Kami sekeluarga nggak ada yang asli Yogya. Kami memilih hidup di Yogya, dengan segala kenyamanan dan ketidaknyamanannya (kini). Selain memiliki KTP Yogya, kami juga mudik dan berlebaran di Yogya.
Meski berlebaran di Yogya, kami tidak membuat Kupat Opor. Kami buat Lontong Medan, menu utama yang harkatnya sepantaran dengan Ketupat Opor, meski varian pendampingnya lebih beragam. Kami juga nggak punya kastengel, sus kering dan astor (choco sticks) dalam toples kue lebaran, sebagaimana warga Yogya kebanyakan. Kami bikin kue-kue yang sama dengan warga Yogya lainnya, hanya tanpa tiga varian tadi. Oh ya, kami menyebutnya kue, kue kering, bukan roti atau roti kering sebagaimana sebutan orang Yogya.
Kami tidak punya agenda sungkem, hanya cium tangan dan pika/piki ke orang yang lebih tua sambil meminta maaf. Kami tidak punya tradisi seragam lebaran lalu kemudian foto bersama, hanya pakai baju terbaik yang model dan warnanya bisa tabrak lari satu sama lain. Laki-laki pakai teluk belanga (koko) dengan sarung, perempuan pakai baju terusan atau kurung dengan kain tenun untuk bawahan plus kerudung.
Di Sumatra, kami berlebaran bisa tiga hari tiga malam--bahkan lebih lama, sibuk berkunjung ke sanak famili dan handai taulan. Di Yogya, kami hanya bertemu dengan penduduk sekitar di masjid usai shalat ied. Masjid di lingkungan kami bikin agenda halal bil halal dua jam setelah shalat ied, pesertanya seluruh warga setempat. Sebab sudah saling bermaafan, sesudahnya tak ada kunjungan ke rumah-rumah tetangga.
Bedanya lebaran di sana dengan di sini: nggak banyak cuci piring, sebab nggak banyak tamu. Tamu bisa dihitung dengan jari-jari di kedua tangan: teman kantor papa dua keluarga, teman kantor mama satu keluarga, teman perkumpulan satu sampai dua keluarga, anak teman papa yang kebetulan beristri orang Yogya satu keluarga, tetangga yang tiap natal kami datangi rumahnya satu keluarga.
Bertamu ke rumah orang? Hanya Papa dan Mama ke rumah bekas atasan Papa. Anak-anak pada ngapain? Puas-puasin makan Lontong Medan (yang sangat jarang keluar dari dapur Mama dalam versi lengkap) dan... tidur!
Maka nikmat Yogya mana lagi yang kau dustakan?
Mlekom,
AZ
0 comments:
Post a Comment