Monday, January 9, 2012

Posted by adriani zulivan Posted on 12:18:00 AM |

Gagasan Besar Indonesian Heritage Inventory

Mengapa heritage?

Jangan sekali-kali melupakan sejarah! Idiom yang dikenal denga JAS MERAH ini merupakan seruan Soekarno, Presiden Pertama republik Indonesia. Bapak Proklamator ini sangat memahami pentingnya sejarah. Lewat sejarah, generasi sekarang mampu memahami kejadian bangsanya di masa terdahulu, untuk kemudian disampaikan pada anak-cucunya.

Terputusnya rantai sejarah sebuah peradaban yang tak lagi bisa dilacak, merupakan bentuk kemiskinan sosial. Kemiskinan ini berupa hilangnya kebudayaan di masa lampau, meski hanya berupa kisah. Kehilangan ini dapat merugikan umat manusia yang hidup di di suatu kawasan di mana sejarah masa lalu itu hilang.

Kehilangan ini akan membuat generasi sekarang bertanya-tanya mengenai apa, siapa dan bagaimana kehidupan nenek moyangnya. Mencari tahu kehidupan masa lalu bukanlah sekadar pencarian jati diri dan nostalgia, apalagi jika dimaksudkan untuk sekadar menemukan obyek komersil demi kepentingan industri wisata, atau perdagangan benda bersejarah untuk kepentingan ekonomi. Lebih dari itu, informasi mengenai kehidupan di masa lalu mampu menjadi sumber pengetahuan yang penting bagi manusia untuk membangun kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

Lewat kisah sejarah bencana di masa lalu, misalnya, sejumlah warga di lereng gunungapi Merapi mampu mempersiapkan dirinya untuk melakukan mitigasi sebagai antisipasi erupsi Merapi 2010 lalu. Hal ini berdampak pada berkurangnya jumlah korban saat erupsi.

Contoh lain adalah untuk meredakan ketegangan antara dua kelompok budaya yang berbeda. Ini terjadi saat muncul kehebohan antara Indonesia dan Malaysia. Kedua negara jiran ini bersitegang pada 2009, akibat Malaysia dituduh mengklaim sejumlah artefak kebudayaan Indonesia, seperti Tari Reog Ponorogo, batik dan wayang. Setelah dirunut, ternyata di masa lalu ada sekelompok masyarakat Jawa hijrah ke Malaysia. Di lokasi barunya ini, mereka tetap memainkan reog, membuat batik, dan menikmati wayang; sebagaimana yang mereka lakukan dalam keseharian semasa masih berada di nusantara. Seiring bertambahnya populasi di negara baru, maka semakin banyak warga Malaysia yang menyukai, bahkan memproduksi budaya asli Indonesia ini. Lambat laun, kebudayaan ini pun ditetapkan sebagai budaya Malaysia. Nah, informasi sejarah ini akhirnya sedikit-banak mampu meredakan ketegangan antara kedua negara.

Heritage, Makhluk Apakah Itu?

Heritage (pusaka) adalah 1 harta benda peninggalan orang yg telah meninggal; warisan; 2 barang yg diturunkan dr nenek moyang (KBBI daring).
Pusaka masuk dalam cagar budaya. Cagar budaya adalah antar daerah yg kelestarian hidup masyarakat dan peri kehidupannya dilindungi oleh undang-undang dr bahaya kepunahan (KBBI daring, idem). Dalam konsideran Badan Pelestari Pusaka Indonesia (BPPI) disebutkan bahwa Pusaka Indonesia terdiri atas:
  1. Pusaka Alam 
  2. Pusaka Budaya Teraga/Ragawi, dan
  3. Pusaka Budaya Tak Teraga/Tak Ragawi
Penggunaan istilah “pusaka” mengacu pada Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang disahkan dalam rangka Tahun Pusaka Indonesia 2003 yang dikelola oleh Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) dan International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) Indonesia, didukung oleh Kemenbudpar RI. (Wijoyono, 2010 )

Mengapa Inventory?

Heritage adalah bagian dari sejarah masa lalu. Di dalamnya terpendam pengetahuan mengenai kehidupan di masa lampau yang perlu dipelajari. Sebagai bangsa yang besar, kita tentu saja tak ingin kehilangan pegetahuan-pengetahuan ini. Agar tak punah, heritage perlu dilestarikan.

Kuliah satu semester tak cukup untuk menjelaskan mengapa pusaka perlu dilestarikan. Tak mudah pula membangun kesadaran di masarakat akan pentingnya menjaga kelestarian pusaka. Masyarakat umumnya hanya menjadi penikmat atas sebuah penemuan cagar budaya. Tak ada gerakan sebagai peneliti ketika sebuah sejarah dipertanyakan, pengkritisi ketika sebuah pusaka dirusak, tak pula menjadi dokumetato atas peninggalan sejarah yang disaksikannya. Sayang memang, ketika sejarah bangsa ini disia-siakan.

Tak ada yang salah jika masyarakat bertindak hanya sebagai penikmat. Toh negeri ini menghidupi dirinya dengan cagar budaya, yaitu lewat industri yang menjual kenikmatan: pariwisata. Meski bermotif membangkitkan perekonomian warga sekitar, sebuah pusaka yang sekadar menjadi obyek wisata, selain kehilangan makna terdahulunya, juga tak akan bermanfaat banyak bagi kehidupan umat manusia di kemudian hari.

Jika perawatan cagar budaya membutuhkan keahlian khusus, biarkan kewajiban ini ditunaikan oleh pemerintah. Berbagai ahli arkeologi, sejarah, geologi, sosial, dan seterusnya, ada di pihak mereka. Biarlah kita, masyarakat awam, melakukan konservasi situs bersejarah menggunakan kemampuan kita sendiri.

Salah satu cara melestarikan benda peninggalan budaya ini adalah lewat inventarisasi (inventory). Inventarisasi bermakna 1 pencatatan atau pendaftaran barang-barang milik kantor, (sekolah, rumah tangga, dsb) yg dipakai dl melaksanakan tugas; 2 pencatat- an atau pengumpulan data (tt kegiatan, hasil yg dicapai, pendapat umum, persuratkabaran, kebudayaan, dsb) (KBBI daring, idem)

Dalam proyek ini, ada sejumlah cara menginventarisir yang akan digunakan, dengan hasil akhir berupa sistem pendataan terintegrasi berbasis internet. Prinsip yang diterapkan dalam proyek ini adalah teknologi yang mengikuti kemampuan manusia. Sistem ini dapat difungsikan sesuai dengan perangkat komunikasi yang dimiliki seseorang. Mulai dari pesan pendek, mobile website, hingga standard website yang dapat diakses pemilik PC.

Di website ini nantinya, semua orang, siapapun, dapat menjadi informan budaya. Ini adalah konsep jurnalisme warga yang terbuka, dengan prinsip dari, oleh dan unttuk siapapun.


Adapun cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
  1. SMS gateway 
  2. Mapping pin
  3. Blog
  4. Social media
  5. Foto
  6. Video
  7. URL
Publik Indonesia menggunakan internet untuk beragam kepentingan. Tak sedikit hal positif yang dihasilkan dari aktivitas di dunia maya ini. Ketujuh bentuk media informasi dan komunikasi (ICT) tersebut merupakan media yang paling sering diakses oleh pengguna internet akibat kemudahannya. Bagaimana ketujuh media tersebut dapat membantu proses pengarsipan pusaka, berikut penjelasannya:

1. SMS Gateway

SMS (short message service) gateway merupakan sebuah layanan pesan pendek yang melalui kode-kode tertentu dapat diteruskan ke website. Pesan yang masuk ke website ini kemudian menjadi bagian dari konten informasi di website tersebut. Memang tidak semudah mengirim SMS ke sesama nomor telepon selular. Untuk membuat pesan yang dikirim muncul di laman website yang dituju, dibutuhkan kode-kode pengiriman khusus.

Dibanding enam media lainnya, dapat dipastikan bahwa layanan yang juga disebut SMS broadcast ini memiliki jumlah pengakses yang paling tinggi di Indonesia. Jumlah ini tinggi, sebab bisa diakses dengan perangkat ponsel (telepon seluler) yang beredar masif di masyarakat. Ponsel yang paling sederhana sekalipun memiliki fitur SMS.

2. Mapping Pin

Siapa yang tak kenal Foursquare? Situs yang bekerja dengan menandai posisi penggunanya di suatu tempat i belahan manapun di bumi ini, merupakan satu dari sekian banyak situs jejaring sosial populer di Indonesia.

Ada sejumlah motif yang membuat tingginya pengguna FSQ di Indonesia. Yang paling populer adalah sebagai ajang menunjukkan eksistensi penggunanya. Ya, seseorang biasa nge-pin (sebutan populer untuk menancapkan titik keberadaannya dalam peta global) di tempat-tempat bergengsi. Selain untuk menunjukkan kepada publik betapa ia menjadi satu diantara orang-orang yang memiliki kemampuan untuk nongkrong di tempat berkelas, ini juga menjadi penanda betapa ia memiliki mobilitas yang tinggi.

Fungsi nge-pin dalam kebiasaaan masyarakat Indonesia ini tentu saja dapat dibantah, ini hanya kesimpulan dari studi kecil kelompok kami. Nah, kegemaran nge-pin ini dapat dijadikan hal bermakna, jika dialihkan pada upaya untuk mendukung proses inventarisasi terhadap situs bersejarah.

Prosesnya akan semudah check-in Foursquare. Ketika seseorang mendatangi atau melihat sebuah situs bersejarah, tinggal tancapkan pin di koordinat situs tersebut!


3. Blog

Orang menuliskan apa saja yang dijumpai atau dirasakannya. Salah satu tema populer yang sering diangkat menjadi sebuah kisah dalam tulisan blog adalah cerita perjalanan wisata. Banyak blogger mampu menuliskan dengan baik apa yang dilihat dan dirasakannya mengenai suatu tempat yang dikunjunginya. Tulisan ini biasanya dilengkapi dengan opini membangun untuk meningkatkan kualitas apapun dari obyek wisata yang didatanginya.

Jika diarahkan pada sisi konservasi, opini-opini ini akan bermanfaat bagi upaya pelestarian pusaka.

4. Social Media

Social media (socmed) atau populer dengan sebutan media jejaring sosial, merupakan sebuah fenomena besar di Indonesia. Lewat Twitter dan Facebook, dua website paling populer di Indonesia, socmed mampu menggerakkan perubahan sosial.

Berbagai gerakan sosial baru muncul di Indonesia dengan mengusung socmed sebagai media perjuangannya. Twitter terbukti mampu membantu proses manajemen bencana lewat akun @jalinmerapi, misalnya. Gerakan Kadal vs Buaya di Facebook pun mampu melawan hegomoni lembaga yudikatif yang kala itu bertindak sewenang-wenang terhadap keadilan.

Masyarakat Indonesia bersikap kritis untuk persoalan-persoalan yang muncul, meskipun lebih banyak yang bergerak hanya di tataran wacana, seperti membesar-besarkan suatu isu lewat socmed. Namun demikian, hal ini tak ada salahnya jika obrolan-obrolan yang ramai di socmed tersebut membuat gerah para pengambil keputusan, lalu melakukan aksi.

Dalam tataran pusaka, kicauan Tweeps (pengguna Twitter) pernah menggagalkan pembangunan sebuah mall di Solo. Mall ini rencananya akan dibangun dengan menghancurkan Pabrik Es Saripetojo, Bangunan Cagar Budaya. Ini menjadi bukti bahwa kekuatan socmed mampu menjaga kelestarian pusaka.

5. Foto

Jika di awal kemunculannya foto berfungsi sebagai dokumentasi, kini foto menjadi salah satu media ajang pamer (narcistic). Kemudahan membuat foto adalah penyebabnya. Kini, kamera foto bahkan tersedia di telepon genggam. Kemudahan menyebar informasi melalui foto ini makin dimudahkan oleh teknologi socmed. Bagaimana efektifitasnya?

Masih menempel di ingatan mengenai pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh mobil dinas salah seorang menteri. Mobil itu masuk ke jalur bus Transjakarta yang terlarang bagi kendaraan lain. Posisi mobil ini difoto oleh seorang pengguna jalan lain, lalu menyebarkannya lewat fitur foto di Twitter. Foto menyebar, sang Menteri dihujat sebab tidak memperingatkan sopirnya. Menteri langsung berbelok ke kepolisian, minta surat tilang.

Nah, jika hal serupa dilakukan masyarakat ketika melihat BCB yang dirusak, misalnya, maka akan lebih banyak orang yang tahu dan lebih cepat ada tindakan dari para pengambil keputusan.

6. Video

s.d.a

7. URL

Ini merupakan fitur berbagi informasi dari sumber informasi lainnya. Bisa dimaksudkan sebagai lansiran berita (seperti Google Alert). Penggunaannya akan semudah berbagi tautan berita di Facebook. Akan ada kolom komen di bawanya untuk memancing diskusi.

Integrasi

Informasi mendalam mengenai suatu situs didapat dari berbagai sumber. Tak mungkin jika informasi ini disediakan secara massif. Apalagi, tujuan dari website terbuka ini adalah agar publik memiliki kesempatan untuk mengisi kontennya.

Salah satu cara yang akan ditempuh adalah mengambil berbagai dokumentasi di ruang publik, lalu mengintegrasinya dengan tiap pin. Maka, ketika sebuah pin di-klik, akan keluar informasi mengenai situs pusaka tersebut, baik berupa tulisan, foto, atau video. Pencari informasi akan langsung diarahkan pada situs asal tempat dokumentasi tersebut dipublikasikan.

Ada pula usulan untuk bekerjasama dengan Wikipedia agar memperoleh data yang lebih komprehensif. Meski begitu, di awal tim Heritage Inventory aan melakukan sendiri seua bentuk publikasi tersebut dengan sumber yang terdekat dengan masing-masing anggota tim. Kami akan meliput sejumlah pusaka di Jogja, Bandung dan Jakarta dengan mendokumentasikannya dala tulisan, foto dan video. Ini agar menjadi contoh bagi pengguna website selanjutnya.

Teknis

  • Belum ada ide nama domain untuk poyek Heritage Inventory ini. Namun itu belum menjadi hal krusial untuk saat ini. Yang pasti, proyek ini akan mendukung penggunaan open source. 
  • Website akan menggunakan Ushaidi.
Adriani Zulivan
Categories:
  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata