Thursday, May 30, 2013



Indonesia became one of countries that experienced a boom in the use of social media. Facebook and Twitter users in Indonesia are always in the top ranking of the world. This phenomenon allowed for the emergence of citizen journalism that, consciously or not, represents a new model of documentation by the public, known as crowd-sourcing.

Indonesian public are already familiar with database crowd-sourcing, not only for collecting information, but also for managing public campaign and people action. They are using the Facebook and Twitter to fight against corruption, challenge laws that do not served people’s justice, and help disaster victims.

One of the most popular social media to support disaster risk reduction in Indonesia is @jalinmerapi. JALIN Merapi or Jaringan Informasi Lingkar Merapi (information network around Merapi) is a group of community radios that live around Merapi. Merapi is one of the most active volcanos in the world. The biggest eruption occurred in 1006, 1786, 1822, 1872, and 1930. Small eruptions happen every 2-3 years. Last eruption in 2010 was one of the major impacts.

The account of @jalinmerapi was first created on October 25, 2010, the day before the eruption. Merapi is located in two provinces, i.e. Yogyakarta and Central Java. Thousands of people live in the vicinity. The nearest village is just four kilometres from the summit of the mountain, or about 25 kilometres from the district capital. It means that all stakeholders need to have a good disaster management, to ensure the safety of every single resident.

Disaster is everybody’s business. During eruption, public becomes the citizen journalist. They use the social media and some ICT platform like community radio, website and short message (SMS) to share anything about the eruption: from the information about refugee’s needs and shelters, to how to provide assistance for people who want to help the survivors. Twitter bridge between needs and donors. It also became the fastest informant, since it updates directly and spreads immediately just after the incident.

Community-based information network is an example of how the public can play an active role in tackling the impact of disasters. Nowadays, this system is being a model of the use of social media and information technology for disaster risk reduction at the national level.

Key words: Social media, crowd-sourcing, disaster, citizen journalist.

Wednesday, May 29, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 3:01:00 PM | No comments

Kasus Penghancuran Sinagoge Surabaya


Surat Sjarikat Poesaka Soerabaia 
untuk Kasus Penghancuran Sinagoge Surabaya





Surabaya, 27 Mei 2013

Nomor:  27/V/SPS/2013
Hal :  Permohonan langkah-langkah Pengusutan/Penyidikan Penghancuran Bangunan Sinagoge Jalan Kayun 4-6 Surabaya

Kepada yth.,
Ketua Komisi C
Ketua KOmisi D
DPR-D Surabaya

Dengan hormat,

Medio Mei 2013, menjelang HUT Kota Surabaya ke 720, salah satu anggota Sjarikat Poesaka Soerabaia -SPS, menemukan bahwa Bangunan Sinagoge di Jalan Kayun 4-6 Surabaya telah rata dengan tanah. Sepanjang data yang diketahui SPS, Bangunan Sinagoge telah masuk dalam daftar bangunan yang “Diduga Bangunan Cagar Budaya” sesuai SK Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya No. 646/1654/436.6.14/2009 tertanggal 16 April 2009.

Sabtu 25 Mei 2013 bersama dengan Media, telah dilakukan kunjungan ke Lokasi Jalan Kayun 4-6 Surabaya. Bangunan Sinagoge memang telah rata dengan tanah.
Sjarikat Poesaka Soerabaia - Surabaya Heritage sangat terpukul dengan kejadian hancurnya bangunan yang konon hanya ada 2 di Indonesia.

Bersama ini Sjarikat Poesaka Soerabaia – Surabaya Heritage Society mengharap DPR-D untuk segera melakukan perintah pengusutan dan penyidikan atas kasus ini. Pemanggilan dan minta penjelasan ke Pemerintah Kota Surabaya yang kami anggap lalai dalam tugasnya sebagai pemelihara, pengawas dan sekaligus berfungsi sebagai Pelestari Bangunan Cagar Budaya di Surabaya.
Sjarikat Poesaka Soerabaia tidak bersurat ke Pemerintah Kota Surabaya, karena telah beberapa kali Surat dari Organisasi LSM ini ke Walikota “tidak pernah digubris”. Namun Surat ini dilayangkan ke beberapa media, MADYA INDONESIA Masyarakat Advokasi Warisan Budaya dan BPPI Pusat Badan Pelestari Pusaka Indonesia di Jakarta.

Demikian Surat Kami, Terimakasih atas perhatiannya.       
                     
Salam Lestari,

Freddy H Istanto
Direktur


Tembusan:
  1. BPPI Badan Pelestarian Pusaka Indonesia Jakarta
  2. MADYA INDONESIA Masyarakat Advokasi Warisan Budaya
  3. Media Massa
  4. Komunitas Penggiat/Pelestari Bangunan Cagar Budaya di Surabaya
*
Surat dari milis Badan Pelestarian Pusaka Indonesia. Gambar dari Nuradhi Tanudirdjo di grup Sjarikat Poesaka SoerabaiaInfo awal kudapat dari @tangarazInfo lain tentang Sinagoge Surabaya, sila cek di tautan berikut:
Mlekom,

AZ

Thursday, May 23, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 3:42:00 PM | No comments

Turnamen Foto Perjalanan Ronde 21: Jalanan

Tentang Turnamen Foto Perjalanan Ronde 21, cek di sini.

Katanya sudah merdeka?

Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta apakah bagian dari republik merdeka? Lihatlah kondisi jalan ini tahun lalu (31/05), 64 tahun pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setengah badan jalan rusak, hingga tak memungkinkan dilewati kendaraan roda empat. Katanya sudah merdeka?

Mlekom,
AZ


Thursday, May 16, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 10:29:00 AM | No comments

Dan... Saksi Perjuangan Tentara Pelajar Dilenyapkan!

Tidak mengagetkan. Penghancuran bangunan bersejarah, meski berstatus Bangunan Cagar Budaya (BCB) adalah kejadian jamak di Jogja. Terlebih lagi untuk kasus bangunan SMU 17 ini, yang sejak Maret tahun lalu telah banyak dibicarakan di media sosial. Aku sempat mencatat di sini dan sini.

Bangunan yang sedianya merupakan sekolah ini, akan dibangun sebuah hotel mewah berbintang. Ini akan menjadi satu dari puluhan hotel baru yang akan dibangun di Yogyakata (hingga Februari 2013 ada 64 hotel baru).

Tidak mengagetkan memang, meski sangat menusuk. Ketika upaya warga tidak berhasil menggagalkan penghancurannya, akibat kebijakan tak tertulis pemerintah lokal yang tidak memihak.

Bangunan ini bertempat di Jalan  Tentara Pelajar Nomor 24 Bumijo Yogyakarta, cek peta lokasi di sini. Aku coba co-pas berbagai informasi yang muncul di dunia maya terkait penghancurannya. Lihat komentar warga Jogja terkait isu ini, di masing-masing tautan Facebook di tiap foto.

Semoga Jogja lebih arif. Entah kapan.

Mlekom,
AZ




Foto: 
15 Mei 2013 | Kota untuk Manusia di sini.

Caption: 
Hari ini sma 17 1 yogyakarta yang statusnya berdasarkan SK gubernur adalah bangunan cagar budaya dalam proses penghancuran... sebenernya berguna gak sih undang2 itu ada? jelas sekali ini dilindingi di UU ni 11 tahun 2010 tentang perlindungan cagar Budaya.. pertanyaaanya mengapa hal ini bisa terjadi!?




Foto:
15 Mei 2013 | Pakdjo di sini

Caption:
tinggal ini yang tersisa
hancurnya sebuah bangunan heritage di kota Jogja




Foto:
16 Mei 2013 | Pakdjo di sini

Caption:
ruang kelas dalam kenangan
(bagaimanapun dan apapun hasilnya ruangan ini pernah untuk mendidik generasi yang akan menjadi hebat di masa mendatang)


Wednesday, May 8, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 11:12:00 PM | No comments

iPus

Ini bukan varian baru dari produk gejet berlogo gigitan buah itu. Kata ini kugunakan untuk menamai seekor kucing malang.

Kucing malang. Kucing yang nyasar di bawah jedela kamarku beberapa hari lalu. Ini kali keduaku menjenguknya, setelah lima hari dirawat inap di klinik hewan.

Setelah sedih dengan kondisinya yang sangat lemas akibat tak mau makan, siang tadi dapat berita baik: Si kucing malang sudah mau makan! Alhamdulillah, meski dia masih diinfus.

Tadi kusempatkan membeli ikan pindang. Mungkin kemarin dia tak mau makan, sebab dokter hanya memberi makanan pabrik yang tak biasa dimakannya. Ingat, dia kucing liar, bukan piaraan.

Pindang tetap kutinggal. 

"Makin banyak makannya, makin cepat bisa berobat jalan, meski tetap harus minum obat," kata dokter.

Aku senang. Kukabari Papa.

Waktu membawanya pertama kali ke klinik dan mengisi buku pasien, iPus hanya dinamai "Nn", sebab aku memang tak tahu siapa namanya. Kemarin Papa nanyain dia dengan menyebut "pussycat".

Hai kucing cakep, kamu kuberi nama iPus saja ya!

"Inpus?" temanku.

"Nyaris dinamai iNdomi, karena diangkut ke klinik pakai kardus mie," aku.

Cerita sebelumnya di sini. Oh ya, seorang teman ingin mengadopsi iPus setelah sembuh nanti. Alhamdulillah lagi. Legaaa banget rasanya!

Itu gambar iPus hari ini. Dia belum merespon panggilan :(

Cepet sehat, sayang!

Mlekom,
AZ

Tuesday, May 7, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 6:50:00 PM | No comments

From Jakarta to Bali

Perjalanan Sri, Paraplegia yang Melintasi Jawa-Bali dengan Sepeda Motor Modifikasi


Foto: Page FB "From Jakarta to Bali"
1997 mungkin menjadi tahun yang tak dapat dilupakan Sri Lestari. Sepeda motor yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Meski menjadi penumpang, Sri mengalami cidera serius. Di usia 23 tahun, ia menjadi gadis paraplegia.

Paraplegia adalah penurunan fungsi motor atau sensorik dari ekstremitas bawah. Hal ini biasanya akibat dari cedera sumsum tulang belakang atau kondisi bawaan seperti spina bifida yang mempengaruhi elemen-elemen saraf dari kanal tulang belakang.

Dengan kata lain, Sri mengalami kelumpuhan separuh tubuh bagian bawah yang diakibatkan oleh putusnya syaraf tulang belakang. Salah satu hal yang mengubah hidup Sri adalah bahwa ia tak lagi dapat menggunakan kakinya untuk bergerak. Sejak itu, ia hanya tinggal di rumah.

Tinggal di rumah, sebab Sri tidak memiliki kendaraan pribadi untuk bepergian. Kendaraan umum pun tak berpihak padanya. Adalah tidak mungkin jika seorang Sri menunggu kendaraan di pinggir jalan, lalu naik ke bus kota—misalnya—dengan kursi rodanya.

November 2007 Sri menerima kursi roda dari UCP Wheels for Humanity, sebuah organisasi internasional yang mengadvokasi hak penyandang disabilitas di negara-negara berkembang. Sri kemudian menjadi relawan kemanusiaan untuk anak tuna netra dan korban gempa.

Atas bantuan sebuah bengkel di kota kelahirannya, Klaten, Jawa Tengah, Sri berhasil memodifikasi sepeda motor. Modifikasi ini membuat Sri dapat mengendarai sendiri sepeda motor, di atas kursi rodanya. Ini menjadi titik balik kehidupannya. Sri dapat bepergian ke mana saja, bahkan menjadi menjadi Anggota Tim Pelayanan di UCP Roda untuk Kemanusiaan (UCPRUK) yang mengharuskannya banyak ke lapangan untuk bertemu klien.

Persoalan Sri belum berakhir. Banyak orang mempersoalkan sepeda motornya, terutama di jalanan. Sri mendapat perlakuan berbeda dari tukang parkir, yang melarang Sri memarkir kendaraan modifikasinya ini di areal parkir sepeda motor.

Namun tentu saja, perjuangan Sri tak hanya sampai di situ. Pada Rabu (8/05) nanti, ia akan memulai perjalanan lintas Jawa-Bali menggunakan sepeda motornya. Perjalanan ini akan berlangsung selama 3 (tiga) minggu. Selain untuk memperkenalkan sepeda motor modifikasi, Sri kampanyekan hak penyandang disabilitas di jalan raya.

Sri akan mampir di sejumlah panti disabilitas untuk berbagi cerita kepada sesama penyandang paraplegia. “Saya ingin menunjukkan bahwa orang dengan kemampuan berbeda di Indonesia dapat hidup bebas, mandiri, produktif dan hidup bahagia,” kata Sri.

Agenda 

7 Mei
13.00-14.00 | Konfrensi Pers | Indraloka Cafe, Sagan, Yogyakarta

9 Mei
08.00-09.00 Monas, Kick-off
09.30-12.00 Home visit: Rehab Center, Jl bambu Kuning 1 No 22 A RT 10 RW 5, Pondok Bambu, Jakarta Timur

10 Mei
08.00-09.00 Pertemuan di Dinsos Kota Bekasi
09.00-12.00 Pertemuan dengan PPCI
13.00-15.00 Home visit klien UCP, Jl H Abdulah No 10 RT 7/7, Kampung Tipar, Pondok Kelapa, Kalimalang, Jakarta Timur

11 Mei
09.00-11.00 Pertemuan dengan Dinsos Krawang dan home visit klien UCP Klien Mekarsari Rt 1/6, Cikampek Utara, Kota Baru, Krawang
13.00-15.00 home visit klien UCP: Tanggul Pertamina Rt 7/7, Cilamaya Wetan, Karawang

12 Mei
08.00-09.00 Pertemuan dengan FKPCI Indramayu
13.00-14.00 Home Visit klien UCP; Jl. Bypass Lama, Kliwed Rt 7/2 No 44, Kertamaju, Indramayu

13 Mei
Yayasan Harapanku 08.00-09.00

15 Mei
08.00-09.00 Home visit paraplegia
09.00-10.00 Pertemuan dengan Dinsos Purwokerto

16 mei
08.00-09.00 Pertemuan dengan Dinsos Kebumen

17 Mei
08.00-09.00 Kantor UCPPRUK Yogyakarta

18 Mei
08.00-09.00 PPCK dan Mitra Karina, Klaten

19 Mei
08.00-09.00 Pertemuan dengan Bengawan Community, Solo

20 Mei
08.00-09.00 Pertemuan dengan Dinsos Ngawi

21 Mei
08.00-09.00 Pertemuan dengan Rotary Club, Madiun

22 Mei
08.00-09.00 Home Visit, Jombang

23 Mei
08.00-09.00 Pertemuan dengan Dinsos Mojokerto

24 Mei 
08.00-09.00 Pertemuan dengan YPAC Surabaya

25 Mei 
08.00-09.00 Pertemuan dengan PPCI Pasuruan

26 Mei
08.00-09.00 Pertemuan dengan Dinsos Probolinggo

27 Mei
Situbondo

28 Mei
Banyuwangi

29 Mei
Bali

1 Juni
Berbagi kisah di TEDxUbud, Bali

*

Agenda dapat berubah sewaktu-waktu. Pantau aksi “From Jakarta to Bali” di sini:

Email: sril@ucpruk.org
Twitter: @sriklaten
Facebook: fromjakartatobali
Web: Tumblr
Kontribusi: Indiegogo
Tentang Sri: Our Better World
Video: Vimeo


Mlekom,
AZ 

Friday, May 3, 2013

Posted by adrianizulivan Posted on 8:46:00 PM | No comments

Si Kucing Malang


Pagi
Seperti biasa, Papa membangunkanku. Buka pintu, buka gorden dan kaca jendela. Aku, seperti biasa, tetap tak bergerak. Lalu, tak seperti biasa, Papa melongok lama ke luar jendela. Lalu keluar, dan segera masuk kamarku lagi.

"Dek, ada kucing di bawah sana. Sakit..."

Aku langsung lompat, lihat ke bawah jendela. Dia, kucing itu, ngesot menahan dua kaki belakangnya yang kuduga patah. Dua kaki lainnya berusaha berjalan sekuat tenaga.

Matanya. Di sekeliling matanya banyak kotoran berwarna hitam. Ada lendir yang banyak di retinanya. Kupikir, lendir itu adalah air matanya, sedang kotoran hitam itu adalah air mata yang sudah mengering. Kucing itu mungkin banyak menangis, menahan rasa sakit di kedua kakinya. Atau juga, menahan lapar.

Kusambar kunci sepeda motor.

"Pa, mau ke pasar dulu, cari pindang buat kucingnya," kataku. Di gang depan rumah, kutemukan penjual sayur keliling. Ada pindang. Kubeli tiga keranjang.

"Hati-hati ngasih ikannya, tiap didekati, dia kabur," kata Papa.

Papa sudah berulangkali berusaha mendekati, memberi makan. Dia malah bersembunyi di sudut halaman, di balik pohon. Papa biarkan. Papa letakkan seember berisi air, untuk dia minum, dan melempar sisa makanan.

Ternyata dia sudah di sana sejak kemarin. Seharian itu aku ke luar kota, baru pulang malam. Tentu kami tak sempat bercerita. Papa sediakan kardus yang kuminta, kadus kubolongi untuk celah udara.

Kucing malang berbaring di bawah jendela kamarku. Sekali-kali dia berjalan ngesot, entah ingin ke mana. Mungkin mencari makan. Mungkin mencari jalan ke luar dari tembok halaman kami yang sangat tinggi, sebab ia terus melihat ke atas, melongok ke kanan-kiri.

Dari jendela kamar, kulempar satu ekor ikan pindang. Tak cukup dekat ke hidungnya, sehingga mungkin dia tak mencium aromanya. Kulemparkan seekor lagi, cukup dekat. Namun dia tetap tak berusaha meraihnya. Apa dia sudah kehilangan selera makan?

Kami pernah mempunyai banyak jenis hewan peliharaan, termasuk kucing. Namun, sejak beberapa tahun ini, Mama melarang kami memelihara. Ini sebab aku dan Papa merahasiakan keberadaan kucing malang ini.

Kebetulan Mama akan pergi, Papa menawarkan diri untuk mengantar. Cepat-cepat kubangunkan adikku untuk mengantarku ke klinik hewan. Kucing malang kudekati, dia malah marah meraung-raung. Meski lemah, ia pamerkan taring dan cakarnya. Aku takut. Tak pernah hadapi kucing semarah ini.

Tentu dia marah. Mungkin sebagai pembelaan diri, karena merasa diusik. Dia takut disakiti lagi. Jelas, kucing ini mengalami trauma berat. Kuminta adikku mengambilnya. Melihat kondisinya yang sangat menyedihkan, adikku tak tega. Akhirnya aku berusaha sendiri, dengan melemparkan pindang ke arahnya. 

Kucing malang makin pergi ke sudut. Dia berusaha memanjat tembok, hal yang tak mungkin dilakukan dalam keadaannya seperti ini. Berkali-kali tubuhnya terjatuh lunglai. Aku tak tega melihat ini. 

Jika saja dia tak semarah itu, aku pasti berani mengambilnya. Akhirnya, aku ke rumah tetangga, berharap ada yang dapat membantu. Tak ada orang. Kutanyakan Simbak asisten Mama, dia takut kucing. Aku deg-degan, harus berburu dengan waktu, takut Mama pulang.

"Kucingnya marah dan mau nyakar kalau dideketin. Utha gak berani ambil dia. Om dan Mas depan gak ada" SMS-ku pada Papa. Om dan Mas depan, maksudnya tetangga depan rumah.

Menunggu terasa sangat lama. Jantungku bergerak kencang, seperti sedang menunggu wawancara kerja saja. Lima menit. Sepuluh menit. Dan akhirnya kedua tetangga itu datang. 

"Ini dipukul orang," kata Si Mas yang bikin aku makin sedih. Si Mas mengambil kardus, menelungkupkan pada kucing malang. Berhasil. Aku diminta mengambil tali rafia. Ternyata kucing malang meronta, terlepas. Si Mas coba telungkupkan lagi. Berhasil.

Sedih sekali melihat kedua kaki belakangnya yang lunglai tak ada gerakan. Adikku menyiapkan sepeda motor. Aku ambil koran untuk mengalas jok tengah untuk meletakkan kardus. Kucing malang sangat bau, aroma pipis. Dia pasti tak lagi lancar membuang hajat akibat keadaan kaki belakangnya itu...

Di klinik
Begitu kardus dibuka, kucing malang meraung, menunjukkan taring dan cakarnya seperti di rumah tadi. Butuh dua orang memegangnya. Tak mudah. Dia turun sendiri ke bawah meja periksa (pasti kakinya sakit sekali), lalu sembunyi di sudut, persis di rumah tadi.

Lebih dari sepuluh menit baru dapat ditaklukkan, dengan bantuan sehelai kain yang dibungkus ke tubuhnya, hingga dua kakinya yang masih aktif tak dapat bergerak. Mungkin dokter-dokter ini sudah mendapat sejumlah cakaran. Aku menonton dari jendela di luar ruang periksa.

Dokter langsung sigap memerika. "Ini bukan jatuh. Kucing punya cara pertahanan diri jika terjatuh. Ini mungkin kecelakaan," analisa sang dokter.

Agak sulit memikirkan bagaimana mungkin kucing dalam keadaan dua kaki tak bisa jalan, bisa sampai di rumahku yang berjarak belasan meter dari jalan raya. Apakah dia ngesot selama beberapa hari?

"Mungkin saja, sebab lukanya sudah kering," kata dokter. Ada sebuah luka di telapak atas yang sudah kering, luka terbuka yang sampai kelihatan tulangnya :(

Dokter juga menemukan belatung di sekitar pant*tnya. Ini bukti lain bahwa dia sudah lama tak sehat. Mungkin belatung dari kotorannya. Tentang lendir di mata, aku lupa menanyakan, namun kotoran di sekitar matanya "mungkin virus," kata dokter.

Setelah memeriksa, dokter bilang tak ada kaki yang patah. Aku sangat sangat sangat senang mendengarnya, sampai...

"Namun dia akan lumpuh. Syaraf belakangnya kena, sehingga organ geraknya terganggu..."

"Lalu diapain, dok? Operasi?"

"Enggak, kita cuma bisa beri vitamin. Ini untuk menguatkan sarafnya."

"Bisa sembuh dok?"

"Kalau sembuh kita gak jamin... Dia akan lumpuh..."

Deg!

"Tapi luka-lukanya dapat sembuh. Akan sehat lagi, namun lumpuh," sambung dokter.

Baik. Kuterima itu. Dia bisa sembuh, namun lumpuh. Seperti (maaf) difabel, mungkin. Sebenanya boleh dibawa pulang, rawat jalan. Namun, selain tak berani merawatnya, juga tak mungkin membawanya pulang. Dia kubiarkan dirawat inap. Sampai kapan? 

"Jika dia mau makan, proses penyembuhannya akan cepat," kata dokter.

Aku sudah cukup puas dengan jawaban itu. Aku pulang, tanpa kucing malang.

Jumatan
Di rumah, Papa terus menanyakan si kucing malang. Usai Jumatan, Papa mampir ke klinik.

"Kalau sudah sembuh, kita pelihara aja ya Dek!"

"Jangan deh Pa, Mama gak akan mau," kataku. 

Lalu aku bingung, bagaimana nasib si kucing malang ini nanti...


Mlekom,
AZ


  • Atribution. Powered by Blogger.
  • ngeksis

  • mata-mata