Tahun lalu berniat merayakan Hari Kartini di Rembang dan Jepara, kotanya RA Kartini itu. Berhubung 21 April tahun ini jatuh di hari Selasa, aku tak mungkin ke luar kota. Kebetulan pada Jumat, aku ditugaskan ke Yogya untuk menghadiri undangan peluncuran program IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Sedikit tentang IVA:
Kementerian Kesehatan RI, bersama Jhpiego dan Ford Foundation, meluncurkan program Cervical and Breast Cancer Prevention (CECAP) pada Januari 2007. CECAP merupakan sebuah metode pendeteksian kanker serviks atau mulut rahim dengan penggunaan asam asetat. Metode ini dikenal dengan sebutan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Sebelumnya, pap smear adalah metode yang banyak digunakan untuk mendeteksi kanker serviks. Selanjutnya, IVA mampu menggantikan metode tersebut. IVA lebih praktis, sebab tidak membutuhkan tes laboratorium. Biaya juga sangat murah. Selain itu, hasilnya dapat langsung diketahui.
Lembaga tempatku bekerja adalah penggagas awal penggunaan metode IVA di Indonesia. Metode ini, bahasa mudahnya, meringankan biaya pemeriksaan kanker serviks. Jika metode pap smear menghabiskan dana hingga jutaan rupiah, IVA hanya membutuhkan sebotol asam cuka (yang biasa digunakan untuk memasak) seharga sekitar Rp 5.000 saja.
Setelah diperkenalkan delapan tahun lalu, kini Pemerintah RI menetapkannya sebagai program nasional. Akhirnya. Penetapan ini dilaksanakan di Yogya, mengambil momen Hari Kartini.
Ditugaskan di Yogya, bagiku selalu, berarti pulang-gratis-dengan-fasilitas-masksimal. Meski agendanya hari Selasa, aku langsung mengambil penerbangan Jumat sore dan kembali Rabu pagi. Kantorku memang memperbolehkan mengambil hari dan waktu kapanpun, meski untuk perjalanan di luar pekerjaan. Seninnya? Senin aku ikut gladi resik dengan panitia.
Panitianya adalah ibu-ibu OASE. Agenda ini disiarkan langsung ke 34 provinsi melalui jaringan TVRI. Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta ini dijadikan pusat agenda, dimana hadir Ibu Negara (Ibu Mufidah, istri Wapres, mendampingi peluncuran di Sulawesi Selatan), Menteri kesehatan, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Gubernur DIY beserta Ibu GKR Hemas, Direktur Utama BPJS Kesehatan, serta jajaran pejabat daerah.
Fungsiku apa? Duduk manis sebagaimana undangan lain?
Maunya sih begitu :p
Tapi... aku diminta mewawancarai Bu Iriana, Bu Nila Moeloek, dan Sri Sultan. Merekam testimoni mereka terkait program IVA, dalam kaitannya dengan peran organisasiku. Nahlo, jadi susah kan. Programnya kapan, wawancaranya kapan!
Sejak pagi aku memasang kamera lengkap. Sampai nggak enak hati dengan tripodku yang agak menghalangi pandangan undangan lain. Saat masuk ke ruang utama (undangan duduk di bawah tenda yang dipasang di halaman Puskesmas Nanggulan, tempat penyelenggaraan agenda), aku ditegur Paspampres.
Diminta duduk di luar, sebab nggak enak sama wartawan, dll dsb, seperti biasanya. Lagian, sepanjang acara berlangsung, tidak memungkinkan untuk melakukan wawancara. Acara hanya berlangsung selama dua jam. Sejam pertama berisi agenda sambutan dan tetek bengek lainnya, sejam terakhir untuk telekonferensi dengan 10 kabupaten/kota lainnya.
Para VVIP langsung kembali ke mobil, bahkan sebelum keseluruhan agenda berakhir. Kapan mau wawancara ya? "Ibu Negara memang selama ini nggak mau diwawancara," kata Bu Sri--panitia OASE yang berhubungan dengan kantorku, saat gladi resik kemarin.
Baiklah.
Informasi bahwa aku mendapat undangan untuk meliput agenda ini menjadi semacam angin segar bagi kantorku. Dari pusat sana di Baltimore, mereka berharap ada setidaknya satu kali saja Bu Negara mengucapkan nama kantorku. Nyatanya, tak ada!
Ya sudah lah, ini memang penugasan yang sedikit ambisius. Sebagaimana kubilang tadi: proyeknya kapan, liputannya kapan :) Paling tidak, aku berhasil menangkap momen-men. Seperti permintaan Baltimore: Maybe the First Lady mentions *** (organisasi kami), at least you can capture the situation.
Tapi bagiku, ini bermakna mudik nyaris seminggu ditanggung rakyat Amerika :p
Atau, sebuah kesempatan bertemu (ah tidak juga, hanya melihat!) Nyonya Jokowi, setelah sebelumnya sempat diskusi bareng suaminya di Gubernuran Jakarta.
Atau, sebuah kesempatan bertemu (ah tidak juga, hanya melihat!) Nyonya Jokowi, setelah sebelumnya sempat diskusi bareng suaminya di Gubernuran Jakarta.
Eh, selamat Hari Kartini!
Mlekom,
AZ