Ngebayangin ada apa di balik judul ini aja bikin aku senyum-senyum sendiri hahaha :p
Jadi ini soal kejadian kemaren siang, di mana aku mendadak jalan di panggung peragaan busana. Sebenarnya ini bukan pengalaman pertamaku. Waktu SMA, aku dipaksa ikut sekolah modelling karena aku pemalu banget [pernah aku ceritain di sini]. Namun baru kali ini jalan --ah sebutlah catwalk (ga nemu terjemahannya) untuk agenda serius, dulu kan cuma terpaksa iseng aja. Kalau dulu terpaksa dan dipaksa, kali ini masih ada unsur paksaan tapi aku bersedia dengan senang hati melakukannya :)
Kesempatan ini datang ketika aku mengikuti agenda majalah Femina bertajuk "Inspirasi dari Selembar Kain: Workshop Tenun Gaya by Wignyo". Agenda jalan-jalan keliling Kota Sukabumi, Jawa Barat yang dilaksanakan pada Sabtu (12/12) ini memokuskan kunjungan di sentra pembuatan tenun Sukabumi yang dikelola oleh Bapak Wignyo Rahadi.
Selain menghasilkan kain hasil tenunan sendiri, bengkel produksi ini juga merancang berbagai busana menggunakan bahan tenunan Gaya. Gaya adalah merk yang disematkan Wignyo pada produknya, yang sekaligus merupakan nama dari anak perempuannya.
Siang itu setelah bosan dan lapar karena bus yang kami tumpangi terjebak kemacetan luar biasa, begitu tiba di lokasi kami langsung menyantap makanan yang disediakan. Rasanya cuma enak dan enak banget. Bayangkan ketika nasi liwet ketemu ikan asin dan sambel. Wuiiiiiiii ga kebayang kan!
Nah sewaktu sedang duduk menikmati makanan pencuci mulut, salah satu panitia mendatangiku.
"Mbak, bisa ga bantu jadi model?"
"Model apaan?"
"Pake baju yang ada di sini. Ada beberapa baju yang lagi disiapkan."
"Modelnya foto apa jalan?"
"Jalan gitu, ke panggung sana," tunjuknya pada sebuah panggung di sudut bengkel produksi ini.
Setelah menimbang kilat (sebab ditungguin mbaknya), toh ini bukan ajang model sungguhan alias ga ada model beneran yang bakal bikin minder, kuiyakan. Itung-itung nostalgila jalam modelling kan ya :)
Aku diantar ke ruang pas. Seluruh model amatiran seperti aku sedang bersiap di sana. Sayangnya aku ga bawa riasan wajah lengkap, hanya yang kugunakan sehari-hari: bedak, pemerah pipi, pewarna mata dan lipstik. Tak ada alat rias yang mereka siapkan.
Masing-masing model --sebutlah demikian ya-- diminta peragakan dua baju, satu model kebaya encim yang aku sukaaaaa banget, dan satu potongan modern yang ga kalah cantik (aduh rok yang dipake mba Dewi bikin pengen bangettt).
Ketika kami sibuk merias diri, di luar sana di atas panggung terdengar keriuhan. Pemandu acara sedang memandu diskusi dengan Pak Wigyno dan Bank BTPN yang menjadi salah sponsor.
Maka tibalah saat itu. Dengan instruksi minimalis (dianggap semua orang pernah liat gimana lenggak-lenggok model peragaan busana kali yaaaa), satu per satu kami keluar dan dipandu ke panggung.
Begitu naik, ga kaya model busana biasanya, dimana cuma berhenti sudut sini sudut sana untuk perlihatkan detil pakaian yang dikenakannya, Pak Wigyno jelaskan detil per busana. Aaaaaalamak!
Baju pertama sukses. Baju kedua pun demikian. Syukurlah, ga gugup karena ga ada yang perlu digugupin kan ya :)
Setelah sesi catwalk hampir satu jam itu, oleh panitia kami difoto bareng. Fotonya kemudian muncul di Instagram dan Twitter Femina. Salah satunya yang di atas itu :p
Setelah mengganti pakaian, kami bergabung dengan acara di panggung. Sedang kuis. Tapi ga tanya-jawab lagi seperti yang kami dengan di ruang pas tadi, tapi penarikan undian. Eh nama Adriani Zulivan tercetak di salah satu kertas yang diangkat orang BTPN dari mangkok kaca itu. Yay, ikutan agenda ini malah balik modal hahaha. Soalnya, untuk bisa ikut agenda ini, tiap peserta harus membayar sebesar Rp 350.000.
Ketika peserta lain berbelanja kain ataupun baju berbahan tenun Gaya, aku sibuk melihat para pekerja yang sedang menenun. Lagi pula, Tenun Gaya punya galeri penjualan di Jakarta. Untuk proses tenun hanya bisa dilihat di sini. Hal menarik ketika melihat tenun ini masih pertahankan produksinya menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).
Ketika pamit, satu per satu peserta dikalungkan selendang Tenun Gaya oleh Pak dan Bu Wignyo. Bahagiaaaa banget dapat oleh-oleh yang dibuat dengan kesadaran penuh untuk melestarikan pusaka ini.
Di bawah guyuran hujan kami mampir ke toko oleh-oleh Moci Lampion. Lalu melanjutkan perjalanan ke Jakarta yang lagi-lagi macet. Aku sampai memundurkan jadwal terbang malam itu.
Ah ga masalah sih. Senang bisa mendadak catwalk, semoga ga malu-maluin Femina yah :)
Mlekom,
AZ