Meski bukan bikinanku, mau pamer dulu. Sebab itulah hakekat media sosial, bukan? 👅
Tahun lalu saat menghadiri agenda UN Habitat, aku yang tukang pamer ini pasang status kalau sedang di Surabaya. Lalu disamber teman yang menandai temannya, lalu temannya ngajakku mancal, lalu aku bertemu dua teman dari temannya itu. Ribet tho? 😤
Intinya, tanpa sengaja saya menjadi bagian penting (di-bold) dalam pembentukan komunitas bernama Suroboyo Cycling Institute (SCI).
Namanya apa, Ndra?Cak Salas, Cak Zainal, Cak Indra dan Ning Adriani (maksa) pun mulai mancal menyusur Kota Surabaya. Malam itu aku sebenarnya cape banget, baru tiba dari kabupaten lain di Jatim setelah nyaris sepekan kunjungan lapangan (lagak Presiden).
Belom tau nih, tapi kepikiran SCI.
Apik! Yawes aku pake itu ya buat publikasi.
Tapi aku tentu saja ga bisa lewatin janji untuk komunitas yang sedang bangkit. Dan akupun ikut. Eh habis mancal kok bahagianya kaya habis dilamar 💘
Malam itu kulihat betapa siap tiga teman baru ini menata apa yang mereka cita-citakan. "Penglihatan" itu tidak meleset, bahkan melebihi ekspektasi. Dalam tiga bulan pertama, SCI sudah mendapat sambutan publik luar biasa.
Segmen utamanya anak muda. Yang pelajar maupun pekerja. Yang pesepeda maupun bukan. Yang punya pacar maupun jomblo. Eh-- Pokoke beragam!
Dari hanya satu rute yang kami jajal malam itu, yaitu jalur yang melewati bangunan dan kawasan pusaka (makanya aku tertarik ikut), hingga entah sudah berapa rute yang mereka jalani kini.
Oh ya selain ikut "membidani" kelahirannya (ah kamu lebay banget sih mbak!), aku juga--lagi2 tanpa sengaja--berkontribusi pada penciptaan sebutan bagi komunitas ini. Bukan SCI, tapi Subcyclist! #proudMomma
Nah yang ini panjang ceritanya, lain kali aja.
Yang pasti, anakku yang satu ini kini menjadi salah satu komunitas pesepeda yang paling diperhitungkan di banyak jagad: sepeda, transportasi ramah lingkungan hingga ruang kota.
Di enam bulan awal kutanya apakah mereka telah menduga bahwa Subcyclist akan berkembang sepesat ini? Ternyata tidak, bagi mereka ini sangat mengejutkan.
Nah, inilah bukti nyata bahwa ternyata anak muda Surabaya itu bukan sulit berkembang seperti tuduhan banyak orang. Sejumlah teman yang merupakan warga lokal Surabaya seringkali membandingkan antara kegiatan warga Surabaya dengan aktivisme warga di Yogya, yang menurut mereka sangat berbeda. Kasarnya, warga Surabaya gak mau diajak gerak untuk berbuat sesuatu bagi kotanya!
Namun, Subcyclist tidak membuktikan hal ini. Tak adanya wadah yang mampu menjadi apa yang mereka butuhkan, adalah penyebab keengganan warga untuk terlibat. Begitu asumsiku.
Kini Subcyclist telah berbicara di kotanya sendiri hingga tingkat nasional. Pernah mendapat kesempatan untuk dampingi tamu negara, hingga menjadi bagian dari pengembangan program oleh pemerintah. Sekali lagi, am a proud momma!
Selamat satu tahun buat tiga cak dan ratusan pegiat Subcyclist lainnya. 28.07.2016 - 28.07.2017. Kalian warbyazyak!
Oh ya, kamu harus berkenalan langsung dengan tiga cak berdedikasi yang membangun Suroboyo Cycling Institute sejak telur, piyik, hingga seguedhe sekarang: Cak Salas Suroboyo, Zainal Arifin dan Inanta Indra Pradana (sila cek profil mereka di medsos!).
Salam #WaniMancal!
Foto: 3 cak + 1 ning yang mencoba rute awal Subcyclist.
Mlekom,
AZ