Jelang tengah malam.
"Mau ke mana?" tanya mas-mas-yang-itu.
"Bingung," kataku.
"Hummm..."
"Bundaran HI yuk. Kepengan lihat suasana malam di air mancur."
Keluar dari Djakarta Theater, kaki-kaki kami susuri halaman depan gedung yang terletak di sebelah Sarinah ini. Tentu lewati dinding kaca yang membalut warkop milik Schultz di Jalan Wahid Hasyim itu.
Ini tiga malam lalu. Jalanan sepi buatku takut, takut kejahatan urban seperti yang banyak diberitakan koran kuning. Hari ini jalanan yang sama ramai mengisi linimasa media. Meski keadaan sempat mencekam, aku berani bilang: Kami tidak takut.
Kejadian tiga malam lalu dan hari ini tidak berkaitan, tentu. Namun ini buatku tersadar, bahwa Jakarta dalam kondisi normal (baca: berikut kejahatan sehari-hari yang melekat padanya) lebih menakutkan, dibanding sebuah hari ketika ia diteror kelompok kecil yang berusaha mengguncang dunia.
Bangga pada seruan #KamiTidakTakut yang banjiri medsos seharian ini. Tunjukkan keberanian warga Jakarta dan Indonesia untuk melawan mereka yang coba mengusik ketenangan, tanpa reaksi berlebihan yang akan menguntungkan para pembuat onar ini.
Ini gambar Bundaran HI di masa lalu, tujuan kami malam itu.
Mlekom,
AZ
0 comments:
Post a Comment