Tuesday, December 21, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 7:27:00 PM | No comments

Metro TV dan Pemberitaan Salah tentang Merapi

Berita Metro TV berjudul "Satu Per Satu Bocah Pengungsi Bertumbangan" kemarin--baca tautan berikut adalah bukan hanya berita ngawur, namun juga ngasal!

Aku pertamakali menemukan berita itu pada hari yang sama ketika beritatersebut dilansir. Aku mendapatkannya dari lansiran Gmail yang aku daftarkan dengan alamat email pribadiku untuk kata kunci "jalinmerapi" dan "merapi".

Kaget. Itu reaksiku pertamakali ketika membaca berita tersebut. Sebab aku sangat mengerti bagaimana kondisi warga Balerante di lokasi pengungsian Posdiklatpur Klaten. Sebagai barak yang setiap harinya (di luar kondisi bencana) melayani anggota TNI, tempat ini memiliki seluruh kebutuhan harian yang lengkap untuk disebut sebagai tempat tinggal yang layak. Ini alasan pertama.

Kedua, Posdiklatpur merupakan salah satu lokasi pengungsian yang mendapat sorotan banyak pihak, termasuk pemerintah. Ingat, tak sedikit lokasi pengungsian yang diperhatikan pemerintah. Pengelola tak akan sekenanya menangani pengungsian di sana.

Ketiga, berbagai LSM hidup bersama dengan para anggota TNI dan pengungsi di sana. Mereka datang dengan concern berbeda, mulai dari penanganan trauma, pendidikan anak, pemenuhan logistik, pemeriksaan kesehatan, hingga membantu pendataan aset warga desa seperti yang dilakukan COMBINE, lembaga tempatku bekerja. 

Selain itu, kami menempatkan setidaknya empat relawan JALIN Merapi yang menginap di sana hingga hingga seluruh pengungsi pulang, ditambah sejumlah relawan yang tidak tinggal di TPS (tempat pengungsian sementara), yang membantu kerja-kerja kerelawanan di siang hari.

Pasca membaca berita tersebut, aku langsung menghubungi Pak Jainu yang bertanggungjawab terhadap seluruh warga Balerante. Pak Jainu ikut kaget. Pasca wawancara via telepon tersebut, langsung kubuat tulisan klarifikasi. Lalu kutelepon lagi beliau untuk membacakan tulisanku dan mengeaskan poin per poin.

"Tidak benar bahwa anak-anak... ya, pak?" aku.
"Betul, Mbak. Anak-anak di sini ditangani oleh..." Pak Jainu.
"Jadi yang benar begini ya pak, bahwa..." aku.
..dst...

Dan, ajaib! Seperti berita-berita salah lainnya yang pernah dilacak oleh JALIN Merapi, Metro TV langsung menurunkan berita tersebut, tanpa klarifikasi apapun. Sayang, Metro TV yang cukup dipercaya ini terlalu sembarangan! Sayang, padahal TV One yang sejak bulan lalu dimusuhi" masyarakat Jogja akibat pemberitaan spektakular namun salah tentang Merapi, Metro TV menjadi salah satu sumber berita yang dipercaya. 

Tentu banyak pihak yang dirugikan terhadap pemberitaan ini, terutama Pusdiklatpur dan para relawan yang membaktikan dirinya selama berbulan-bulan untuk pengungsi di sana.

Aku menduga bahwa wartawan Metro TV yang mengambil video tersebut hanya merekam gambar tanpa wawancara. Adalah wajar ketika gambar yang terlihat di pengungsian korban bencana alam di H+40 dalam kondisi yang tidak ceria. Namun bukan berarti mereka terlantar!

Semoga ini kali terakhir munculnya pemberitaan tak benar yang tak punya dasar informasi dalam proses peliputannya.

Dengan sangat kesal,
AZ

Monday, December 20, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 7:18:00 PM | No comments

Klarifikasi Pemerintah Desa Balerante terkait Pemberitaan Metro TV


Berikut adalah berita yang dilansir oleh Metro TV News:


Satu Per Satu Bocah Pengungsi Bertumbangan
Sabtu, 18 Desember 2010 10:40 WIB

Metrotvnews.com, Klaten: Kondisi bocah pengungsi asal Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, memprihatinkan. Kondisi kesehatan mereka drop setelah sebulan lebih berada di barak pengungsian Markas TNI Dodiklatpur Klaten.

Hampir dua hingga tiga hari sekali ada saja ada bocah yang sakit. Mereka umumnya flu, demam, bahkan ada yang sampai diare.

Celakanya mereka seperti tak terurus. Sebab sudah tak ada relawan ataupun donatur yang membantu pemenuhan gizi mereka. Orangtua para bocah berharap, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat memperhatikan nasib mereka.(ICH)

Sumber: http://www.metrotvnews.com/mobile-site/video-detail.php?read=119017&tgl=2010-12-18

*
Sabtu (18/12) malam, JALIN Merapi telah melakukan konfirmasi terkait kebenaran berita tersebut kepada Kepala Urusan Pemerintahan Desa Balerante, Bapak Jainu, di barak pengungsian Markas TNI Dodiklatpur Klaten. Berikut keterangan beliau:
  1. Tidak benar bahwa kondisi anak-anak pengungsi Balerante di Posko Dodiklatpur menurun (drop). Di posko ini tiap hari beroperasi Pos Kesehatan dari Dinas Kesehatan (buka pukul 07.00-13.00) dan Posko Kesehatan milik TNI (beroperasi 24 jam). Memang ada anak yang sakit, namun itu hal wajar sebab penyakit yang diderita merupakan penyakit ringan dan tak pernah lepas dari pengawasan tim kesehatan.
  2. Tidak benar bahwa kebutuhan gizi anak-anak pengungsi tidak diperhatikan. Tim dari World Vision telah melakukan pelatihan bagi ibu-ibu yang mempunyai balita untuk membuat makanan tambahan. Kini ibu-ibu membuat sendiri makanan sehat untuk balitanya.
  3. Tidak benar jika anak-anak pengungsi tidak terurus akibat tidak ada relawan dan donatur. Hingga saat ini setiap hari anak-anak mendapat kegiatan eduktif dari relawan trauma healing yang turut membuka posko di sana. Selain itu, berbagai makanan untuk anak terus berdatangan dari sumbangan masyarakat.
  4. Saat ini, anak-anak SMP dan SMU Balerante belajar di sekolah-sekolah terdekat dari pengungsian, sedangkan murid SD oleh pihak TNI dibuatkan sekolah darurat. Sekolah darurat ini memakai sebuah ruangan yang terdapat di kompleks TNI dengan mendatangkan pengajar yang merupakan guru dari sekolah mereka yang rusak di Balerante. Mayoritas guru mereka adalah warga luar Balerante yang saat ini tidak mengungsi.
Dengan demikian, Metro TV News perlu melakukan perbaikan atas ketidakakuratan berita yang dilansir tersebut.

Yogyakarta, 20 Desember 2010

Humas JALIN Merapi
Adriani Zulivan
0274-411.123

*
Ditulis untuk website komunitas JALIN Merapi dengan tautan berikut.

Monday, November 15, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 8:32:00 AM | No comments

Penjelasan mengenai Meninggalnya Relawan JALIN MERAPI di Boyolali

Keberatan JALIN MERAPI atas Pencantuman Foto dalam Berita yang Diterbitkan oleh Media Massa mengenai Kasus Meninggalnya Relawan JALIN MERAPI


Yogyakarta, 15 November 2010


Kami, atas nama seluruh simpul yang tergabung dalam Jaringan Informasi Lintas Merapi (JALIN MERAPI) menyampaikan keberatan atas pencantuman foto-foto yang tidak sesuai dengan isi tulisan untuk berita mengenai meninggalnya Heru Adiyanto, relawan asal Malang, Jawa Timur, yang bergabung dengan JALIN MERAPI.


Berikut kronologi peristiwa berdasar laporan Sinam M Sutarno, Koordinator Posko JALIN MERAPI IV Boyolali:




Almarhum, bersama empat orang rekannya, merupakan anggota Karang Taruna dari Bandulan, Kecamatan Sukun, Kabupaten Malang. Mereka bergabung dengan JALIN MERAPI pada 10 November 2010 dan langsung berkordinasi dengan Posko JALIN MERAPI IV yang berlokasi di Kantor KPUD Boyolali dan ditugaskan untuk sebagai relawan di dapur umum.
Minggu (14/11), almarhum terlihat sakit dan lemah, sebab secara tiba-tiba tidak mampu berdiri. Teman-teman di JALIN MERAPI IV lantas berinisiatif memeriksakan ke RS PKU Aisyiyah Boyolali. Almarhum menjalani rawat inap, terhitung sejak pukul 08.00 WIB. 
Akibat kondisi almarhum yang tidak membaik, pihak RS merujuk pasien ke Yogyakarta. Pihak JALIN MERAPI IV, setelah berkoordinasi dengan Posko Induk JALIN MERAPI di Yogyakarta, bermaksud untuk membawa pasien ke RS Panti Rapih Yogyakarta. Tim JALIN MERAPI telah bersiap untuk membawa pasien pada Senin (15/11) pagi ini.
Namun pada pukul 20.35 WIB pasien menghembuskan nafas terakhir. Tim medis yang saat itu berada di tempat kejadian menyatakan bahwa pasien mengalami sesak nafas akut. Menurut kolega almarhum dari Malang, berdasar cerita almarhum saat di RS, penyakit ini sudah sering terjadi sejak almarhum kecil, namun tidak separah kali ini. 
Keluarga turut pula menyatakan bahwa almarhum sering mengalami sesak nafas. Pesan pendek yang dikirimkan ke JALIN MERAPI oleh dr. Darmawan, dokter yang menangani pasien, turut memperkuat pernyataan tersebut: “Sampai di RS kondisinya sesak nafas berat dengan kelumpuhan anggota gerak.”
Pukul 21.00 WIB jenazah dipindahkan ke RSUD Pandan Arang, Boyolali, sebab RS PKU Aisyiyah tidak memiliki kamar jenazah. Pukul 23.00 WIB pihak keluarga berangkat dari Malang, setelah dihubungi oleh teman-teman almarhum, dan tiba di Boyolali Senin (15/11) pukul 06.00 WIB. Atas persetujuan keluarga, malam itu jenazah dimandikan dan dishalatkan oleh teman-teman Posko JALIN MERAPI IV bersama warga setempat.

Pagi ini, melalui Karsino (Asisten Sekretaris Daerah), Pemkab Boyolali mewakili masyarakat Boyolali yang merasa terbantu atas keberadaan almarhum sebagai relawan tanggap darurat erupsi Gunungapi Merapi di Boyolali, menyerahkan jenazah kepada keluarga.
Pukul 07.30 pagi tadi jenazah diberangkatkan ke kampung halamannya. Turut mengantarkan 4 (empat) kolega almarhum dari Karang Taruna beserta 5 (lima) perwakilan JALIN MERAPI IV. Jenazah akan dimakamkan hari ini juga, setelah tiba di kediaman. 
Pihak keluarga, diwakili oleh Novich Fiker SE, kakak almarhum, sebelumnya telah menandatangani surat pernyataan yang menyatakan bahwa pada jenazah adiknya tersebut tidak terdapat tanda-tanda penganiayaan dan bahwa almarhum meninggal akibat sakit. Dinyatakan pula bahwa pihak keluarga menerima kejadian tersebut dan tidak akan menuntut pihak manapun, baik secara perdata maupun pidana.
Selain pihak keluarga, surat pernyataan tersebut turut ditandatangani oleh Sinam M Sutarno dan Choirul Anwar sebagai perwakilan JALIN MERAPI pada Senin (15/11) pukul 07.30 WIB di Kamar Jenazah RSUD Pandan Arang Boyolali. Direktur RSUD Boyolali, Asisten Sekda Boyolali, Kepala Kesbanglinmas Boyolali, dan sejumlah relawan JALIN MERAPI di Boyolali turut menyaksikan penandatanganan ini.

Bagian pemberitaan media massa yang perlu dikoreksi:

Sejumlah media massa nasional menurunkan berita terkait yang dilansir dari kantor berita Antara. Tidak ada keberatan dari kami atas isi dari tulisan yang diangkat, namun kami menyesalkan pemuatan foto yang sama sekali tidak berhubungan dan tidak sesuai dengan kasus yang diberitakan.
Berita online yang dimuat oleh TV One dan Surya, masing-masing menampilkan gambar evakuasi korban erupsi di lapangan dan  korban di ruang jenazah rumah sakit. Gambar ini tentu saja tidak dapat mewakili kejadian yang sesungguhnya. Gambar kantung-kantung jenazah yang menggambarkan korban akibat erupsi Merapi ini justru akan menyesatkan.
JALIN MERAPI merasa dirugikan dengan pencantuman gambar-gambar tersebut, sebab kami mengkhawatirkan terbentuknya asumsi negatif mengenai sistem koordinasi yang dijalankan oleh JALIN MERAPI. 
Tidak benar bahwa JALIN MERAPI tidak memperhatikan keselamatan relawan sehingga terjadi ada relawan yang meninggal akibat berada di lokasi berbahaya sehingga perlu dievakuasi oleh tim SAR dan/atau kemudian ditempatkan di kamar jenazah RS Dr Sardjito bersama sejumlah korban lain yang meninggal akibat erupsi Merapi.
Dengan ini, kami mengharap perbaikan dan pernyataan resmi dari kedua media atas kekeliruan tersebut.
Atas nama seluruh simpul JALIN MERAPI,
Adriani Zulivan,
Humas JALIN MERAPI


Wednesday, November 10, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 9:15:00 PM | No comments

JALIN Merapi di ANTV

Akhirnya, muncul video dari liputan "memaksa" yang dilakukan reporter dan kameramen ANTV ini. Nama relawan tertukar-tukar! :|


Untuk tautan asli di website resmi ANTV (Viva News) bisa dicek di sini.

Sunday, October 24, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 8:12:00 AM | No comments

Bagimu yang Ingin Menantang Batavia






Masih seru-seruan dengan RUU versi tim Yogya. Yang nggak dibayar malah lebih serius daripada gerombolan dari Batavia itu. Kok pada bisa jadi pejabat tho mereka..   [07102010 0815pm]


Biasa. Labelku cagar budaya. [07102010 0913pm]


Aku punya ide proyek bangun sistem info heritage dengan opengrinmep ku. Aku mau menantang Batavia dengan konsep sistem mereka yang mentah itu. [24102010 0116pm]

Itu SMS Cindil beberapa minggu ini. Mengenai kepedulian pada hal-hal berbau cagar budaya.

Aku dukung, sayang. I do. I will.

Semoga kamu juga peduli denganku, dengan kehidupan kita nanti.  Mungkin kamu bisa mulai dengan menulis Si S itu…

AZ

Sunday, October 17, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 8:05:00 AM | No comments

Tuu Kan: Kita Sehati!


Aku bilang: Kita itu sehati.

Tapi kamu selalu bilang: Engga donk, kita punya dua hati.

Kubilang lagi: OK, dua hati, kini menjadi satu.

Kamu pun bilang lagi: Enggak, aku gak mau. Pasti sakit. Hiii, medeni.

Lalu kubilang: OK, aku jatuh hati. Padamu.

*
Rabu, 13 Oktober lalu, aku dan kamu ikut sebuah FGD mengenai aktivitas media sosial. FGD dibagi dalam dua sesi. Kita berada di sesi berbeda, sebab kita mewakili lembaga yang berbeda. Kamu yang pertama, aku yang kedua.

Kamu di TKP sejak pagi, sedang aku datang siang setelah sesi kamu selesai. Eh eh, tanpa kita sadari *tanpa AKU sadari*, ternyata aku duduk di tempat yang sama dengan tempat yang kamu dudukin di sesi pagi. Aku menyadari ini saat melihat foto-foto yang di-tag di FB oleh lembaga yang mengundang kita.

FGD pagi. Lihat Cindil di kiri tengah


FGD siang. Lihat posisiku

AZ

Saturday, October 9, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 7:48:00 AM | No comments

Hanya Cindil dan Tuhan yang Tahu


“Ini henpon baru yang murah waktu itu,” alasannya ketika ditanya seorang teman kantor mengapa memilih henpon Nongkiya yang dipakainya. Henpon itu menggantikan henpon lamanya yang rusak pasca kena hujan. Ceritanya, Cindil bersama rombongannya naik truk bak terbuka di Sumatera Barat.

Itu cerita tahun lalu. Henpon yang masih digunakan sampai sekarang itu (“Gak ada alasan buat ganti, henpon ini masih bagus,” komentar Cindil) sudah tidak kelihatan lagi huruf dan nomor di tiap tombol keypad-nya. Hanya Tuhan dan Cindil lah yang tahu dimana letak huruf A, Z, E, W atau angka 0, 8, 1, 5, dst.

 
Hanya Tuhan yang tahu...

Yes, tidak ada yang masalah dengan henpon itu, memang. Tapi makin kesini, aku makin merasa mengapa Cindil SANGAT membutuhkan henpon baru, sebab:

  1. Phonebook henpon ini sangat terbatas. Cindil punya relasi luas. Tidak mungkin dia bisa memasukkan semua nomor henpon mereka.
  2. SMS storage-nya juga terbatas. Cindil membutuhkan lebih banyak space untuk kelancaran komunikasinya, termasuk dengan aku. Dia, meski dengan keterbatasan storage itu, sangat hobi menyimpan SMS.
  3. Henpon ini tidak memiliki fitur internet. Cindil yang sibuk dan aktif seringkali kesulitan mengakses email yang dia butuhkan ketika sedang mobile. Ini menyulitkan, tak hanya bagi kolega kerjanya, namun juga aku yang sering pengen ngobrol lewat YM.
  4. Cindil yang pesepeda ini selalu mendengar musik jika sedang bersepeda. Henpon miliknya tidak memiliki fasilitas musik. Hal ini membuat dia terpaksa membawa alat musik lagi.
  5. Cindil punya sense yang baik terhadap kejadian di sekelilingnya. Keman-mana bawa kamera saku digital. Andai dia bawa henpon kamera, pasti akan lebih banyak foto feature yang bisa dia hasilkan.

Nah, inti dari semua itu adalah: Aku yakin Cindil akan makin produktif jika dia menggunakan smartphone.

AZ

Thursday, September 16, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 1:11:00 PM | No comments

Basah Kuyup bikin Kuyu

http://favim.com/image/171559/

Wajahku, wajahnya, tampak kuyu. Semua itu karena kita basah kuyup. Eh, enggak dink. Hanya Cindil yang basah kuyup, sebab dia memberikan jaket parasutnya untuk kukenakan. Aku basah hanya di celana. Ya, seharusnya dia yang mengenakan itu jaket, sebab aku tidak akan begitu basah karena tertahan tubuhnya.

Sore tadi, kita kehujanan di atas motor dalam perjalanan kembali ke kantor di kawasan Sewon dari sebuah salon di Manding. Perjalanannya mungkin tak lebih dari 3 km. Namun hujan yang cukup deras mengguyur. Mengapa harus pulang saat itu juga? Aku tak tahu apa pertimbangan Cindil yang tanpa bertanya segera melaju begitu prosesi potong rambut selesai.

Tak ada cara lain untuk pulang tanpa basah? Di lokasi seperti itu tentu tak mudah mendatangkan taksi, apalagi berharap taksi lewat. Jikapun ada taksi, tak mungkin kutinggalkan Cindil sendiri disana. Menitipkan motor pada orang salon? Ah, apakah mungkin?

Aku memang harus segera pulang. Aku sudah berjanji pada keluarga untuk pulang tepat waktu. Sesi salon kali ini memang membuatku telat, sebab begitu tiba di salon pukul 04.30 pm, aku harus menunggu setengah jam hingga giliranku tiba.

Makasih ya Cindil. Jangan sakit! Padahal kamu sedang terkena radang tenggorokan… ;(

Mlekom,
AZ

Sunday, September 12, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 8:37:00 AM | No comments

Jika Liburan Terlalu Lama…


Yang mana tampangku?


Jika liburan teralu lama, salah satu dampaknya adalah anda bisa lupa dengan pasangan anda.
Oya?
Ya, sebab terlalu lama tidak bertemu. Seperti kami :)


Cindil: “Kalo ketemu lagi, kamu masih inget wajahku, gak? Jangan sampe tertukar. Banyak orang yang sekarang mengaku-ngaku sebagai Cindil, lho.”


Aku: “Gampang. Tinggal dibaui aja. Kalo tidak beraroma, berarti itu kamu.”


Cindil: “Hmm, kalo itu aku gak bisa tau. Kamu yang tau. Tapi masa harus cium-cium dulu buat ngenalis aku atau bukan. Kalau bukan, gimana hayo?”


Aku: “Ya lumayan bisa cium-cium dikit  “


Cindil: “Hiks. Masa kamu nyium-nyium orang laen. Kenapa gak coba ditelp aja. Kalo hapenya bunyi, berarti aku.


Aku: “Pulsanya habis”


Cindil: “Ya kamu bisa nyuruh aku nelp nomor IM3 kamu. Kan gak banyak yang tau nomor itu. Atau pake password apa gitu. Cium-cium itu langkah terakhir aja.”


Aku: “Password nya apa? Kalo pake kata “Cindil” udah banyak yang tau…”


Cindil: “Tanya kamu pake baju apa pas kita pertama kali ciuman.”


Aku: “Ya, nanti kutanyakan: Waktu aku pake baju motif tivi rusak, benarkah itu pertama kali kita ciuman?”


Cindil: “Suruh gelitikin kamu. Kalo aku yang asli pasti langsung ke telapak kakimu. Mmm, tapi kamu entar disentuh-sentuh, dunk.”


AZ


Foto: http://bit.ly/ItAlEg

Wednesday, August 25, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 11:55:00 PM | No comments

Call ST Roll

Cindil sakit, uuum… dia tidak suka disebut dengan kata itu. OK, mari menyebutnya “kurang sehat”!

Ya, Cindil saat ini sedang kurang sehat (lho, malah aneh!). Hasil pemeriksaan lab terakhir menunjukkan kadar kolesterolnya yang tinggi, juga kadar asam urat yang sangat tinggi. Kedua kadar tersebut sudahmelewati batas aman.

Nah, apa yang bisa dimakan oleh orang-orang dengan dua penyakit ini?

Kolesterol tidak boleh makan:

  • gorengan
  • lemak
  • daging
  • cumi, kepiting
  • santan
Asam urat harus menghindari makanan berpurin tinggi, seperti:
  • kacang2an
  • brokoli
  • daun singkong
Bagaimana cara Cindil makan, yah?
Jika makanan beli, kita siasati dengan bebakaran dan pepes. Dia boleh makan ayam bakar, asal tidak makan kulit ayam yang mengandung banyak lemak.

Sayur? Harus yang sop-sopan, tanpa daging.

Nah, siapa yang bisa menjamin bahwa itu semua bebas minyak, misalnya?

Ya, tidak ada. Dan tak bisa dijamin. Hampir seluruh masakan menggunakan minyak goreng. Bahkan bakar, bacem dan tumis.

Nah, saat googling, kutemukan sejumlah artikel yang sangat melegakan. Yang intinya bahwa orang-orang berkolesterol tinggi boleh makan minyak. Ya, pasti kalian menyebut minyak goreng dari jagung dan kedelai. Tunggu dulu, bacalah artikel ini dan ini.

Intinya, bahkan minyak sawit yang jamak digunakan dalam keseharian masyarakat kita tidak mengandung kolesterol. Namun, minyak goreng akan mengikat kolesterol jika digunakan berulang kali.

Nah, solusi terbaik adalah dengan masak sendiri, karena dengan begitu, kita bisa memilih minyak goreng dengan kadar kolesterol jahat (LDL) yang rendah dan menggunakannya hanya untuk satu kali penggorengan.

Susah, yes?
Iyes, memang. Tapi itu jauh lebih baik, dibanding harus mengalami ini, lagi:

Cindil waktu terbaring lemas di RS Panti Rapih...

Kudu sabar ya, Ndil…

Mlekom,
AZ

Friday, July 30, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 12:35:00 PM | 1 comment

Why Never to Ask Favours From the Designers

Story goes:
Shannon (the secretary)  has lost her cat and has asked David (the graphic designer) to help with  a lost poster. This is their email correspondence...
Read from top to  bottom….


From: Shannon Walkley
Date: Monday 21 June 2010  9.15am
To: David Thorne
Subject: Poster

Hi
I opened the screen door  yesterday and my cat got out and has been missing since then so I was  wondering if you are not to busy you could make a poster for me. It has  to be A4 and I will photocopy it and put it around my suburb this  afternoon.


This is the only photo  of her I have she answers to the name Missy and is black and white and  about 8 months old. missing on Harper street and my phone number.
Thanks Shan.


From: David Thorne
Date: Monday 21 June  2010 9.26am
To: Shannon  Walkley
Subject: Re: Poster

Dear Shannon,
That is shocking news. 
Although I have two  clients expecting completed work this afternoon, I will, of course, drop  everything and do whatever it takes to facilitate the speedy return of  Missy.
Regards, David.


From: Shannon Walkley
Date: Monday 21 June  2010 9.37am
To: David Thorne
Subject: Re: Re: Poster

yeah ok thanks. I  know you dont like cats but I am really worried about mine. I have to  leave at 1pm today.


From: David Thorne
Date: Monday 21 June  2010 10.17am
To: Shannon  Walkley
Subject: Re: Re: Re: Poster

Dear Shannon,
I never said I don't like  cats. Attached poster as requested.
Regards, David.



From: Shannon Walkley
Date: Monday 21 June  2010 10.24am
To: David Thorne
Subject: Re: Re: Re: Re:  Poster

yeah thats  not what I was looking for at all. it looks like a movie and how come  the photo of Missy is so small?


From: David Thorne
Date: Monday 21 June  2010 10.28am
To: Shannon  Walkley
Subject: Re: Re: Re: Re:  Poster

Dear  Shannon,
It's a  design thing. The cat is lost in the negative space.
Regards, David.


From: Shannon Walkley
Date: Monday 21 June  2010 10.33am
To: David Thorne
Subject: Re: Re: Re: Re: Re: Poster

Thats  just stupid. Can you do it properly please? I am extremely emotional  over this and was up all night in tears. you seem to think it is funny.  Can you make the photo bigger please and fix the text and do it in  colour please. Thanks.


From: David Thorne
Date: Monday 21 June  2010 10.46am
To: Shannon  Walkley
Subject: Re: Re: Re: Re:  Re: Re: Poster

Dear Shannon,
Having worked with  designers for a few years now, I would have assumed you understood,  despite our vague suggestions otherwise, we do not welcome constructive  criticism. I don't come downstairs and tell you how to send text  messages, log onto Facebook and look out of the window. I have amended  and attached the poster as per your instructions.
Regards, David.

 


From: Shannon Walkley
Date: Monday 21 June  2010 10.59am
To: David Thorne
Subject: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Poster

This is worse than the  other one. can you make it so it shows the whole photo of Missy and delete the stupid text that says missing missy off it? I just want it to say Lost.

From: David Thorne
Date: Monday 21 June  2010 11.14am
To: Shannon  Walkley
Subject: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Poster




From: Shannon Walkley
Date: Monday 21 June  2010 11.21am
To: David Thorne
Subject: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Poster

yeah can you do the  poster or not? I just want a photo and the word lost and the telephone  number and when and where she was lost and her name. Not like a movie  poster or anything stupid. I have to leave early today. If it was your cat I would help you. Thanks.


From: David Thorne
Date: Monday 21 June  2010 11.32am
To: Shannon  Walkley
Subject: Awww

Dear Shannon,
I don't have a cat. I once  agreed to look after a friend's cat for a week but after he dropped it  off at my apartment and explained the concept of kitty litter. I have  attached the amended version of your poster as per your detailed  instructions.
Regards, David.



From: Shannon Walkley
Date: Monday 21 June  2010 11.47am
To: David Thorne
Subject: Re: Awww

Thats not my cat. where did you get that picture from? That cat is orange. I gave you a photo of  my cat.


From: David Thorne
Date: Monday 21 June  2010 11.58am
To: Shannon  Walkley
Subject: Re: Re:  Awww

I know, but  that one is cute. As Missy has quite possibly met any one of several  violent ends, it is possible you might get a better cat out of this. If  anybody calls and says "I haven't seen your orange cat but I did find a  black and white one with its hind legs run over by a car, do you want  it?" you can politely decline and save yourself a costly veterinarian  bill.
Regards, David.


From: Shannon Walkley
Date: Monday 21 June  2010 12.07pm
To: David Thorne
Subject: Re: Re: Re:  Awww

Please just  use the photo I gave you.


From: David Thorne
Date: Monday 21 June  2010 12.22pm
To: Shannon  Walkley
Subject: Re: Re: Re: Re:  Awww



From: Shannon Walkley
Date: Monday 21 June  2010 12.34pm
To: David Thorne
Subject: Re: Re: Re: Re:  Re: Awww

I didnt  say there was a reward. I dont have $2000 dollars. What did you even put  that there for? Apart from that it is perfect can you please remove the  reward bit. Thanks Shan.


From: David Thorne
Date: Monday 21 June  2010 12.42pm
To: Shannon  Walkley
Subject: Re: Re: Re: Re:  Re: Re: Awww



From: Shannon Walkley
Date: Monday 21 June  2010 12.51pm
To: David Thorne
Subject: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Awww

Can you just please  take the reward bit off altogether? I have to leave in ten minutes and I  still have to make photocopies of it.


From: David Thorne
Date: Monday 21 June  2010 12.56pm
To: Shannon  Walkley
Subject: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Awww



From: Shannon Walkley
Date: Monday 21 June  2010 1.03pm
To: David Thorne
Subject: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Re: Awww

Fine. That will have  to do.


Monday, July 12, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 2:11:00 PM | No comments

Meniduri Pertunjukan



Juni lalu ada “Ghost Track”, sebuah pertunjukan kolaborasi tari dari seniman Belanda dan Indonesia (Yogyakarta). Saat itu, Cindil mengajakku menonton. Karena seharian kita melakukan banyak aktivitas, jadilah aku tertidur hampir di sepanjang pertunjukan.

Kalo sudah begitu, namanya bukan MENONTON PERTUNJUKAN, ya? Tapi MENIDURI PERTUNJUKAN ;)


Sunday, July 11, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 12:25:00 PM | No comments

Ngabur ke Solo


Kemarin, Sabtu (10/07) ada dua  undangan pernikan dua teman dekat kita: Mas Ichwan dan Mbak Hani. Mas Ichwan menikah di Klaten, sekitar setengah jam perjalanan dari Jogja. Mbak Hani di kota Jogja. Kita tak ingin melewatkan keduanya, untuk itu kita coba mengatur waktu agar keduanya bisa kita hadiri. Kawinan Klaten pukul 09.00, sedangkan di Jogja pukul 11.00.

Dengan tanpa kesasar–yeah thx God, since Cindil hobi baca peta–kita buru-buru pamit ke manten Klaten untuk ke Jogja. Sesampainya di Jogja, acara sudah bubar. Ya, manten sedang foto-foto. Tapi untunglah kami masih sempat bertemu keduanya.

Keluar dari areal pesta di seputaran Babarsari Jogja, di jalan aku membaca baliho tentang  Solo International Contemporary Ethnic Music (SIEM) Festival dan nyeletuk “Waa, pasti seru deh!” yang ditanggap serius oleh Cindil dengan ajakan “Ayo kesana kalo mau.”

Setelah mengantarkan Mbak Uma dan Cleo (anaknya), ke rumah mereka di pusat kota, kita pun bergegas ke Solo. Haha, sehari itu kita empat kali melewati jalan yang sama antara Jogja-Klaten.

Sampai di Solo, pertunjukan belum dimulai. Bahkan tak terlihat keramaian di Stadion Sriwedari, lokasi pertunjukan. Kiya memutuskan untuk mencari makan, sebab pertunjukan akan berlangsung hingg amenjelang tengah malam. Kita mampir ke loket, mengambil tiket dahulu. Ternyata, tiket masih banyak. Dan HTM itu berharga Rp 0,-.

Ah, sudah sesore ini, pertunjukan sebesar ini (ini merupakan event musik tahunan bertaraf internasional), dan HTM se-gratis ini, kok terlihat adem-ayem, yah? Apakah masyarakat Solo tidak tertarik dengan pertunjukan-pertunjukan seperti ini? Waah, kalau saja digelar di Jogja, jauh-jauh hari pasti tiket-tiket tersebut sudah habis, atau bisa didapatkan lewat calo yang berbayar.

Kita pun keliling kota, mencari makanan. Pilihan jatuh pada Nasi Liwet di kawasan Keprabon, makanan khas Solo yang dapat diterima lidah Sumateraku. Secara acak, Cindil memilih salah satu di antara sekian warung yang berjajar di sepanjang Jalan Tengku Umar. Di warung tersebut begitu banyak foto selebritas Indonesia yang mampir kesana. Terkenal, ternyata.

Selesai makan, kita kembali ke Sriwedari. Aah, perkiraan awal mengenai minim antusiasme masyarakat Solo untuk menonton langsung terpatahkan. Yaa, Sriwedari mendadak riuh. Kita sempat bingung dimana harus meninggalkan mobil. Akhirnya ada juru parkir yang mengarahkan untuk parkir di luar stadion, persis di Jalan Slamet Riyadi.



Pertunjukan berlangsung menyenangkan–ya, harus dengan kata apalagi? Menurut Cindil, sekelompok  anak muda Singapura yang membawakan musik etnik bernuansa techno sangat biasa saja. “Aah, pada belom lulus di Malang, nih. Kalo di Malang pasti dilemparin penonton,” komentarnya.

*menurut Cindil, band-band rock yang kalo manggung di Malang tidak dilempari penonton, pasti sudah lolos uji kualitas. Ah ah, gatau deh kebenarannya*

Yang pasti, pertunjukan malam itu banyak yang bagus. Apalagi yang punya lokal alias dari negeri sendiri. Alat musik tradisionalny aitu lhooo, seru betul!

Oh ya, pertunjukan sebesar itu, yang pastinya dirancang dengan berbagai rencana matang (terlihat dari tata panggung, tiket masuk, bentuk promosi, dst) itu, oleh publik Solo direspon tidak terlalu antusia. Ya, para penampil, yang kebanyakan sangat interaktif ke penonton tidak dibalas secara responsif. Ini pertunjukan jadi kurang ramai.


Tak ada sahut-menyahut meriah antara artis yang mengajukan pertanyaan atau menguraikan ajakan kepada  penonton. Tak terdengar pula interaksi menyegarkan antara pembawa acara dan penonton. Adem ayem, deh. Solo banget kali, yah? Hal sebaliknya pasti terjadi jika pertunjukan sejenis diselenggarakan di Jogja ;)


Bahkan, silih berganti penonton pulang ketika pertunjukan masih berlangsung. Termasuk kita ;)  Kita pulang di tengah-tengah pertunjukan terakhir (Pipa Woman dari Taiwan) yang memainkan gitar tradisional China. Itu sudah pukul 10.30. Sebab, kita harus menempuh jalan kembali ke Jogja yang memakan waktu hampir dua jam. Ada untungnya pulang duluan, parkiran belum riuh!

“Kamu ngantuk?” tanyaku pada Cindil. Aku khawatir dia mengantuk ketika meneyetir.
“Enggak!” jawabnya.

Mobil diparkir tepat pukul 12.03 di depan garasi rumahku.

“Kamu ngantuk?” tanyaku lagi padanya yang masih akan menempuh perjalanan pulang dengan sepeda hingga setengah jam.
“Ya, tadi di jalan. Tapi setiap lampu merah, aku sempatkan tidur,” jawabnya.
“Huuh, kamu ya, itu bahaya banget, tau!”
“Tapi kita gpp, kan? Aku cuman mau tepatin janji untuk mulangin kamu sebelum tengah malam.”
“Siapa yang janji?”
“Aku sendiri.”

Aah Cindilku, bagaimana mungkin aku enggak sayang kamu???

Wednesday, April 21, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 7:52:00 PM | 5 comments

Kartini


Bangun tidur, masuk dua SMS bernada sama dari dua teman cewe:
Selamat hari Kartini, sobat ^^

Serta merta, tanpa mikir (emang jarang gunain otak, sih), kujawab:
Sama-sama ya, Kar.

Dijawab lagi:
Iya, Tin.

Kujawab lagi:
OK deh, Ni

*
Bukan apa-apa, soalnya namaku bukan Kartini, itu saja. Dan nomor teleponku bukan no bekas yang sebelumnya pernah dipakai seseorang bernama Kartini. Itu saja.

Makin hari (opotoyo?) makin bingung. Sepanjang hari ini, yang namanya SMS & YM ngirimin ucapan itu terus. Yang namanya FB & Twitter juga ngomongin itu meski gak jadi TT hari ini.

Okelah kalo begitu.

Met hari Kartini, bagi yang merayakan...*)

*) Skeptis akan cara warga di negeri ini merayakan kesetaraan gender? Sila terjemahkan sendiri!

Monday, March 29, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 1:19:00 PM | No comments

Investasi Riil: Bikin Sapi Naik Kelas



Transaksi bisnis di bursa efek tak pernah sepi peminat. Banyak kalangan “menitipkan” uangnya dalam bentuk lembaran saham agar memperoleh imbal hasil berupa laba perusahaan (capital gain). Lalu, mengapa pemain bursa saham di negeri ini terdiri atas hanya segelintir orang?

Bursa saham merupakan investasi beresiko tinggi, mereka yang bermain di sana adalah orang-orang sukses di kota besar yang memiliki modal kuat selain kemampuan analisis investasi perbankan yang memadai.

Sistem investasi saham seperti ini tentu saja jauh dari aspek pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil. Jumlah rupiah di bursa efek tak bisa dikatakan sedikit, namun ia berputar hanya di kalangan atas, kalangan yang berkapital besar.

Belakangan muncul pemikiran dari sejumlah kalangan untuk memberdayakan masyarakat kalangan bawah lewat investasi. Persoalannya adalah, investasi seperti apa yang bisa dipilih demi terciptanya cita-cita mulia tersebut?

Pasar Komunitas
Adalah Pasar Komunitas, sebuah portal jaringan informasi yang ditujukan untuk meningkatkan potensi ekonomi yang ada di sekitar masyarakat dengan membangun bisnis transparan dan berkeadilan. Pasar Komunitas lahir dari inisiatif dan perkembangan jaringan radio-radio komunitas di seluruh Indonesia, khususnya yang tergabung dalam Suara Komunitas.

Secara sederhana, radio komunitas itu sendiri adalah media yang didirikan oleh, untuk, dari, dan tentang masyarakat. Dalam perkembangannya, tak hanya radio komunitas saja yang bergabung, namun melebar ke berbagai bentuk kelompok masyarakat yang memiliki visi yang sama untuk mendukung perkembangan ekonomi masyarakat kecil.

Dalam Pasar Komunitas ini radio komunitas berperan sebagai aktor yang melakukan manajemen pemasaran terhadap potensi ekonomi masyarakat yang ada di sekitarnya. Manajemen pemasaran dilakukan melalui Pasar Komunitas sehingga lebih kuat dan terkontrol demi memaksimalkan tiap transaksi.

Informasi yang ada di Pasar Komunitas berfokus pada isu ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Setiap orang bebas menggunakan portal ini untuk kepentingan bisnisnya sepanjang masih satu visi, yaitu pengembangan ekonomi rakyat yang berkeadilan.

Lewat Pasar Komunitas, sejumlah pegiat UMKM mengubah format usaha mereka menjadi sistem investasi saham. Seperti halnya saham di bursa efek, mereka memberi penawaran bagi investor yang berminat untuk turut serta menanamkan modalnya dalam usaha yang mereka jalankan. Modal tersebut akan diputar untuk menambah modal sang pemilik usaha.

Tentu saja bentuk saham yang ditawarkan berupa usaha dalam sektor riil, seperti bidang peternakan, perikanan, industri kreatif, dan sebagainya. Sistem yang digunakan adalah sistem bagi hasil. Investor tinggal menitipkan dana yang dia miliki untuk dimainkan dalam sektor usaha yang diinginkannya.

Salah satu kelebihan investasi riil dibanding investasi bursa saham adalah, investor tak perlu memiliki kemampuan memadai mengenai seluk-beluk usaha di mana ia menanamkan modalnya.

Misalnya saja, seseorang ingin berinvestasi di bidang pengembangbiakan sapi potong. Ia tak perlu memiliki kemampuan cara merawat sapi, apalagi berpikir harus menyediakan lahan yang besar untuk membuat peternakan. Semua pekerjaan teknis pengembang-biakan dan fasilitas pengelolaan menjadi tanggung jawab pemilik usaha. Pemodal tinggal memantau perkembangan investasi mereka lewat bursa investasi yang terdapat di situs Pasar Komunitas.

Keuntungan lainnya adalah, investasi di sektor ini bisa dikatakan bersifat tetap. Jika seorang pemodal mengawali investasinya dengan sepasang sapi, dapat dipastikan ia akan memperoleh keuntungan dari kelahiran anak dari kedua sapi tersebut. Selain itu, resiko bermain saham di sektor riil tak setinggi saham di bursa efek yang perubahannya terjadi setiap detik.

Musim panen” sektor riil bisa diprediksi dengan mudah tanpa harus merusmuskan hitungan angka-angka. Musim panen tersebut, untuk sapi, adalah musim di mana harga sapi potong meningkat, misalnya di masa Hari Raya keagamaan.

Keuntungan lainnya adalah bahwa harga sapi tidak akan jatuh ketika krisis moneter, misalnya, sebab itu merupakan kebutuhan pokok masyarakat.

Secara pendanaan, seseorang tak harus kaya dahulu untuk menjadi investor di sektor riil. Dengan dana Rp 10 juta, siapapun bisa memiliki seekor sapi yang siap digemukkan dan dijual ketika tiba saatnya untuk dipotong.

Beri Kemudahan
Berinvestasi di sektor riil memberi banyak manfaat. Ia bisa berfungsi sebagai deposito dan asuransi. Ia menjadi depostito sebagaimana seseorang menitipkan uangnya ke bank dan akan mendapat keuntungan dari laba penyimpanan. Ia menjadi asuransi ketika ia bisa diambil sewaktu-waktu untuk dana pendidikan atau kesehatan.

Andaikan saja setiap anak yang lahir diberikan “asuransi” berupa sapi, maka orangtuanya tidak akan pusing lagi memikirkan dana kuliahnya ketika ia besar nanti.

Intinya, Pasar Komunitas menawarkan kemudahan. Lewat keterbukaan sistem investasi sektor riil ini, orang-orang kota kini bisa beternak sapi tanpa harus menjadi peternak. Tugas Pasar Komunitas kini adalah bagaimana mengembangkan sistem tersebut agar mampu mengubah “pamor” investasi binatang ndeso sekelas sapi menjadi naik kelas di bursa investasi.
AZ untuk KOMBINASI #31
Posted by adriani zulivan Posted on 12:51:00 PM | No comments

Jejaring Sosial untuk Jejaring Berita Bencana




Secara geografis, wilayah Indonesia rawan bencana. Banjir, angin ribut, gunung meletus, gempa bumi, hingga tsunami menjadi langganan. Di era penggunaan internet kini, apa yang dilakukan seseorang ketika berada di tengah situasi bencana?




Kejadian gempa bumi Ujung Kulon (16/10/2009) turut mengguncang Jakarta. Ada fenomena menarik sesaat setalah terjadinya gempa. Selain memanfaatkan ponsel untuk berkabar dengan kerabat, tak sedikit yang mengganti status di situs jejaring sosial (social networking/social media) tentang kejadian gempa yang mereka alami. Sampai-sampai muncul status kocak seperti "Orang Jakarta begitu gempa langsung ambil HP, update status".


Berbagi Berita
Jumlah pengguna social media terus meningkat. Tahun 2009 Facebook (FB) menjadi situs yang paling banyak diakses dan hingga September 2009 ada 1,2 juta pengguna Twitter di Indonesia (data Google Adplaner).


Fitur utama situs ini adalah pembaruan (update) status yang digunakan sebagai ajang berbagi informasi, mulai dari kejadian remeh temeh hingga informasi tentang bencana. "Keluarga, kerabat dan teman tahu posisiku dari FB. Mereka langsung tanggap dan mengontakku," cerita Kristupa Saragih, fotografer yang berada di Padang saat gempa 30 September 2009 lalu.

Mereka yang terus-menerus memperbarui status mengenai kondisi bencana menjadi semacam informan strategis, sebab posisi mereka berada langsung di tempat kejadian sehingga mampu melaporkan berdasar apa yang dilihat, dengar dan rasakan.


Beberapa saat setelah terjadi, gempa Sumbar menjadi trending topic1 (1,2%) Twitter (detikINET). "Itu menjadi laporan tercepat jika ada korban, atau seberapa besar gempa terjadi secara visual dan motorik bukan dari data ilmiah seismik," kata Kristupa yang aktif di berbagai situs jejaring sosial.

Pengguna Twitter/FB kerap memperoleh informasi lebih cepat dibanding pengumuman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ataupun Badan Survey Geologi Amerika Serikat (United State Geological Survey/USGS). Masih menurut Kristupa, misalkan seseorang memperbarui status dengan "Atap rumah runtuh, pohon bergoyang, Bantul gempa!" dari situ diperoleh data daerah yang merasakan goncangan dan perkiraan nisbi kekuatan gempa.


Logikanya, semakin jauh pusat gempa maka semakin lemah kekuatan gempa yang dirasakan. Orang-orang yang berada jauh dari episentrum mampu menghasilkan peta gempa sederhana dan cepat jika mau berpartisipasi aktif.

USGS perlu 15 menit untuk mempublikasi data yang belum diverifikasi ahli gempa bumi (seismologi), 30 menit kemudian baru mendapat verifikasi dan masih membutuhkan 10 menit untuk meng-update ke website. Bagaimana dengan BMKG? "Entahlah, tak dijamin konsistensinya. Bahkan tak ada grade laporan apakah data yang dipublikasikan sudah diverifikasi seismologi atau belum," pendapat Kristupa yang pernah berkarir sebagai ahli geologi ini.


Kecepatan pengumpulan data lewat Twitter menjadi alasan USGS membuat Twitter Earthquake Detector (TED) sebagai wadah berbagi dan memperoleh informasi gempa secara real time di seluruh belahan bumi.

Dendi Pratama membentuk grup FB yang dinamainya "Update Gempa Sumbar September 2009". Grup ini terus diperbarui dengan informasi yang didapat dari status masyarakat terkait gempa dan laporan langsung dari seorang reporter radio lokal.


Kala itu, traffic grup ini cukup padat. Apalagi pada H+4, ketika jaringan seluler pulih, mulai ramai masyarakat Sumbar yang memperbarui status FB. "Sejumlah relawan menghubungi kami, menanyakan kondisi medan yang akan mereka datangi untuk distribusi bantuan," cerita Dendi. Grup ini juga mengumpulkan video amatir yang direkam warga.

Banyak orang Minang yang merantau. Saat gempa lalu, mereka membutuhkan info spesifik, tak seperti liputan media mainstream. "Ada orang dari Jakarta yang bertanya tentang kediamannya di Padang: Mohon info tentang rumah coklat yang ada di perempatan jalan ini", kata Dendi yang seminggu setelah gempa berangkat ke Padang sebagai Ketua Relawan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk Gempa Sumbar.

Mengakrabi Bencana
Sebagai gambaran, FB menerima lebih dari 1.500 status per menit di seluruh dunia yang mengandung kata “Haiti” pasca gempa Selasa (12/01) lalu. Hal itu direspon dengan pembuatan sebuah halaman (page) bertitel "Disaster Relief". Ini menunjukkan pentingnya social media dalam kondisi bencana. "Sayangnya, badan resmi kebencanaan milik pemerintah kita tak menggunakan media seperti ini untuk penyebaran informasinya," kata Dendi yang juga pernah menjadi relawan gempa Yogyakarta.

Sebagai negeri yang akrab dengan bencana, ada baiknya Indonesia melirik cara penyebar-luasan info bencana lewat social media. Memang benar bahwa hanya sebesar 13% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia yang melek internet. Namun jumlah itu tak dapat dianggap remeh sebab dari sejumlah kasus besar, mereka terbukti mampu melakukan perubahan sosial.

Secara sederhana, itulah fungsi situs jejaring sosial dalam membantu berjalannya arus informasi di tengah kondisi bencana. Anda turut merasakannya?

Adriani Zulivan untuk KOMBINASI #31

1 Trending topic adalah topik yang paling banyak dibicarkan, dapat dicek dengan hashtags atau tanda "#" | lihat ini.

Sunday, March 28, 2010

Posted by adriani zulivan Posted on 5:15:00 PM | No comments

Parents Don’t Buried Their Child

  -->Click here to see his pics...


A 'mom' like me should not bury my own child. It should him that burry my body when I die.
But I did it last night. Buried his deadbody on my backyard, right beside his own house. Mas Yossy helped me to do that.

This morning I am so sad.
I am no longer see his noddy head when I open the curtains.
I am no longer see his blue icy eyes looking at me when I open the windows.
I am no longer hear his crunchy voice when I call him.
I am no longer come into his house when he fly to reach me.

Ya,
This morning I am no longer call him for that crunchy voice.
This morning I am no longer open his door to catch him fly.
I hear no voice.
I see no fly.
He no longer there.

Maybe, I will tear some flower to his “new house” there on the ground, today.
Flower, as much as the tear which comes out from my eyes, now.

Selamat jalan, sayang...
Selamat bertemu kembali dengan dia, kekasihmu...



  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata