Mereka adalah sepasang burung hantu lucu yang akhirnya menjadi anggota keluarga terbaru dari homezoo kami. Ketika membelinya, pedagang mengatakan bahwa usia mereka sekitar satu bulan. Itu sebab mereka belum pandai terbang. Yup, baru bisa terbang sedikit-sedikit, kayak terbangnya bebek. Mereka lebih banyak jalan, persis kaya ayam kate kalo lagi jalan, lenggak-lenggok dengan pantat geal-geol + goal-goel. Namun sebulan lalu, ketika si betina sakit, dokter bilang usianya sudah lebih dari setahun. Humm, mana yang benar, yes?
Burung hantu jenis mereka oleh pedagang di Pasar Ngasem Jogja disebut “Harry Potter”, sebab warna dasar bulunya putih (meski di bagian ujungnya ada warna hitam dan coklat tua). Menurut si abang, bulu-bulu itu akan rontok setelah mereka berusia tahunan, lalu akan menjadi seputih salju. Hummm, berarti akan persis seperti Hedwig, burungnya Harpot (haks? Burungnya si ganteng Redcliff? Burung nyang mane niii???). Sedangkan di Pasar Pramuka Jaktim, jenis ini disebut “Mutiara”. Ya, lagi-lagi karena warna mereka yang putih itu.
Burung hantu. Kusebut dengan Burhan (dueeh, sounds like namanya kakeknya siapaaaa, gituh). Banyak orang bertanya ketika mengetahui aku memelihara burung hantu. “Nggak serem, apa?” “Iih, kan jelek gitu” atau komentar-komentar lain sejenis. Hahaha, aku juga bingung “mengapa”. Pertama kali melihatnya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Matanya itu lho, nggak nguatin. Berasa punya pandangan yang TULUSSSSSSSS banget. Setulus apa, sih?
Kalau dia melihatmu, dia melihat langsung ke mata kalian (kalau dia burung elang/garuda, pasti sedang mengincar biji mata kalian untuk dipatok). Matanya hitam kebiruan. Jernih, bening. Dari biji matanya yang bulat besar itu, kalian bisa lihat bayangan kalian sendiri. Seperti cermin.
Nah, caranya memandang itu, kalau diperhatikan dengan seksama dalam waktu yang tidak sesingkat-singkatnya, serasa sedang melihat anak kecil yang TULUSSSSSSSS banget. Errr, pada belom beranak, yah? Jadi gak bisa ngerasain donk! Ngggg, mungkin seperti melihat orang yang bibirnya sedang berada seinci dari bibir kita—ini mungkin, lho :)
Saking jato cintanya, setelah menanyakan harganya ke si abang penjual, aku dan Utha langsung pergi: MUAHAL! LALU beberapa menit kemudian kami kembali lagi untuk sekadar memastikan kecantikan mereka. LALU pergi lagi. LALU, dua atau tiga kali sengaja melewati mereka sambil berpikir “Mereka sudah laku belom, yah?” LALUUUU, balik lagi, dan masuk untuk kembali menanyakan pada si abang penjual: “Galak gak, mas?” dst, dst, dst... LALU keluar lagi: harga tak sepakat. LALU, si abang memanggil kita, SEPAKAT HARGA. LALU? Ya kita bawa pulang.
Jadi inget jaman abege, waktu masi jerawatan, waktu masi suka pake tengtop (jaman gk malu kalo ni bodi seblas-duwablas ama papan selancar), waktu mens masi sering tembus, waktu masi suka disuapin mama, waktu masih cipika/cipiki sama papa kalo mo pergi, dst. Jaman itu, kalo lagi jato cinta ama cowo (yaiyalah, cowo!) kan senengnya nengok tu cowo terus. Curi-curi pandang. Bolak/balik depan rumahnya. Gitu deh.
Gitu juga pas nengok si Harpot aka Mutiara ini. Jato cinta.
“Cinta, cinta,,,, tapi kok belom dinamain?” kata temenku.
Ya, itu dia.
Hmm, sebenarnya tak sedikit kandidat nama yang sudah/belum/akan kami gunakan. Namun sampai saat ini belum menemui kesepakatan. Berikut diantaranya:
- Mr & Ms Owl
- Mr Potter & Ms Limbad
- Mr & Ms Potter
- Potter & Potterie
- Potter & Hermione
- Potter dan Hedwig
- Ludwig & Hedwig
- Burhaniwan & Burhania
- Burhan & Burhanwati
- Si Besar & Si Kecil
- Si Cakep & Si Cantik
- Nunung & Nunungwati
- Toon & Tyna
Ketika pertama kali membawanya pulang (waktu itu Ma & Pa Zlvn) lagi di rumah, kami (tentu saja) enggak berani mengatakan bahwa mereka adalah burung hantu. Jadi kami sebut mereka dengan “burung potter”, seperti kalian menyebut “burung murai”, “burung beo”, dst. Ya, gimana enggak, sedikit yakin bahwa kedatangan mereka akan ditolak, sebab selain peliharaan dirumah sudah cukup banyak, mama juga bakal takut sama suaranya–yang ternyata, saking masih kecilnya, suara mereka masih kecilll banget, dan samasekali tidak menakutkan!
Anw, semua nama itu kami gunakan. Kalo lagi nyuapin makan (well, masih disuapin!) dan mereka malas makan, dipanggil “Cakep.... Cantik....”. Waktu di RSH (Rumah Sakit Hewan), si Utha nulis di rekam medis nama ini: Hedwig! Sebab dia manggil masing-masing mereka dengan Ludwig & Hedwig. Aku gak setuju, pronunciation-nya gak enak di lidah.
Suatu hari, salah seorang kakakku curhat tentang agenda hatinya yang sedang tidak baik. Di tiap ujung tulisannya di IM dia tulis “huhuhu... huhuhu...”, menggambarkan kesedihan. Lama-lama dia bilang, “Gue udah kaya burung hantu aja ya, dek?”. Nah, beberapa hari kemudian kita beli si Mr & Mr Owl, minta saran nama sama dia, dia kasih ini: “Mr & Ms Huhu”! Huuuuuuuu, dasar ora kreatif loe, kak! Yaaaa, yaaaaa, mungkin masa kecilnya kurang hiburan—soalnya gak pernah dengan lagu burhan:
Matahari terbenam, hari mulai malam
Terdengar burung hantu, suaranya merdu
Kukuk... Kukuk... Begitu bunyinya...
See? Bunyinya “kukuk”, bukan “huhu”. Jadi urun saran untuk nama ini ditolak!
Pas baru dibawa kerumah dan anak-anak tetangga (pengunjung setia homezoo) melihat, mereka panggil dengan “Limbad... Limbad...” (Limbad itu nama pesulap atau—bahasanya harian KOMPAS—“orang yang memiliki kemampuan diluar kebiasaan orang kebanyakan” hasil pencarian bakat sebuah reality show di salah satu TV swasta. Dia membawa burhan sebagai icon. Burhannya kecil, berwarna coklat—ngggg, boleh sombong kalo Mr & Ms Owl punya kita lebih CANTIK, dey... hehehe. Nah, Limbad ini disukai banyak anak-anak. Dan aku baru tahu tentang (si)apa Limbad, ya dari anak-anak tetangga itu). Nama Limbad juga ditolak, sebab Limbad tidak putih, begitu pula burungnya (emang pernah nengok?).
Nunung. Toon & Tyna. Mamaku sering memanggil mereka seperti itu sebab keduanya seringkali melenggak-lengokkan lehernya seperti pelawak Nunung SRIMULAT dan penyanyi cilik Tyna Toon. Seperti orang India itu, lho... Selain itu, seorang teman pernah bersaran tak serius (or she meant it?) dengan mengambil namaku: Burad (BURungnya ADriani) dan Burzul (BURungnya ZULivan) sukurrrrrrrrrr dia ngomong gak di depan si papa! :)
Nah, lewat ini, aku ingin berbagi kesulitan, eh perasaan. Perasaan yang laksana orangtua yang baru kelahiran anak dan bingung mencari nama yang baik untuk mereka. Ada yang mau dibagi perasan ini? Sarannya, yah. Nama yang baik, penuh doa, agar kelak dewasa menjadi anak yang berguna bagi keluarga homezoo dan nusa-bangsa. Amen!
*eeh, banyak TULUS dan LALU....
Buruuuung aja yg diurusin..!!!
ReplyDelete