Untuk pertama kali setelah masa kanak-kanak, aku bahagia diajak pergi untuk belanja bulanan. Iya, waktu kecil kan pasti sumringah diajak ke pasar dan toko di berbagai kota yang kami tinggali di masa kecilku. Atau ke emol, ketika kami berkesempatan ke kota yang lebih besar di awal-awal bulan.
Usai masa kanak-kanak, lebih senang menolak. Ketika diajak malah sering tolak-tolakan sama adek, sebab belanja bulanan berarti harus nyupirin mama & bantu angkat-angkat belanjaan (anak durhaka!). Masuk masa pensiun dan tinggal di Yogya, papa menjadi pendamping setia mama belanja bulanan di Toko Progo dan Pasar Bringharjo.
Iya, kami nyaris tidak pernah ke emol lagi untuk berbelanja kebutuhan bulanan. Dan ini bukan promosi Toko Progo atau Pasar Bringharjo lho ya :)
Eh sebentar, sudah ke Progo, kenapa masih di Bringharjo? Kan bisa beli semua kebutuhan di Progo saja atau di Bringharjo saja?
Mamaku sih gak bisa! Mama belanja sabun dan sejenisnya di Progo. Sedangkan garam dan bumbu dapur kering lain, di Bringharjo. Alasannya, barang-barang Progo pasti cepat habis, jadi bisa memastikan shampoo yang kami pakai adalah hasil produksi baru. Mentega, tepung, mie kering dll juga belanja di sini.
Enggak takut garam dan bumbu lain produk lama di Bringharjo? Kata mama, enggak. Aku lupa penjelasannya bagaimana, tapi dia selalu bilang: berbagi rejeki.
Tiap masuk bagian belakangan bangunan Pasar Bringharjo yang berbatasan dengan Toko Progo itu, mama selalu disambut ibu-ibu buruh gendong yang sudah mengenalnya. [Ih jadi teringat, waktu mata kuliah Fotografi di Ilmu Komunikasi, aku ambil foto ibu-ibu buruh gendong ini untuk tugas akhir Foto Esai lho!].
Akhirnya tentu hanya satu-dua orang yang jasanya digunakan mama untuk mengangkat gula merah, asam jawa, dst dari lantai atas ke bagasi di parkiran yang biasanya di dekat pagar pasar. Beberapa ibu lain yang menawarkan jasa namun tidak kebagian mengangkat barang-barang mama, biasanya diberi salam tempel.
Di Bringharjo, mama juga belanja bahan basah untuk sebulan, seperti cabe, kentang, kacang tanah, bawang, dst. Ditambah bahan-bahan makanan untuk beberapa hari ke depan, seperti sayur mayur, ikan dan buah.
Oh itu belum semua. Jelang daerah rumah kami, mama mampir lagi ke sebuah toko sembako. Di sana beli beras--kami yang orang Sumatra sangat memilih-milih beras, enggak mau yang pulen seperti favorit kebanyakan orang Jawa. Menurut mama, toko langganannya ini punya beras sesuai keinginan. Di sana juga beli telor, karena alasan: mending beli sudah dekat rumah, gak khawatir pecah saat diangkut dari pasar toh memang akan mampir ke sini juga. Ya ya, alasannya boleh deh ma, boleh!
Trus kalo bahan-bahan kuenya habis (masak kue kan gak sesering masak lauk pauk ya!), masih ditambah dengan perhentian lain: toko bahan kue yang juga di dekat rumah kami. Sebenarnya di Toko Progo sih ada saja, tapi pasti lebih banyak pilihan di tempat ini. Ya ya, alasannya masih boleh deh ma, boleh!
Mamaku ribet yak!
Itu berapa lama coba belanjanya. Biasanya sih berangkat segera setelah dzuhur, tiba di rumah lagi setelah ashar nyaris berakhir.
Nah tadi pagi, setelah 7 hari tidak keluar rumah akibat chickenpox, aku bahagia diajak belanja bulanan. Lalu mama lihat bintil-bintil di badanku, menghitung masa penularan seperti kata dokter, dan memutuskan: Adek di rumah dulu aja ya, itu belum kering semua. Nanti kalo udah sehat, kita jalan-jalan. Maunya ke mana? Pantai?
Sebab kata mama adalah 'titah', maka inilah aku, sunyi sepi sendiri sejak ditinggal pergi :(
"Makkk, kelen lama kali pun baleknya!" Tertanda, Anakmu.
Itu gambar Mrs Owl kok persis Mamak Awak yak :p
Mlekom,
AZ
Usai masa kanak-kanak, lebih senang menolak. Ketika diajak malah sering tolak-tolakan sama adek, sebab belanja bulanan berarti harus nyupirin mama & bantu angkat-angkat belanjaan (anak durhaka!). Masuk masa pensiun dan tinggal di Yogya, papa menjadi pendamping setia mama belanja bulanan di Toko Progo dan Pasar Bringharjo.
Iya, kami nyaris tidak pernah ke emol lagi untuk berbelanja kebutuhan bulanan. Dan ini bukan promosi Toko Progo atau Pasar Bringharjo lho ya :)
Eh sebentar, sudah ke Progo, kenapa masih di Bringharjo? Kan bisa beli semua kebutuhan di Progo saja atau di Bringharjo saja?
Mamaku sih gak bisa! Mama belanja sabun dan sejenisnya di Progo. Sedangkan garam dan bumbu dapur kering lain, di Bringharjo. Alasannya, barang-barang Progo pasti cepat habis, jadi bisa memastikan shampoo yang kami pakai adalah hasil produksi baru. Mentega, tepung, mie kering dll juga belanja di sini.
Enggak takut garam dan bumbu lain produk lama di Bringharjo? Kata mama, enggak. Aku lupa penjelasannya bagaimana, tapi dia selalu bilang: berbagi rejeki.
Tiap masuk bagian belakangan bangunan Pasar Bringharjo yang berbatasan dengan Toko Progo itu, mama selalu disambut ibu-ibu buruh gendong yang sudah mengenalnya. [Ih jadi teringat, waktu mata kuliah Fotografi di Ilmu Komunikasi, aku ambil foto ibu-ibu buruh gendong ini untuk tugas akhir Foto Esai lho!].
Akhirnya tentu hanya satu-dua orang yang jasanya digunakan mama untuk mengangkat gula merah, asam jawa, dst dari lantai atas ke bagasi di parkiran yang biasanya di dekat pagar pasar. Beberapa ibu lain yang menawarkan jasa namun tidak kebagian mengangkat barang-barang mama, biasanya diberi salam tempel.
Di Bringharjo, mama juga belanja bahan basah untuk sebulan, seperti cabe, kentang, kacang tanah, bawang, dst. Ditambah bahan-bahan makanan untuk beberapa hari ke depan, seperti sayur mayur, ikan dan buah.
Oh itu belum semua. Jelang daerah rumah kami, mama mampir lagi ke sebuah toko sembako. Di sana beli beras--kami yang orang Sumatra sangat memilih-milih beras, enggak mau yang pulen seperti favorit kebanyakan orang Jawa. Menurut mama, toko langganannya ini punya beras sesuai keinginan. Di sana juga beli telor, karena alasan: mending beli sudah dekat rumah, gak khawatir pecah saat diangkut dari pasar toh memang akan mampir ke sini juga. Ya ya, alasannya boleh deh ma, boleh!
Trus kalo bahan-bahan kuenya habis (masak kue kan gak sesering masak lauk pauk ya!), masih ditambah dengan perhentian lain: toko bahan kue yang juga di dekat rumah kami. Sebenarnya di Toko Progo sih ada saja, tapi pasti lebih banyak pilihan di tempat ini. Ya ya, alasannya masih boleh deh ma, boleh!
Mamaku ribet yak!
Itu berapa lama coba belanjanya. Biasanya sih berangkat segera setelah dzuhur, tiba di rumah lagi setelah ashar nyaris berakhir.
Nah tadi pagi, setelah 7 hari tidak keluar rumah akibat chickenpox, aku bahagia diajak belanja bulanan. Lalu mama lihat bintil-bintil di badanku, menghitung masa penularan seperti kata dokter, dan memutuskan: Adek di rumah dulu aja ya, itu belum kering semua. Nanti kalo udah sehat, kita jalan-jalan. Maunya ke mana? Pantai?
Sebab kata mama adalah 'titah', maka inilah aku, sunyi sepi sendiri sejak ditinggal pergi :(
"Makkk, kelen lama kali pun baleknya!" Tertanda, Anakmu.
Mlekom,
AZ
0 comments:
Post a Comment