Halo, saya Adriani, mungkin kalian belum kenal. Saya dari Yogya dan saat ini tinggal di Jakarta.
Di rumah keluarga di Yogya, kami memelihara kucing liar. Ada sekitar delapan kucing yang sering datang ke rumah kami, sekadar makan atau bermain. Mungkin tepatnya tidak memelihara, namun merawat. Sebab hanya dua diantaranya yang benar-benar menjadi bagian dari "anggota" keluarga kami.
Itu di rumah saya. Di rumah suami saya pun begitu, merawat sekitar lima kucing (mohon maaf saya gak tahu pasti jumlahnya), yang nyaris semuanya diberikan tempat sebagai bagian dari keluarga.
Hal yang menyedihkan dari tempat tinggal saya di Jakarta--yang saya sebut sebagai "rumah petakan", adalah aturan untuk tidak membawa hewan peliharaan. Maka saya hanya bisa membawa pakan kering di dalam botol, untuk saya bagikan ke kucing yang saya temui di jalan. Saya juga rutin melakukan street feeding dengan meyiapkan makanan basah untuk dibagikan ke kucing di sekitar tempat tinggal saya.
Nah, pagi tadi saya sarapan di Pasar Enjo di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Setelah makan, saya lihat seekor kucing tiduran. Saya coba panggil diam aja, coba elus juga ga ada gerakan berarti. Saya angkat, sangat lemah. Saya pastikan ada yang salah di bagian pinggang ke bawah, sebab dia kesulitan menggerakkan setengah bagian tubuh tersebut.
Saya tanya ke bapak pemilik toko, tempat dimana si kucing tergeletak di bagian depannya, tepat di pinggir jalan. Beliau bilang: ga tau, mbak! Ketika saya tanyakan apakah kucing ini sakit.
Saya pinggirkan kucing ke bawah meja salah satu display barang dagangan toko tsb, agar tidak terinjak orang. Sebab orang lalu-lalang keluar masuk toko, dengan melangkahi tubuh kecilnya.
Saya cari pedagang plastik, mau beli keranjang untuk mengangkut si kucing. Sebelumnya sudah minta izin suami untuk membawa kucing ke dokter. Saat itu yang ada di pikiran saya drh Nyoman di Duren Sawit, sekitar 9 kilometer dari lokasi. Saya memilih dr Nyoman sebab mengetahui sepak terjang beliau dalam merawat hewan, terutama hewan terlantar.
Sila cek akun Doknyom, begitu beliau biasa disebut, di sini.
Akhirnya dengan bantuan orang-orang pasar yang melihat saya menggendong kucing malang ini, saya berhasil membawanya bertemu Doknyom. Dokter bilang, ini baru saja kelindes (ditabrak) dan si kucing masih syok (ini yang menyebabkan nafasnya kencang).
Doknyom menyarankan saya untuk merawat sendiri kucing ini di rumah. Sebab dia masih mampu mengangkat pinggulnya, dokter yakin bahwa dia ga perlu dioperasi, cukup dikasih obat selama seminggu.
Yang menjadi persoalan adalah, saya benar-benar ga bisa merawatnya di rumah petakan, sebab memang tidak diperbolehkan. Maka saya minta opsi rawat inap. Klinik membolehkan, dengan dikenakan bea inap dan maksimal hanya sepekan. Setelah itu bagaimana? Mau tak mau, saya harus carikan rumah sementara untuk tempat tinggal kucing ini, sampai dia sembuh dan bisa dibebas-liarkan kembali. Menyedihkan, ya!
Jika ada teman yang berminat memberi tumpangan hingga sembuh, apalagi bisa mengadopsi selamanya, saya akan sangat berterima kasih.
Selain soal rawat-merawat, saya juga membutuhkan bantuan terkait biaya medis. Tadi saya putuskan agar si kucing diberi tindakan medis sesuai kebutuhan hingga benar-benar pulih. Apalagi menurut Doknyom, jika dia tidak dioperasi, ada kemungkinan dia mengalami susah buang air sehingga akan menyebabkan kematian. Salah satu pasien yang sedang dirawat di sana sedang mengalami kasus ini.
- x-ray (foto tulang) Rp 150.000 --> klinik bersedia memberi subsidi dengan besaran yang belum tahu berapa
- konsultasi Rp 90.000
- injeksi antibiotik, dexa (antiradang lokal) dan furosemide, plus infus SC Rp 65.000
- Obat racikan Rp 3.000 per butir = Rp 42.000
- Suplemen Rp ... (belum ditentukan)
- Biaya inap Rp 50.000 x 7 hari = Rp 350.000 (sudah termasuk makan)
- Akupuntur Rp .... (belum dihitung)
Jadi kurang-lebih sekitar Rp 700.000. Tadi saya sudah titipkan setengahnya sebagai deposit. Jika harus menjalani operasi, biaya diperkirakan antara Rp 2.000.000 hingga Rp 3.000.000 di klinik lain yang dirujuk Doknyom. Namun jika Doknyom dapat melakukan sendiri operasinya, beliau bilang biayanya akan lebih murah.
Untuk itu, dengan berat hati saya membuka donasi untuk membantu biaya perawatan kucing tersebut. Kucing berwarna putih dan abu-abu ini saya bei nama Enjo, sebab ditemukan di Pasar Enjo.
Untuk donasi bea pengobatan, bisa melalui rekening saya:
BCA Yogyakarta 0373066394 Adriani Dwi Kartika. Mohon kirimkan bukti transfer, untuk saya rekap sebagai laporan publik.
Untuk donasi bea pengobatan, bisa melalui rekening saya:
BCA Yogyakarta 0373066394 Adriani Dwi Kartika. Mohon kirimkan bukti transfer, untuk saya rekap sebagai laporan publik.
Sejak saya publikasikan pagi tadi, hingga saat ini sudah ada sejumlah donasi yang masuk ke rekening saya. Saya berkomitmen untuk melakukan transparansi terkait dana publik tersebut. Ini yang menjadi alasan mengapa saya menulis di sini, untuk dapat mempublikasikan tiap bukti donasi yang masuk. Berikut bukti transfer yang telah masuk:
Donatur 1: NN 1 dan NN 2
Donatur 2: Hamba Allah
Donatur 1: NN 1 dan NN 2
Donatur 2: Hamba Allah
Selain di tulisan ini, untuk perkembangan cepat bisa melongok akun Instagram saya @adrianizulivan, atau tagar #KucingEnjo.
Trims buat perhatian besar teman-teman semua. Selain bantuan dalam bentuk uang, ada juga yang bantu menghubungkan dengan kelompok pecinta hewan dan membantu meneruskan informasi ini. Apapun bentuknya, selruh bantuan itu sangat berarti untuk kesembuhan Kucing Enjo.
Trims, hanya Allah yang mampu membalas.
Mlekom,
AZ
0 comments:
Post a Comment