Tanggal kemarin di jam segini pada tahun lalu. Aku terduduk lemas di Stasiun Bandung, menunggu kereta ke arah timur. Setelah obrolan siang itu.
"Lagi di mana?
"Bandung, masak pertanyaannya diulang2 sih."
"Ga mampir ke Yogya?"
Deg. Jantungku berdetak cepat.
"Cencen kenapa mas?"
"Cencen sudah pergi..."
"Cencen kenapa mas???"
"Cencen sudah ninggalin kita."
Air mata pecah, tenggorokan berat, sesenggukan membuat lemas. Di kereta terus merutuk diri, sebab akhir pekan lalu tak pulang hanya untuk hadiri reuni.
"Orangtua macam apa aku, anak sakit bukannya datang..."
"Kamu kan baru saja pulang. Ga ada yang salah, Cencen tau kok kalau kita sayang sama dia."
Setelah sebungkus tisu habis di perjalanan, jelang tiga per empat malam anak Cencen kami kuburkan. "Maaf ya sayang, kamu harus menunggu lama sebelum mendapat tempat bobok baru. Semoga sama hangatnya dengan badan bapakmu yang sering jadi tumpuan tidurmu itu."
__
Setahun kini.
Apa kabarmu di sana, nak? Sampaikan salam kami untuk dua saudaramu yang sudah lebih dahulu bobok di sana ya, Kengkeng dan Ngokngok. Kami janji untuk menemui kalian lagi di akhir perjalanan nanti.
Oh ya perkenalkan Zorro. Dia gantikan posisimu di rumah--meski di hati kami, kamu selalu ada. Zorro tak dapat melihat, tapi seperti kamu--dia senang berkelana dan pulang ketika bapak kalian tiba. Di tempat lain, kami juga memelihara Ponpon yang adalah adik sekandungan Zorro. Seperti kamu dan adik2mu, Cen, mereka berdua sangat ganteng :)
Ah. Menuliskan cerita ini hujan di mataku, Cen. Seperti pagi tagi ketika kulihat videomu jelang dijemput ke tempat bobok yang baru ini. Yanh penting kamu baik kan, Cen? Masih ganteng, kan? Aku tahu kamu pasti begitu.
Cencen, tolong sampaikan salam kami kepada malaikat yang menemanimu tidur di sana. Kami sayang kamu, nak.
~ Pancen dan Mancen (bapake dan mamake Cencen)
Mlekom,
AZ
0 comments:
Post a Comment