Hahaha, judul ini begitu jujur. Apa adanya!
Ya begitulah. Ceritanya, bangun tidur tadi aku googling "resep mi aceh". Dengan co-pas dari berbagai sumber, maka kuputuskan untuk mencoba resep ini:
Bahan utama:
400 gr mi kuning basah
250 gr daging kambing potong kotak
3 bawang merah, blender
2 bawang putih, blender
30 gr taoge
30 gr kol
1 sdt cuka
850 cc air
3 daun salam
2 sdm kecap manis
1 bh tomat potong-potong
1 btg daun bawang, iris
1 1/2 sdt garam
3 sdm minyak goreng
Bumbu halus:
4 cabai merah
5 bawang merah
3 bawang putih
2 cm kunyit
1 bh kapulaga
¼ sdt jintan
½ sdt merica
Caranya:
- Rebus kambing dengan daun salam. Kumasukkan satu batang (entah berapa lembar, banyak) daun salam. Tak hanya daun, juga batangnya.
- Blender semua bumbu. Tumis. Masukkan kuah kaldu kambing dan dagingnya.
- Masukkan semua sayuran plus daun bawang dan tomat.
- Tambahkan mie. Aduk rata. Tambah kecap + cuka.
Malas goreng emping dan bikin acar timun-wortel-cabe-bawang, mi ini hanya kuhidangkan dengan krupuk putih yang memang ada di toples dan potongan timun.
Rasanya? Jauh dari Mie Aceh yang biasa kubeli. Malah mirip Mie Jawa, hanya beda di daging dan penggunaan bumbu kapulaga dan jintan. Entah apa bumbu rahasia di Mie Aceh yang tak hadir di masakan ini. Aku dan Oetha menduga bumbu kari. Hummm, entahlah. Eh, jangan-jangan isu "semua makanan Aceh pakai pucuk daun ganja" itu nyata, ya? Hihihi...
Satu perbedaan yang sangat terasa: Mie-nya! Mie Aceh yang gendut-gendut itu tak dijual di pasar Jogja. Maka aku menggunakan mie basah seadanya. Ya paling tidak, mie ini tetap enak dimakan. Artinya, usahaku pagi ini dengan adegan sejam ke pasar tidak sia-sia :)
Oh iya, gara-gara resep ini, aku jadi tahu:
- cara menghilangkan bau anyir di kambing. Namun saranku, masukkan daun salamnya jangan kebanyakan, sebab ini mempengaruhi aroma hingga rasa dagingnya.
- merebus daging kambing tak membutuhkan presto. Di panci biasa bisa empuk dengan merebusnya kurang dari sejam. Apakah daun salam membantu proses peng-empuk-an ini? Entahlah.
Mlekom,
AZ