Monday, August 31, 2015

Posted by adrianizulivan Posted on 2:10:00 PM | No comments

Turnamen Foto Perjalanan - Ronde 63: Mudik

Sudah dua bulan, begitu kata Mbak Endah kemarin. Maka saatnya memulai Turnamen Foto Perjalanan ke-63 ini. Meski tak kesulitan mencari tema, ada berbagai alasan yang membuat turnamen ini sulit untuk dimulai.

Sebelumnya, trims pada Mbak Endah yang sudah memenangkan foto ini. Juga maafku bagi teman-teman yang sudah menunggu terlalu lama. Selanjutnya mari berbicara tentang mudik, tema TPF kali ini.


Aku mencintai mudik karena berbagai alasan. Pergulatan mencari tiket. Lari-lari masuk ke gerbong. Ketinggalan pesawat. Marah-marah karena antrian diserobot. Ngobrol menyenangkan dengan sesama penumpang. Dan tentu masih buaaanyak lagi. Kalian pasti juga punya beragam alasan untuk mencintai mudik.

Merapi suatu pagi.
Apa sih Turnamen Foto Perjalanan Itu?
Turnamen Foto Perjalanan (TFP) adalah sebuah permainan berantai para blogger, khususnya (travel) blogger Indonesia, sebagai sarana berbagi foto perjalanan secara kolektif. Setiap ronde, tuan rumah akan menentukan sebuah tema, dan para peserta akan mengirimkan foto perjalanan sesuai dengan temanya. Foto-foto yang masuk akan dipajang di artikel ronde yang sedang berlangsung. Nantinya, tuan rumah akan memilih seorang pemenang. Hadiahnya? Menjadi tuan rumah turnamen ronde berikutnya. Dan roda turnamen pun berputar!

Aturan Main Turnamen Foto Perjalanan (TFP) Ronde ke-63:

  • Turnamen Foto Perjalanan (TFP) Ronde ke-61 ini berlangsung pada: 31 Agustus 2015 – 13 September 2015 (batas waktu pukul 23.59 WIB)
  • Foto harus merupakan karya sendiri. Peserta TFP bebas meng-upload foto dimana saja, asalkan milik/akun sendiri (web, blog, Flickr, Picasa, Photobucket, dan sebagainya)
  • Submit foto pada kolom komentar artikel ini dengan format berikut:
       Nama: –
       Nama blog: –
       Link blog: –
       Akun Twitter: –
       Judul foto: –
       Keterangan foto (secukupnya): –
       Link foto (maksimal ukuran 600 pixel): –

  • Ada kemungkinan foto yang kamu kirim akan di re-host oleh tuan rumah. Terutama kalau terlalu besar atau bermasalah.
  • Foto tidak diperkenankan dalam bentuk kolase.
  • Foto yang tidak patut tidak akan di-upload di sini (misal: menyinggung SARA, nyeleneh, atau menghina pihak lain)
  • Submisi lebih cepat lebih baik, sehingga fotomu bisa tampil seatas mungkin.
  • Pengumuman pemenang sekitar 2-3 hari setelah batas akhir turnamen ronde ini.
  • Foto-foto peserta akan segera  dipajang bersamaan di ujung artikel ini, berdasarkan urutan antrian pada kolom komentar di bawah ini.

FAQ About Turnamen Foto Perjalanan

Mengapa mengikuti Turnamen Foto Perjalanan?
  • Ajang berbagi (sharing) foto. Bersama, para travel blogger Indonesia membuat album-album perjalanan yang indah yang tersebar dalam ronde-ronde turnamen ini.
  • Untuk dinikmati para pencinta perjalanan lainnya.
  • Kesempatan jadi pemenang. Pemenang tiap ronde menjadi tuan rumah ronde berikutnya. Plus, blog dan temamu (dengan link yang bersangkutan) akan tercantum dalam daftar turnamen yang dimuat di setiap ronde yang mendatang. Not a bad publication.

Siapa saja yang bisa ikutan?

  • (Travel) blogger. Tak terbatas pada travel blogger profesional, random blogger yang suka perjalanan juga boleh ikut.
  • Setiap blog hanya boleh mengirimkan 1 foto. Misal, DuaRansel yang terdiri dari Ryan dan Dina (2 orang) hanya boleh mengirim maksimal 1 foto.
  • Pemenang berkewajiban menyelenggarakan ronde berikutnya di (travel) blog pribadinya, dalam kurun 1 minggu. Dengan demikian, roda turnamen tetap berputar.
  • Panduan bagi tuan rumah baru akan diinformasikan pada pengumuman pemenang. Jika pemenang tidak sanggup menjadi tuan rumah baru, pemenang lain akan ditunjuk.

Nggak punya blog, tapi ingin ikutan?

  • Oke deh, tidak apa-apa. Kirim sini fotomu. Tapi, partisipasimu hanya sebatas penyumbang foto saja. Kamu nggak bisa menang, karena kamu nggak bisa jadi tuan rumah ronde berikutnya.
  • Eh tapi, kenapa nggak bikin travel blog baru aja sekalian? WordPress, Tumblr, atau Blogspot. Gampang kok, pakainya.

Hak dan kewajiban tuan rumah:

  • Menyelenggarakan ronde Turnamen Foto Perjalanan (TFP) di blog-nya
  • Memilih tema.
  • Melalui social media, mengajak para blogger lain untuk berpartisipasi.
  • Meng-upload foto-foto yang masuk
  • Memilih pemenang (boleh dengan alasan apapun)
  • Menginformasikan pemenang baru apa yang perlu mereka lakukan (panduan akan disediakan)

Mengapa saya tidak diundang?

Memang tidak diperlukan undangan untuk mengikuti turnamen ini, langsung join saja.

Daftar Ronde Turnamen Foto Perjalanan: 

  1. Laut – DuaRansel
  2. Kuliner – A Border that breaks!
  3. Potret – Wira Nurmansyah
  4. Senja – Giri Prasetyo
  5. Pasar – Dwi Putri Ratnasari
  6. Kota – Mainmakan
  7. Hello, Human! (Manusia) – Windy Ariestanty
  8. Colour Up Your Life -Jalan2liburan
  9. Anak-Anak – Farli Sukanto
  10. Dia dan Binatang – Made Tozan Mimba
  11. Culture & Heritage – Noni Khairani
  12. Fotografer – Danan Wahyu Sumirat
  13. Malam – Noerazhka
  14. Transportasi – Titik
  15. Pasangan – Dansapar
  16. Pelarian/Escapism – Febry Fawzi
  17. Ocean Creatures – Danar Tri Atmojo
  18. Hutan – Regy Kurniawan
  19. Moment – Bem
  20. Festival/Tarian – YoesriantoTahir
  21. Jalanan – PergiDulu
  22. Matahari – Niken Andriani
  23. Burung – The Traveling Precils
  24. Sepeda – Mindoel
  25. Freedom – Pratiwi Hamdhana AM
  26. Skyfall – Muhammad Julindra
  27. Jembatan – Backpackology
  28. Tuhan – Efenerr
  29. Gunung – Elizabeth Murni
  30. Batas – Ayu Welirang
  31. Jejak – Daru Aji
  32. Sungai – Omnduut
  33. Rumah Ibadah – Sikiky
  34. Kampung – Monda
  35. Museum – Avant Garde
  36. Taman- Ari Murdiyanto
  37. Pencakar Langit – Dede Ruslan
  38. Terminal/Stasiun – Sy Azhari
  39. Hujan – Diah
  40. Danau – Messa
  41. Wastra – Indah
  42. Grey – Lies Hadi
  43. Gua – Uwien Budi
  44. Awan – Syifna
  45. Siluet – Yofangga
  46. Refleksi – Tiga di Bumi
  47. Jendela – Endah Kurnia Wirawati
  48. Chamber – Indah
  49. Barang Tua – Silviana
  50. Kemarau – Cheila
  51. Peaceful – Dee An
  52. Framing – Depz
  53. Let’s Jump! – Endah Kurnia Wirawati
  54. Kabut – Rinaldi Maulana
  55. Waterfalls – Rifqy Faiza Rahman
  56. Keindahan Alam Indonesia – Geo Funny
  57. Langit Biru –  Lina W. Sasmita
  58. Sunrise – Muhammad Akbar
  59. Biduk – Danan Wahyu
  60. Road - Yudi Randa 
  61. Hitam-Putih - Agung Gidion 
  62. Hijau - Endah Kurnia Wirawati
  63. Mudik - Adriani Zulivan
  64. ... posisi ini yang harus kamu menangkan... :)       

Pendiri dan Koordinator Turnamen Foto Perjalanan:

Pertanyaan seputar penyelenggaraan dan lain sebagainya? Hubungi Dina.

Jika kesulitan mengirim foto ke komentar di bawah, bisa kirim ke adrianizulivan@gmailcom.


Jangan lupa ikutan ya. Aku tunggu!


Mlekom,

AZ

Baca juga: Merantau dan Mudik.

***
Berikut adalah foto yang telah dikirimkan ke saya:


1. Syifna | @inisyifna

  • Blog: www.gatedelhi.wordpress.comhttps://gatedelhi.wordpress.com/
  • Judul foto: Mudik 
  • Keterangan foto: Mudik, sudah menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya. menunggu datangnya kereta untuk mengantar mereka ke kampung halamannya. Mudik menjadi suatu perjalanan bagi mereka untuk kembali ke tempat asalnya, ya kembali sementara.
Posted by adrianizulivan Posted on 11:44:00 AM | No comments

Merantau dan Mudik

 
Aku cukup sering ikut Turnamen Foto Perjalanan (TFP). Sangat sering googling, mencara tema terkini, apakah aku punya stok fotonya atau tidak. Menjadi pemenang adalah obsesi terbesarku dalam TPF, meski tahu diri bahwa aku tak pandai memotret. Aku tahu rasa kecewa yang terasa ketika menanti berlangsungnya TFP baru. Mungkin itu juga yang dirasakan teman-teman kini.

Dua bulan sudah sejak aku didapuk sebagai pemenang TFP Ronde 62 oleh Mbak Endah. Yaampun, aku bangga pakai banget saat terpilih itu. Tahu terpilih saat sedang menunggu penerbangan mudik Lebaran saat Ramadhan tahun ini.

Mudik dan segala kesibukannya, membuatku memutuskan untuk menunda memulai TFF baru. Aku khawatir teman-teman penikmat TPF sedang sibuk dengan kegiatan mudik bersama keluarga. Dua pekan lalu saat kembali mudik untuk mengambil foto-foto di server komputer rumah untuk ditampilkan di TPF, aku batalkan lagi niat memulai TPF, sebab Indonesia sedang berfokus pada persoalan penyetopan konvoi moge oleh warga Yogya.

Berkali-kali aku menyebut kata mudik. Aku memang terobsesi pada 'pekerjaan' satu itu: mudik. Aku merantau, tinggal di kota yang berbeda dengan rumah dimana keluargaku tinggal. Jika tidak sedang bekerja di akhir pekan, aku pasti sempatkan pulang. Mudik. Mudik Ke Yogyakarta.

Ayahku yang kupanggil Papa, bersama ibuku yang kupanggil Mama, tinggal di Yogyakarta. Kakekku dari Papa merantau dari Maninjau sejak sebelum menikah, lalu menjadi warga Medan hingga akhir hayatnya. Orangtua Mamaku tinggal di Pulau Telo di sekitar Nias, lalu merantau ke Medan dan bertemu Papa.

Kakakku merantau ikut suaminya yang bekerja di Pontianak. Keluarga suaminya tinggal di Salatiga. Mereka juga melakukan mudik berkala.

Merantau dan mudik lekat dengan sejarah keluarga kami, hingga kini. Ini alasanku menjadikan MUDIK sebagai tema untuk TFP 63 kali ini. Silahkan mengikuti turnamennya!

Gambar itu adalah bantal leher favoritku, sebab ada jendulan yang pas banget meyangga kepala. Si kodok ini selalu kubawa tiap perjalanan jauh.

Mlekom,
AZ

Baca juga: Turnamen Foto Perjalanan - Ronde 63: Mudik.


Tuesday, August 11, 2015

Posted by adrianizulivan Posted on 5:23:00 PM | No comments

Menyiram Benih Korup di Bandara

Dengan dua tentengan berat di bahu dan tangan, aku berlari kecil ke area imigrasi Bandara Kualanamu, Sumatra Utara. Ah, sore itu (09/08) antrian berkelok akibat garis yang disusun mengular. Kudengar keluhan di sana sini akibat pengaturan itu. Buat apa dibuat berkelok, jika hanya ada sedikit penumpang yang mengantri?

Kelar urusan imigrasi, aku bergegas ke pintu luar. Ternyata dicegat petugas berseragam biru gelap, imigrasi. Seluruh penumpang diminta mengisi formulir [gambar atas] yang menjadi pernyataan kita terkait barang-barang yang dibawa. Seorang berseragam salah satu maskapai, mari sebut maskapai ini dengan RS, menyodorkan formulir, lalu mengarahkan saya ke meja untuk menulis.

"Bisa ngisinya?" Tanya pegawai maskapai RS ini. Sebutlah namanya Mas A.
Aku cuma ngangguk sambil ngomel dalam hati "Masak ngisi begini saja nggak bisa!"setelah kubaca seluruh tulisan di formulir.
Formulir yang harus diisi.
Selagi berkonsentrasi dengan isian formulir, kudengar obrolan mbak-mbak di sampingku. Intinya, mas-mas berseragam maskapai RS yang menemaninya, mari memanggilnya Mas B, meminta uang kepada si mbak-mbak ini.

"Memangnya bayar, kak?" Tanyaku ke si embak-embak.

"Nggak tau nih, katanya begitu," jawabnya sambil memencongkan mulut dan mata sebalnya ke arah Mas B di sampingnya.
"Jangan kasih kak, nggak ada aturannya."
"Nggak papa lah," merogoh tas.
"Minta nota, kak. Bang, ada notanya?" Tanyaku pada Mas B. Dia cuma menggeleng.
"Saya sudah bantu kakak ini mengisi formulir, saya cuma minta seiklasnya."
"Nggak ada itu kalau nggak ada nota, jangan kasih, kak!" Seruku.

Mas B perlihatkan muka tak senang. Kuambil kamera, lalu datangi dia.

"Oke, sini siapa namanya?" Tanyaku sambil coba meraih kartu pegawai yang menjuntai di dadanya. Dengan sigap ditutupnya kartu itu dengan tangan. Ketika ia menghindar, sempat kupotret wajahnya.

"Akan saya laporkan," kataku. Dia pergi. Si embak-embak ucapkan trims padaku.

Mas A datang lagi menghampiri, kubentak: mau minta uang lagi?!!! 

"Nggak kok, enggak."

Selesai dengan formulir, aku menuju pintu keluar, pada orang-orang sekitar kuingatkan untuk tidak memberi uang jika diminta. Pada petugas yang memungut formulir, kutanyakan apakah di sini dipungut bayaran?


"Tidak," jawabnya.

"Mengapa tadi ada yang meminta bayaran?"
"Siapa? Bayaran apa?"
"Itu yang seragam maskapai RS. Katanya uang karena sudah bantu mengisi formulir"
"Mana orangnya?" Kutunjuk seseorang berseragam RS. Petugas imigrasi memanggilnya.

"Katanya kamu tadi minta uang ya?"

"Bukan saya, beda." Aku ambil kamera, cocokkan wajahnya.
"Iya bukan mas ini. Maaf ya mas," kataku. Petugas imigrasi tanya apakah ia tahu siapa ini, dia jawab tak tahu.

Petugas ini memintaku menyampaikan foto ini ke pihak imigrasi. Aku diminta ke kantor mereka yang letaknya di ujung ruangan. Foto tadi diperlihatkan ke salah seorang di sana. Mereka pastikan bahwa itu adalah bukan petugas imigrasi, melainkan maskapai.


"Itu bukan petugas kami. Imigrasi tidak menerima uang. Masukannya akan jadi pelajaran buat kami." Begitu saja.

Di luar ruangan, seluruh petugas membicarakan hal ini. Aku lagi-lagi diminta memperlihatkan foto petugas RS tadi.

Salah satu petugas imigrasi yang sepertinya adalah bos di sana, menanyaiku tentang kejadian itu. Kujelaskan lagi. 

"Ah kasihlah sedikit saja..." katanya.
"Oh, jadi nggak apa-apa kasih-kasih begitu?"
"Seiklasnya saja..."
"Oh saya nggak mau pak. Dalam sehari saja, yang 'sedikit-sedikit sajalah' itu jadi berapa? Berapa orang yang dia bantu dalam sehari? Itu tidak korup, pak?"
"Lagi pula ini bukan soal jumlah, pak. Sedikit pun, apa dibenarkan?" lanjutku.

Beliau akhirnya mengiyakan perkataanku, lalu memotret layar kameraku dengan ponselnya. Ia pun memanggil salah seorang berseragam yang sama dengan Mas B. Petugas SR ini bilang, bahwa ia tahu itu siapa: Mas B adalah orang katering maskapai RS. 


Bagaimana ceritanya orang katering bisa sampai ke atas, ke wilayah imigrasi? Mungkin hanya Tuhan yang tahu jawabannya...


Tak lama, datang seorang dari manajemen maskapai RS yang mengaku sebagai penanggungjawab RS di bandara Kualanamu. Untuk kesekian kali, aku diminta menceritakan kronologi kejadian. Lalu ia meminta boarding pass. Kuberikan. Ya tentu saja ia membutuhkannya. Jiika ternyata aku bukan penumpang maskapai perusahaannya, maka ia tak akan peduli, bukan? Sama seperti bagian imigrasi tadi: Ini bukan anggota kami, ini akan menjadi masukan. Begitu saja.


Petugas bandara--yang bertugas memantau scan barang-barang bawaan penumpang--yang ikut serta dalam obrolan itu, memintaku meninggalkan file foto Mas B. Kutanya bagaimana cara memindahkannya. Lalu bla bla bla dan kubilang "Maaf pak, bu, saya ada penerbangan lagi jam 8.30 dan saya harus check in". Lalu kutinggalkan kartu nama.


Penanggungjawab RS tadi menanyakan maskapaiku selanjutnya, lalu mempersilahkanku ke lantai atas tempat check in. Sewaktu mengantri di konter, si penanggungjawab datang dengan Mas B. 


"Sudah check in, bu?" Tanya penanggungjawab.

"Belum," tunjukku pada antrian.
"Silahkan check in dulu saja." 
"Ah pak, urusan begini ya sudah urusan bapak lah, saya nggak perlu ikut,"jelasku sebab aku tak ada hubungan kerja dengan Mas B.
"Baiknya diselesaikan selagi ada ibu," jawabnya.

3 menit selesai urusan, aku mendatangi mereka. Ditambah satu orang imigrasi yang memberitahuku cerita versi Mas B. Menurut orang imigrasi ini, tidak ada yang salah dari perbuatan si Mas B sebab ia meminta seiklasnya. Nah loh!


"Jadi meminta tidak salah, pak? Berapa pendapatan mas ini selama sehari dari hasilnya meminta-minta dengan iklas itu?" Dst seperti kusampaikan pada orang imigrasi sebelumnya. Si bapak tiba-tiba berubah pikiran dan menasehati si Mas B dengan perumpamaan yang nyaris sama dengan penjelasanku.


Penanggungjawab RS menyatakan penyesalan atas kejadian ini. Imigrasi bilang menyerahkan padaku (sebagai pihak yang merasa dirugikan), apakah akan meneruskan kasus ini (lalu membuat laporan tertulis dst), atau bagaimana.


Aku tak igin meneruskan ini. Sudah sampai di sini saja. Imigrasi bilang, "Kalau dari kami, kami tidak ingin orang seperti ini masuk lagi ke bandara. Kami akan pecat. Tapi semua dari ibu. Jika ibu tidak meneruskan, kami serahkan ke maskapai."


"Sudahlah pak, tidak usah diperpanjang. Dan saya tidak menginginkan ada pemecatan. Saya yakin, mas ini tidak akan mengulangi lagi..." Lagian ini soal perut orang lain, kan?


"Kami minta maaf. Tentu kami akan memberi tindakan, mungkin SP 1 atau 2. Meski saya bukan atasan langsungnya, saya minta maaf atas ketidaknyamanan ini. Dan berharap persoalan ini tidak di blow up," katanya.


Aku menyatakan kesepakatan. Tentu saja orang maskapai RS akan tak ingin persoalan ini menjatuhkan nama perusahaannya yang kerap menjadi sorotan. Aku mengiyakan untuk tidak membesarkan kelakuan staf dari maskapai RS. Namun aku merasa perlu untuk menyampaikan tentang kelakuan petugas di kedatangan internasional bandara. Ini bukan yang pertama bagi dunia penerbangan kita, bukan?

Coretan yang dibuat setelah temanku memberi uang.
Maret lalu kantorku mengadakan sebuah agenda internasional yang mendatangkan peserta dari berbagai negara. Salah satu peserta menyatakan bahwa petugas bandara Soekarno Hatta meminta uang yang katanya sebagai uang departure tax. Ini sebelum pintu keberangkatan.

Temanku yakin bahwa mereka (tak hanya satu orang) adalah petugas maskapai Garuda Indonesia (GIA)--maskapai yang ia tumpangi--sebab mengenakan seragam hijau. Kujelaskan bahwa Garuda saat itu sudah tidak memberlakukan airport tax dan petugas bandara Soetta mengenakan seragam sama dengan petugas GIA. Ia dipalak sebesar Rp 50.000 IDR, setelah sebelumnya mereka minta Rp 150.000 dan temanku bilang tak ada sebanyak itu.minta nota, namun mereka hanya menuliskan sesuatu di belakang kertas boarding pass [gambar atas]. 


Contoh lain tentu yang terjadi di bandara Ngurah Rai yang melibatkan petugas imigrasi dengan pekerja media Belanda. Mungkin kalian punya pengalaman lain? 

Sebenarnya, persoalan-persoalan seperti ini bisa dilaporkan ke mana ya? Jika kalian bilang wajar saja jika orang kasih uang sekadarnya, berarti kalian sedang menanam korupsi. Jika kalian bilang, ngapain aku heboh sedangkan orang yang diminta merasa biasa saja, berarti kalian menyiram benih korup.


Setelah agenda 'perdamaian' tersebut, aku keluarkan kamera dan minta penanggungjawab RS untuk memotretku bersama Mas B. Oh ya, sejak datang bersama penanggungjawab RS, Mas B tersenyum manis tidak seperti waktu di ruang imigrasi.

Jakarta, 11 Agustus 2015

Adriani Zulivan
  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata