Gus Dur.
Rakyat Indonesia mana yang tidak kenal nama itu?
Aku, sebagai non nahdliyin, non PKB, non Jatim, non Ciganjur; juga mengenal nama itu.
Kenal?
Ah enggak lah ya. Cuman tahu.
7 Februari 2010 lalu adalah peringatan berpulangnya Almarhum Gus Dur rumah Tuhan. Antusiasme masyarakat negeri ini (tak hanya di Indonesia, sebenarnya. Masyarakat NU di berbagai belahan dunia turut memperingati) begitu luar biasa,
lihat di sini.
Mungkin, selain beliau adalah seorang tokoh pluralisme yang kontroversial, beliau juga seorang Presiden kontroversial, Kyai kontroversial, Guru Bangsa kontroversial, dan kontroversial2 lainnya yang membuat beliau diingat orang. Bahkan begitu dicintai oleh orang2 yang mencintainya :)
Mungkin juga, karena beliau satu-satunya mantan Presiden yang "pergi" di zaman derasnya arus informasi, sehingga kepergian beliau tersebut "dihantarkan" oleh seluruh rakyat Indonesia lewat tayangan media yang melakukan live report. Ini tidak terjadi pada masa berpulangnya Soekarno.
Mungkin juga, karena beliau satu-satunya Presiden yang sudah meninggal tanpa menimbulkan "luka" bagi rakyat. Soekarno dianggap cacat karena berideologi komunis yang oleh Zaman Orba dianggap sebagai ajaran haram, sehingga rakyat tidak simpatik. Soeharto, tentu saja, meski berpulang di era arus informasi yang sama dengan sekarang, beliau cacat akibat kasus KKN.
Gus Dur di 40 hari kepergiaannya, mendapat berbagai penghargaan. Ada yang berupa pembuatan buku, penetapan beliau sebagai Bapak Penghijauan, Pahlawan Pluralisme, pembuatan perpustakaan keliling, dan masih banyak lagi.
Gus Dur yang kutahu adalah seorang tokoh negara yang kontroversial. Hanya itu. Namun entah mengapa, saat semua media meliput berita kepergiannya, aku seakan ikut terlarut dan merasakan spirit Gus Dur [welahhh, bahasanya].
Mungkin, karena seluruh media menayangkan seluruh aspek tentang almarhum.
Mungkin, karena semua orang majang status FB tentang almarhum.
Mungkin, karena seorang teman terus2an nge-tweet dengan hagstag #GusDur.
Mungkin, karena beberapa orang temanku asal Jatim mengirimkan SMS.
Ya, mungkin.
"Gus Dur meninggal aku kok nangis ya Dri, hehe.. Ah, rasanya spt kehilangan bapakku sendiri... :) " bunyi SMS yang masuk beberapa saat setelah berita kepergian Gus Dur dilaporkan TV.
"Iya Zen, dia kan bapak semua orang..." reply-ku.
Mlekom,
AZ