posted on 10:33:00 PM | No comments

Kembali ke Ketek Orangtua

Salah satu resolusi 2014 ku adalah "tinggal tidak di bawah ketek ortu, demi keluar dari zona nyaman". Cara asyik untuk cabut dari rumah adalah dapat beasiswa. Emang dipikir mudah, sejak 2013 belom ada harapan. Akhirnya di bulan Mei aku berubah pikiran: sambil terus cari beasiswa, mari kerja di luar kota.

Aku pengennya kerja di tempat yang indah. Harus Indonesia timur, sebab Sumatra kayanya bisa aku kunjungi kapan saja, sebab sebagian besar kerabat tinggal di sana. Papua belum berani, sudah kebayang ongkos mudik yang bikin kantong bolong.

Kebetulan ada bukaan di salah satu el es em di Kupang. Woaaaa keterima donk! Trus cerita sama Mamak Awak, "Enggak, mama nggak mau, di sana masih ada malaria, di sana jauh, di sana gini gitu gini gitu..." yang mengakibatkan aku mengundurkan diri.

Mengapa tidak Jakarta seperti kebanyakan tamatan Yogya (baca: biasanya sih anak2 UGM) lainnya? Duh, kota itu. Macet adalah hal yang paling bikin anti sama kota satu ini. Pernah sih cinta sama Jakarta, waktu aku kuliah dan keluarga tinggal di sana. Jadi tiap ke Jakarta senang, karena ketemu keluarga. Gak peduli kemacetan.

Tapi akhirnya aku keterima di Jakarta. Mamak Awak nggak khawatir. Memang, kotanya jauh dari kata i-n-d-a-h. Tapi berbagai strategi bisa buat hidup di Jakarta tidak-seburuk-pikiranku. Misal: kembali ke ketek ortu saban akhir pekan smile emoticon ‪#‎balikmaningbalikmaning‬

Dah 3 minggu gak pulang. Kangen mudik. Banget.

*Ini gambar halaman samping rumah kami, digambar kakakku yang baru belajar nyeket.
Posted by adrianizulivan Posted on 7:41:00 AM | No comments

Jengah dengan Konvoi Ugal-ugalan Pendukung Parpol?


Pagi ini gerakan Warga Berdaya akan kunjungi Polda DIY di Ringroad Utara. Mereka ingin audiensi dengan Kapolda terkait kejadian konvoi pendukung salah satu calon Bupati yang ugal-ugalan. Tak hanya mengambil hak warga atas jalan raya, namun juga menebarkan ancaman di jalanan.

Seorang teman yang sedang menyetir, kaget melihat anaknya diacungi pedang di jendela kirinya akibat merasa tidak diberi jalan. Seorang ibu tak bisa berbuat apa-apa saat anaknya di boncengan belakang jatuh setelah tersenggol simpatisan, dan hanya ditinggalkan mereka. Belum lagi soal polusi suara yang memekak telinga. Dan beragam kejadian lain.

Ini teror atau kampanye? Sekarang saja semena-mena, apalagi nanti jika sudah terpilih. Semoga kita menjadi pemilih yang memenangkan kepentingan kita dan warga lainnya.

Jika sempat, mari bergabung di Polda pagi ini. Kita akan datang sebagai warga, yang menuntut tanggungjawab negara.

Update:
Malam ini sudah ada petisi. Mari bergabung, suara anda dinanti di sini. Gambar dari petisi.

Mlekom,
AZ

Monday, November 16, 2015

Posted by adrianizulivan Posted on 8:08:00 PM | No comments

World Prematurity Day 2015

Kebahagiaan Taufikkurohman (35) atas kelahiran tiga putri kembarnya tak mampu menutupi duka mendalam akibat kehilangan Kurnia Hermawati (31), istrinya. Kurnia meninggal dunia setelah melahirkan ketiga kembar mereka pada 14 Oktober 2015 di RSUD dr Drajat Prawinegara, Serang, Banten. Sebelum dirujuk ke RSUD, istrinya berobat di salah satu RS yang akhirnya tak mampu menangani komplikasi istrinya.

Kurang umur dalam kandungan dan rendahnya berat badan (masing-masing sekitar 1,2 kg) saat lahir, membuat ketiganya harus menjalani serangkaian perawatan. Nyaris sebulan kini, berat ketiga bayi berangsur bertambah. Perawat Metode Kangguru (PMK) adalah rahasia Taufik. Dekapan dengan menempelkan bayi di dada hingga kulit bayi bertemu kulit orangtua, adalah metode PMK. 

Dibantu staf RSUD, Taufik rutin menjalankan PKM 6 jam setiap harinya. Masing-masing bayi dedekapnya selama dua jam. Awalnya ia tak meyakini pentingnya PMK, sampai ia melihat sendiri hasilnya. "Setelah saya dekap, suhu badan bayi-bayi saya naik, artinya mereka semakin sehat," kata Taufik. Menurutnya, staf RSUD, menurut Taufik, sangat mendorong perannya dalam PMK.

Taufik kini menjadi orangtua satu-satunya bagi ketiga kembar dan seorang kakak si kembar. Ia berjanji untuk terus semangat melakukan perawatan ini. "Mereka sudah tidak punya ibu, saya harus bisa melakukan semua yang bisa saya lakukan untuk anak-anak kami." 


RSUD dr Drajat Prawiranegara merupakan fasilitas kesehatan intervensi EMAS. Mengedukasi pasien akan pentingnya PMK menjadi hal yang selalu diinformasikan RSUD kepada pasien. 

Teks oleh Adriani Zulivan, foto oleh Syane Luntungan. Untuk EMAS Indonesia.


Friday, November 13, 2015

Posted by adrianizulivan Posted on 4:32:00 PM | No comments

Melahirkan Bayi Prematur?

Apakah teman-teman punya kisah melahirkan bayi prematur? Jika ya, bersediakah jika sedikit saya wawancara?

17 November diperingati sebagai World Prematurity Day. Bersama warga dunia lainnya, EMAS Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa bayi yang lahir prematur dapat tumbuh dan berkembang seperti anak lainnya.

Jika ada teman atau saudara yang pernah mengalaminya, mohon bantuan dengan mention mereka di komen ya. Mungkin hal kecil yang kita lakukan ini --melalui berbagi cerita-- dapat membangkitkan semangat jutaan bapak dan ibu lain yang kini sedang merawat bayi prematur mereka.

Mari menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir!

Mlekom,
AZ

Monday, November 2, 2015

Posted by adrianizulivan Posted on 8:10:00 PM | No comments

Apakah GM Akan Sepuitis Ini Melihat Malioboro Kini?

Saya menemukanmu, tersenyum, acuh tak acuh
di sisi Benteng Vredeburg.

Siapa namamu, kataku, dan kau bilang:

Kenapa kau tanyakan itu.

Malam mulai diabaikan waktu.

Di luar, trotoar tertinggal.

Deret gedung bergadang

dan lampu tugur sepanjang malam
seperti jaga untuk seorang baginda
yang sebentar lagi akan mati.

Mataram, katamu, Mataram...

Ingat-ingatan pun bepercikan
--sekilas terang kemudian hilang--seakan pijar
di kedai tukang las.

Saya coba pertautkan kembali

potongan-potongan waktu
yang terputus dari landas.
Tapi tak ada yang bisa diterangkan, rasanya

Di atas bintang-bintang mabuk

oleh belerang,
kepundan seperti sebuah radang,
dan bulan dihirup hilang
kembali ke Merapi

Trauma, kau bilang

(mungkin juga, "trakhoma"?)
mambutakan kita

Dan esok los-los pasar

akan menyebar lagi warna mainan kanak
dari kayu: boneka-boneka pengantin
merah-kuning dan rumah-rumah harapan
dalam lilin.

siapa namamu, tanyaku.

Aku tak punya ingatan untuk itu, sahutmu.

[Di Malioboro, Goenawan Mohamad]



Itu salah satu puisi dalam buku ini. Jika GM bisa sepuitis ini melihat Malioboro tahun 1997, apakah ia juga akan menciptakan bait-bait indah dengan Malioboro kini? Malioboro yang bertabur crane pembangunan hotel-hotel menjulang. Hotel-hotel yang menghabiskan air tanah untuk warga, yang memperburuk kemacetan kota.

Ah sudahlah, mari menikmati keindahan puisi-puisi ini...


Mlekom,
AZ

  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata