Friday, December 25, 2009

Posted by adriani zulivan Posted on 10:31:00 PM | 1 comment

DICARI: ‘Baby Sitter’ untuk HomeZoo

Dikarenakan kewajiban jam bekerja saya yang 9-5 & Mon-Fri, saya membutuhkan pengasuh untuk keDELAPAN anak saya, yaitu:

  1. Minnie (kelinci),
  2. Scottie (kucing),
  3. Mr & Ms Potter (sepasang burung hantu/burhan),
  4. Murry (burung murai),
  5. Mirry (burung murai),
  6. Ciro (burung cecakrowo), dan
  7. Cero (burung cecakrowo).

Mereka semua tinggal di sebuah homezoo yang terletak di bilangan Jogja kodya. :)



Berikut hal-hal yang perlu diketahui oleh calon pengasuh:

KEWAJIBAN:

  1. Hari kerja adalah setiap hari, kecuali Minggu (enam hari kerja). Jam kerja tergantung pada lamanya pengasuh mampu membereskan pekerjaannya.
  2. Datang dua kali sehari ke homezoo (alamat akan diberikan jika benar-benar berminat), setiap pagi dan malam, pukul 07.00.
  3. Keluarkan kelinci dari kandangnya ketika Anda datang dan masukkan kembali ketika akan pulang.
  4. Membersihkan seluruh kandang dan tempat makan(1).
  5. Memberikan makanan(2).
  6. Membeli makanan kucing, kelinci & burung berkicau (burcau) tiap dua hari sekali di pasar terdekat(3).
  7. Memandikan(4) kucing dan burhan seminggu sekali/bila dirasa perlu. Ini dilakukan SIANG hari untuk menghindari binatang kedinginan.
  8. Membersihkan halaman homezoo sekali sehari/bila dianggap perlu(5).
  9. Mencuci barang-barang milik hewan lainnya: handuk, sisir, kalung, mainan, dst.
  10. Menemani jika harus membawa ke dokter/rumah sakit hewan (jika sakit/vaksin).

Keterangan Tugas (1):
  1. Kandang burhan, kelinci & burung kicau: disiram, sikat dengan detergen, bilas, beri disinfektan. Pagi hari. Khusus kandang burhan bersihkan pagi & sore.
  2. Tempat makanan & minuman kucing, kelinci, burhan, burcau: buang makanan sisa semalam, cuci tempatnya dengan detergen, isi dengan makanan baru.
  3. Pasir kucing: Pagi: bilas, rendam dengan air sabun, isi tempat pasir dengan pasir bersih. Sore: bilas rendaman pasir, jemur. Dan seterusnya.

Keterangan Tugas (2):
  1. Kucing: Isi tempat makan & minum yang telah dicuci dengan makanan & minuman baru. Air harus matang.
  2. Kelinci: Berikan sayuran hijau utuh. Parut/potong kecil wortel & ubi dengan alat yang tersedia, masukkan ke tempat makanan.
  3. Burhan: Makanan: Potong-potong kecil ikan/daging yang sudah dipisahkan dari tulangnya. Taruh sebagian dalam tempat makanan yang tergantung dalam kandang, sebagian lain langsung disuapin ke mulut mereka. Minuman: isi ember tempat mandi dengan air baru yang dibersihkan dan diganti dua kali sehari.
  4. Burcau: tinggal menambahkan jangkrik, pisang, kroto, dan pur ke dalam tempat makanan. Beri air matang untuk minumnya.

    Keterangan Tugas (3):
    1. Makanan kelinci: wortel, ubi, kangkung, sawi hijau. Beli di pasar terdekat. Ada kalanya seminggu sekali (malam hari) membeli stok dalam jumlah besar di Pasar Induk Buah & Sayuran Giwangan.
    2. Makanan burhan: Ikan lele, ikan patin, ayam, teri basah. Untuk ikan, disarankan membeli di fishmarket Giwangan, sebab menerima fillet –untuk memudahkan pekerjaan.
    3. Makanan burcau: Cari di toko pakan burung terdekat. Ada kalanya diminta ke Pasar Burung Ngasem untuk belanja kulakan.
    4. Makanan kucing: Dibeli per bulan.

    Keterangan Tugas (4) Memandikan Kucing:

    1. Pastikan dahulu kondisinya baik (tidak demam). Cara: Tutup kedua telinganya dengan telapak tangan, bila terasa hangat, dia siap dimandikan; bila terasa panas, tunda.
    2. Masukkan dalam kandang. Guyur perlahan dengan air hangat. Kucek bulunya dengan sabun khusus (jangan terkena mata). Bilas. Keringkan dengan handuk dan hair dryer.

    Keterangan Tugas (4) Memandikan Burhan:

    1. Untuk memastikan kondisinya sehat, pegang dan rasakan hawa tubuh di dadanya.
    2. Langkah-langkahnya sama dengan memandikan kucing, hanya saja tanpa hair dryer.

    Keterangan Tugas (5):
    1. Menyapu halaman, membakar sampah, dan membawa sampah ke TPS kerap diperlukan.
    2. Bisa dilakukan pagi atau sore.

    KUALIFIKASI PENGASUH:
    • Berbadan sehat. Mengingat pekerjaan ini berhubungan dengan kotoran hewan, perlu daya tahan tubuh yang baik.
    • Diutamakan laki-laki. Sebab kotoran hewan kucing dan burung masing-masing rentan membawa penyakit toksoplasma dan CMV bagi manusia; Berakibat buruk terhadap perkembangan janin jika nantinya hamil.
    • Bertempat tinggal tak jauh dari lokasi homezoo.

      SEBAGAI PERTIMBANGAN:
      • Seluruh hewan di homezoo ini (kecuali burcau) mempunyai rekam medik di Rumah Sakit Hewan (RSH) Soeparwi UGM dan Klinik KAYU MANIS yang terletak di Yogyakarta.
      • Kucing divaksin secara berkala dan sudah vaksin anti rabies, CMV dan cacing. Bersertifikat/jaminan dokter hewan.
      • Untuk jenis hewan lainnya: Di Indonesia vaksin ini belum ada. Namun kelinci dan burhan secara berkala dibawa ke RSH.
      • Air bersih mengalir dari keran yang telah tersedia.
      • Ada berbagai jenis sabun dan cairan disinfektan yang disediakan, baik untuk hewan (kandang, perangkat makan) maupun manusia (sabun handwash, cairan pembunuh kuman).
      • Disediakan masker dan sarung tangan untuk melindungi diri.

      HAK:

      1. Mendapat gaji bulanan.
      2. Mendapat bayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan.
      3. Nego waktu kerja bila ada keperluan mendesak.

      CARA DAFTAR:
      • Hubungi saya di sini! :)
      • Lebih cepat, lebih baik! ^^

      Wednesday, December 2, 2009

      Posted by adriani zulivan Posted on 3:03:00 PM | 1 comment

      Names for My Kids

       
       
       
       
       
       

      Mereka sudah empat bulan ada di rumahku. Selama itu mereka belum mempunyai nama, meski aku, Si Utha, dan anggota keluarga lain yang datang ke rumah— masing-masing mempunyai nama panggilan untuk mereka.

      Mereka adalah sepasang burung hantu lucu yang akhirnya menjadi anggota keluarga terbaru dari homezoo kami. Ketika membelinya, pedagang mengatakan bahwa usia mereka sekitar satu bulan. Itu sebab mereka belum pandai terbang. Yup, baru bisa terbang sedikit-sedikit, kayak terbangnya bebek. Mereka lebih banyak jalan, persis kaya ayam kate kalo lagi jalan, lenggak-lenggok dengan pantat geal-geol + goal-goel. Namun sebulan lalu, ketika si betina sakit, dokter bilang usianya sudah lebih dari setahun. Humm, mana yang benar, yes?

      Burung hantu jenis mereka oleh pedagang di Pasar Ngasem Jogja disebut “Harry Potter”, sebab warna dasar bulunya putih (meski di bagian ujungnya ada warna hitam dan coklat tua). Menurut si abang, bulu-bulu itu akan rontok setelah mereka berusia tahunan, lalu akan menjadi seputih salju. Hummm, berarti akan persis seperti Hedwig, burungnya Harpot (haks? Burungnya si ganteng Redcliff? Burung nyang mane niii???). Sedangkan di Pasar Pramuka Jaktim, jenis ini disebut “Mutiara”. Ya, lagi-lagi karena warna mereka yang putih itu.

      Burung hantu. Kusebut dengan Burhan (dueeh, sounds like namanya kakeknya siapaaaa, gituh). Banyak orang bertanya ketika mengetahui aku memelihara burung hantu. “Nggak serem, apa?” “Iih, kan jelek gitu” atau komentar-komentar lain sejenis. Hahaha, aku juga bingung “mengapa”. Pertama kali melihatnya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Matanya itu lho, nggak nguatin. Berasa punya pandangan yang TULUSSSSSSSS banget. Setulus apa, sih?

      Kalau dia melihatmu, dia melihat langsung ke mata kalian (kalau dia burung elang/garuda, pasti sedang mengincar biji mata kalian untuk dipatok). Matanya hitam kebiruan. Jernih, bening. Dari biji matanya yang bulat besar itu, kalian bisa lihat bayangan kalian sendiri. Seperti cermin. 
       
      Nah, caranya memandang itu, kalau diperhatikan dengan seksama dalam waktu yang tidak sesingkat-singkatnya, serasa sedang melihat anak kecil yang TULUSSSSSSSS banget. Errr, pada belom beranak, yah? Jadi gak bisa ngerasain donk! Ngggg, mungkin seperti melihat orang yang bibirnya sedang berada seinci dari bibir kita—ini mungkin, lho :)

      Saking jato cintanya, setelah menanyakan harganya ke si abang penjual, aku dan Utha langsung pergi: MUAHAL! LALU beberapa menit kemudian kami kembali lagi untuk sekadar memastikan kecantikan mereka. LALU pergi lagi. LALU, dua atau tiga kali sengaja melewati mereka sambil berpikir “Mereka sudah laku belom, yah?” LALUUUU, balik lagi, dan masuk untuk kembali menanyakan pada si abang penjual: “Galak gak, mas?” dst, dst, dst... LALU keluar lagi: harga tak sepakat. LALU, si abang memanggil kita, SEPAKAT HARGA. LALU? Ya kita bawa pulang.

      Jadi inget jaman abege, waktu masi jerawatan, waktu masi suka pake tengtop (jaman gk malu kalo ni bodi seblas-duwablas ama papan selancar), waktu mens masi sering tembus, waktu masi suka disuapin mama, waktu masih cipika/cipiki sama papa kalo mo pergi, dst. Jaman itu, kalo lagi jato cinta ama cowo (yaiyalah, cowo!) kan senengnya nengok tu cowo terus. Curi-curi pandang. Bolak/balik depan rumahnya. Gitu deh.

      Gitu juga pas nengok si Harpot aka Mutiara ini. Jato cinta.
      “Cinta, cinta,,,, tapi kok belom dinamain?” kata temenku.
      Ya, itu dia. 
       
      Hmm, sebenarnya tak sedikit kandidat nama yang sudah/belum/akan kami gunakan. Namun sampai saat ini belum menemui kesepakatan. Berikut diantaranya:
      1. Mr & Ms Owl
      2. Mr Potter & Ms Limbad
      3. Mr & Ms Potter
      4. Potter & Potterie
      5. Potter & Hermione
      6. Potter dan Hedwig
      7. Ludwig & Hedwig
      8. Burhaniwan & Burhania
      9. Burhan & Burhanwati
      10. Si Besar & Si Kecil
      11. Si Cakep & Si Cantik
      12. Nunung & Nunungwati
      13. Toon & Tyna
      Ketika pertama kali membawanya pulang (waktu itu Ma & Pa Zlvn) lagi di rumah, kami (tentu saja) enggak berani mengatakan bahwa mereka adalah burung hantu. Jadi kami sebut mereka dengan “burung potter”, seperti kalian menyebut “burung murai”, “burung beo”, dst. Ya, gimana enggak, sedikit yakin bahwa kedatangan mereka akan ditolak, sebab selain peliharaan dirumah sudah cukup banyak, mama juga bakal takut sama suaranya–yang ternyata, saking masih kecilnya, suara mereka masih kecilll banget, dan samasekali tidak menakutkan!

      Anw, semua nama itu kami gunakan. Kalo lagi nyuapin makan (well, masih disuapin!) dan mereka malas makan, dipanggil “Cakep.... Cantik....”. Waktu di RSH (Rumah Sakit Hewan), si Utha nulis di rekam medis nama ini: Hedwig! Sebab dia manggil masing-masing mereka dengan Ludwig & Hedwig. Aku gak setuju, pronunciation-nya gak enak di lidah.

      Suatu hari, salah seorang kakakku curhat tentang agenda hatinya yang sedang tidak baik. Di tiap ujung tulisannya di IM dia tulis “huhuhu... huhuhu...”, menggambarkan kesedihan. Lama-lama dia bilang, “Gue udah kaya burung hantu aja ya, dek?”. Nah, beberapa hari kemudian kita beli si Mr & Mr Owl, minta saran nama sama dia, dia kasih ini: “Mr & Ms Huhu”! Huuuuuuuu, dasar ora kreatif loe, kak! Yaaaa, yaaaaa, mungkin masa kecilnya kurang hiburan—soalnya gak pernah dengan lagu burhan:

      Matahari terbenam, hari mulai malam
      Terdengar burung hantu, suaranya merdu
      Kukuk... Kukuk... Begitu bunyinya...

      See? Bunyinya “kukuk”, bukan “huhu”. Jadi urun saran untuk nama ini ditolak!

      Pas baru dibawa kerumah dan anak-anak tetangga (pengunjung setia homezoo) melihat, mereka panggil dengan “Limbad... Limbad...” (Limbad itu nama pesulap atau—bahasanya harian KOMPAS—“orang yang memiliki kemampuan diluar kebiasaan orang kebanyakan” hasil pencarian bakat sebuah reality show di salah satu TV swasta. Dia membawa burhan sebagai icon. Burhannya kecil, berwarna coklat—ngggg, boleh sombong kalo Mr & Ms Owl punya kita lebih CANTIK, dey... hehehe. Nah, Limbad ini disukai banyak anak-anak. Dan aku baru tahu tentang (si)apa Limbad, ya dari anak-anak tetangga itu). Nama Limbad juga ditolak, sebab Limbad tidak putih, begitu pula burungnya (emang pernah nengok?).

      Nunung. Toon & Tyna. Mamaku sering memanggil mereka seperti itu sebab keduanya seringkali melenggak-lengokkan lehernya seperti pelawak Nunung SRIMULAT dan penyanyi cilik Tyna Toon. Seperti orang India itu, lho... Selain itu, seorang teman pernah bersaran tak serius (or she meant it?) dengan mengambil namaku: Burad (BURungnya ADriani) dan Burzul (BURungnya ZULivan) sukurrrrrrrrrr dia ngomong gak di depan si papa! :)

      Nah, lewat ini, aku ingin berbagi kesulitan, eh perasaan. Perasaan yang laksana orangtua yang baru kelahiran anak dan bingung mencari nama yang baik untuk mereka. Ada yang mau dibagi perasan ini? Sarannya, yah. Nama yang baik, penuh doa, agar kelak dewasa menjadi anak yang berguna bagi keluarga homezoo dan nusa-bangsa. Amen!

      *eeh, banyak TULUS dan LALU....

      Posted by adriani zulivan Posted on 11:02:00 AM | No comments

      How Much You Value Yourself?

      -->
      `
      The title is the question given by my ex-boss when I told him that I’ll move to a new office. Yeah, this is unusual thing that you can tell your ex-boss that you are going to move from his office—well, I’ve ‘gone’ from his office about four months ago and keep in touch with him and everybody else there.
      Yes, I was very lucky when I get an open minded person as my boss. He supports me to get something better for my life, including accepted my reasons why I can’t stay longer @ his office. [Well, I won’t tell you why. We’re not talking about those reasons here now.]
      Before I leave, I promise to keep him posted to the thing about my career progress, due to his willing to see me back to his office. One day after I get the call from my office-to-be about the salary-thing, I told him that I probably passed the last interview test and now on salary bargaining session.
      It depends to the job,” I answered his question above.
      Yup. When I worked as freelancer (for such creative work), I mostly get per hour or per day payment, or per project. When I worked for office as staff, they gave me the salary based on their institution rule.
      I was about to discuss how much the salary I should ask to this new-office-to-be when he gave me references. He asked some of his colleagues who works at NGO about the salary [see, how kind he is to his ex-staff?].
      New Thing
      Is it possible to inform us about the salary you wish?” These words came out from my new boss when we were doing such bargaining. This is the time when my confusing-confused begin.
      For me, being asked by a person to join his/her institution is one thing; and being asked for the salary you wish from the institution you will join is another thing. I was working for about six years. The last two years was professional works (means that the institutions pay me for what I’m doing), while the others are for voluntary—just like the works I did for some student organizations in campus.
      For those professional works, I’ve never knew how much the institutions pay me until I get my first payment. Yup, never do salary bargaining. What I did before I work for the institution is asking the workfield or the job descriptions. Then if I’m interested in it, I’ll join without knowing how much they will gonna pay me. 
       
      Why? The fact that they will pay me during/after the job is enough for student like me. Experience is all I’m looking for. But unfortunately then, that drives me to a thought that “I will never value myself for a job until I get my university certificate!” Under my consciousness, I’m creating big mistake!
      That’s why I was very confused when my new office call me for such salary bargaining. What to say? How to ask? Which to choose?
      I had about three days to think about that salary before I tell them. For that, I asked some friends and family for consideration. A friend gave me this formula:
      1. Calculate how much you pay for your daily meal (I eat three times a day with different kind of price—it’s rather difficult to count). 
      2. Calculate how much money you need for your daily transportation cost from home to the office, vice versa. 
      3. Then multiple it to 25 workdays. The result would be the lowest payment you should ask.
      4. Moreover, remember to think about other payment, such as your energy, communication cost, your entertainment, and your bank account deposit for future/sudden needs  this is the hardest count to make.
      Other friend who works in Jakarta and ever worked in Yogyakarta said that the lower salary for Yogyakarta is about 1,5 - 2 million rupiahs. It is equal to 3,5 - 4,5 million when you live in Jakarta. When you get these numbers, you would never be a wealthy one, but it is really enough to live by yourself with no more monthly session of your hand under your parent’s hand.
      Determination Day
      When the day-to-tell-the salary-I-wish is almost there, I didn’t get the best number to tell yet. The days before, I have just read a management book: “The 30 Most Common Problems in Management” of W Delaney (nggg, maybe I should’ve read the book “Planning Your Career Change”). It doesn’t help this problem, anyway. So I did consult to my brother. He gave me some how-to-decide tips. He asked me to compare the salary I get from my previous job then make it as my criterion. Humm, it is easier then the last two formulas, I guess, since I don’t have to calculate how much I should value myself. After that, I texted my boss-to-be: 
       
      At my previous office, I get [I tell the numbers] rupiahs as maximum income per month, out of incentive for doing such program/project. Humm, I’ve never been asked for the payment-I-wish, since the number is given already. That’s why I’m confused when you asked. You better give me the numbers, then we’ll bargain :)
      Then she replied with different numbers. Deviates about quartile smaller then the numbers I gave. I didn’t reply till she asked me for confirmation, two days after that.
      OK, Ma’am. By Dec 1 I’ll join [I said the name of the institution]. Tq very much,” I replied.
      Is that mean that you are agreeing the number of salary we offer? So then, there would be a media meeting on the 1st of Dec @ [she mentions a restaurant name], you may be there @ 9. Thx, Adriani.” 
       
      The numbers is enough for me... :) OK, [sumthing] Resto, 9. Tq, Ma’am.”
      Thank u, Adriani. Welcome to our team!”
      My honor.”
      This is the end of my very FIRST salary bargaining... 
       
      Hope there would be wonderful new work experience with the new people at the new office. New new new!
      New amiennnn! :)
      • Atribution. Powered by Blogger.
      • ngeksis

      • mata-mata